Share

Bab 2. Sekelompok Idiot

Aвтор: Lafiza
last update Последнее обновление: 2024-04-11 16:43:28

“Kau bisa masuk. Pintunya tidak dikunci.” Willa mengatakan itu sambil bangkit lagi dari posisi berbaringnya.

Seraut wajah tua muncul dari balik pintu yang didorong.

“Apa kau perlu dokter?”  Lelaki itu menawarkan seraya mendekat. Dia memeriksa suhu tubuh Willa dengan meletakkan telapak tangan di dahinya.

“Aku baik-baik saja.” Hampir saja Willa menepiskan tangan asing itu kalau tidak segera sadar kalau dia adalah orangtua kandungnya saat ini.

Tampaknya lelaki ini cukup perhatian sebagai seorang ayah. Willa sedikit merasa hangat. Ingatan pemilik lama sebagian masih samar-samar baginya.

Ayahnya dulu juga seorang yang penyayang.

“Apa kau yakin?” Daniel masih meragukan ucapan Willa meski merasa suhu tubuh puterinya normal.

“Tentu saja. Semalam aku tidur agak larut jadi masih sedikit mengantuk. Mungkin setelah mandi akan lebih baik. Ayah pergi saja dulu.” Willa mendorong lelaki itu pergi. “Aku akan pergi naik taksi nanti.”

Daniel mengamati Willa sejenak, memastikan kebenaran ucapannya.

“Baiklah. Kami pergi lebih dulu. Jaga dirimu. Jangan memaksakan diri untuk pergi kalau merasa kurang sehat.”

Sepeninggal Daniel, Willa bergegas mandi. Kepalanya dipenuhi berbagai pemikiran. Ingatan-ingatan pemilik lama melesat-lesat dengan sangat cepat. Dia sedikit kecewa dengan kehidupan pemilik tubuh asli. Tidak populer di sekolah, jatuh cinta mati pada seorang tuan muda dan mempermalukan dirinya di saat kelulusan, beberapa kali nyaris dicelakai ibu tiri dan saudara perempuannya, diabaikan oleh adik lelakinya. Hanya ayahnya yang cukup baik padanya.

Di depan cermin, Willa menatap dirinya sekilas. Setidaknya, ini wajah yang sama dengan miliknya. Hanya saja ada riasan tebal di sana. Dia menghapusnya dengan perasaan jijik.

Baiklah, dia akan menjalani kesempatan kedua ini sebaik-baiknya. Lupakan Michael Nelson sialan itu. Dia tidak ada dalam kehidupan keduanya ini. Willa tidak perlu khawatir akan bertemu dengannya dan menjadi sedih lagi.

Saat turun ke ruang makan, semua orang telah pergi. Willa pergi ke dapur dan meminta setangkup roti lapis dan segelas susu, menghabiskannya dengan segera sambil memesan taksi. Dia tidak bertemu Rachel Anderson, ibu tirinya, saat akan pergi.

Tiba di universitas yang dituju, Willa ingat jika pemilik tubuh asli mengambil jurusan kedokteran. Meski berada di daftar terakhir, tapi itu cukup membanggakan. Ibu tirinya dan Emily sempat terlihat iri saat mendengar dia lulus di fakultas itu. Sementara Emily sendiri selain tidak berbakat, dia juga tidak tertarik untuk belajar medis. Tampaknya menjadi artis terkenal telah menjadi impiannya sejak lama sehingga dia lebih memilih seni sebagai bidang studinya.

Willa sendiri tidak mengkhawatirkan apa pun. Markas Omega dulu dipenuhi orang-orang jenius. Beberapa pernah menjadi gurunya. Materi kedokteran tidak membuatnya takut. Dia pernah mempelajari beberapa hal secara acak.

Setelah menyelesaikan pendaftaran mata kuliah yang akan diambil untuk satu semester ke depan, Willa tidak memiliki niat untuk tinggal lagi. Dia ingin kembali lebih awal. Ada beberapa hal yang harus dia pelajari dari kondisinya saat ini.

Begitu di luar universitas, dia berbelok ke kanan. Willa ingin berjalan-jalan sebentar mengamati sekitar.

Universitas ini ternyata bersebelahan dengan sebuah sekolah menengah pertama. Situasi di dalam area sekolah cukup ramai karena kelas belum dimulai. Tapi di ujung tembok pagar yang membatasi area sekolah dan dunia luar, Willa melihat sekelompok remaja tanggung tengah mengelilingi seorang remaja lelaki dan seorang anak perempuan.

Dia melihat ada yang tidak beres saat salah satu dari remaja yang mengelilingi mendorong remaja laki-laki itu hingga terjatuh. Anak perempuan yang bersamanya tampak berusaha menghalangi remaja lainnya yang mencoba menendang temannya.

Willa mempercepat langkah, mendekat.

“Kupikir ada hal menarik di sini. Kiranya hanya sekelompok idiot.” Suara Willa mengatasi keributan di tempat itu begitu tiba di sana.

Semua orang langsung berpaling padanya dengan rasa penasaran. Saat menyadari kata-kata itu ditujukan pada mereka, wajah beberapa remaja laki-laki langsung menjadi merah.

Siapa gadis yang telah berani menyebut kelompok mereka sebagai idiot? Apakah dia sedang mencari mati?

Seorang remaja lelaki bertubuh besar maju mendekat. Usianya mungkin paling tua di antara semua. Mungkin sekitar enam belas tujuh belas tahunan. Dia menyeringai seraya mengawasi Willa dengan tatapan kurang ajar.

“Kakak cantik, kau tidak serius dengan perkataanmu ‘kan? Bukankah yang kau maksud dua bocah ini?”

Namanya Richard. Dia terkenal sebagai bagian dari sebuah gank preman. Tepatnya, saudaranya adalah bos dari kelompok yang menamakan diri sebagai Black Hand. Pekerjaan mereka adalah membuat kekacauan sekaligus memberi perlindungan dengan menarik bayaran yang tidak masuk akal.

Richard dengan memanfaatkan nama saudaranya, membuat ulah di sekolah. Dia merundung beberapa anak yang tidak disukainya dan meminta uang pada siapa pun yang kebetulan bernasib sial.

Pihak sekolah telah beberapa kali mendapat laporan. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan. Black Hand tidak sesederhana yang diketahui semua orang. Ada seseorang yang jauh lebih kuat berdiri di belakangnya.

“Perkataanku ternyata tidak meleset. Orang idiot memang selalu lebih lambat dalam berpikir. Jelas-jelas yang kumaksud adalah kalian berlima. Kau malah menanyakannya lagi seperti orang idiot.” Willa terus menekankan kata penghinaan itu.

Dia melirik si remaja lelaki yang kira-kira berusia 14 tahunan yang kini telah bangkit dari tanah. Sekilas Willa melihat kilatan aneh di mata remaja laki-laki itu. Gadis kecil temannya kini mencengkeram tangan remaja itu dengan mata membelalak ketakutan.  Waktu tatapan Willa bertemu dengannya, gadis kecil itu menggeleng mengisyaratkan agar Willa tidak melanjutkan tindakan memprovokasinya.

Willa pura-pura tidak mengerti. Dia malah melambai pada keduanya. “Hallo, aku Willa. Apa kalian terluka?”

Si remaja lelaki menghindari pandangan Willa. Si anak perempuanlah yang menyahut.  “Tidak. Kami baik-baik saja.”

Willa mengacungkan jempolnya. “Baguslah.”

Richard merasa diabaikan. Dia berdehem sebelum berkata, “Jadi namamu Willa—“

“Panggil aku nona Anderson. Siapa yang mengijinkanmu memanggil nama depanku.” Willa memotong dengan ketus.

Richard terperangah. Rupanya gadis di depannya belum tahu siapa dia.

“Nona Anderson, kau mencampuri urusan kami. Sebaiknya kau segera pergi dari sini sebelum kami turun tangan membereskanmu.” Richard menahan diri untuk tidak menampar mulut yang terlihat cantik baginya. Mungkin dia tidak benar-benar ingin menampar. Dia cukup berpengalaman bersenang-senang dengan beberapa gadis.

Willa terkekeh. Dia memandang rendah lima remaja yang mungkin hanya selisih tiga empat tahun di bawahnya.

“Kalian adik-adik kecil tidak tahu sopan santun. Berani mengancam dan berkata kasar. Segera minta maaf sambil berlutut. Lalu pergi dari hadapan kakak ini sambil merangkak. Kalau tidak, kakak cantik kalian ini tidak akan segan-segan memberi kalian pelajaran.” Willa menggosok-gosokkan kedua belah telapak tangannya yang terlihat halus. Jari-jarinya yang panjang dan putih terlihat lembut dan menyenangkan untuk disentuh.

Lima remaja saling berpandangan sebelum tawa mereka meledak. Itu terdengar lucu. Bahkan guru-guru di sekolah tidak berani memberi hukuman. Bagaimana gadis yang tampak lemah dan asing ini berani menggertak sekeras itu? Tampak seperti anak kucing yang mengeong pada sekumpulan serigala dari hutan di pinggiran kota Lakeside.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Paman, Aku Layak Menjadi Isterimu   Bab 81. Aku Tahu Kau Menyukaiku

    “Itu bukan sesuatu yang bisa diselidiki dengan mudah.” Aaron menjawab jujur. Tapi dia memang sudah menemukan sesuatu yang mengarah pada kebenaran dari ‘penglihatan’ Willa. Dia sedikit sakit kepala karena tidak menemukan alasan yang masuk akal tentang bagaimana gadis ini bisa mengetahuinya.Selain dia harus mempercayai bahwa Willa memang bisa melihat sesuatu, tidak ada yang bisa dilakukan Aaron lagi.Willa tidak terlalu cerewet. Dia hanya mengangguk sedikit dengan penjelasan singkat Aaron. Lalu katanya, “Baiklah, aku harap kau bisa segera menemukan kebenarannya. Aku bisa melihat bagaimana jahatnya wanita itu.”Aaron hendak mengatakan sesuatu seperti bahwa dia tidak boleh terlalu cepat mengambil kesimpulan, tapi kemudian membatalkannya. Willa mengaku telah ‘menyaksikan’ sendiri bagaimana Hannah telah memasukkan sesuatu ke dalam tempat air minum.Willa terlihat berjalan mendekati Aaron, seperti hendak pergi. Tapi dia berhenti sangat dekat dengan pria itu.“Paman, bagaimana dengan jawaba

  • Paman, Aku Layak Menjadi Isterimu   Bab 80. Gadis yang Bermaksud Mengambil Keuntungan dari Ayah

    "Apa aku harus memberitahu semua yang terjadi di rumahku padamu?" Aaron berujar dingin. Nada suaranya datar namun menusuk, membuat nyonya Thompson mundur selangkah. "Hubunganku dengan siapapun di rumah ini bukan urusanmu."Dia mengabaikan semua pertanyaan dan rasa penasaran tamunya. Tatapan tajamnya menyapu seisi ruangan, berhenti sejenak pada William yang masih menatap Willa dengan pandangan tidak percaya.Tidak ada yang bisa dikatakan semua orang. Keheningan yang canggung menyelimuti ruangan. Tanpa menambahkan sepatah kata pun, Aaron berbalik dan melangkah menaiki tangga marmer menuju kamarnya untuk mandi.Willa dan Olivia juga meninggalkan ruang tamu. Olivia menggandeng tangan Willa erat, mendongak menatap wajah gadis itu dengan senyum lebar. Sebelum pergi, Willa memberi semua orang senyum penuh makna yang bisa berarti banyak hal—kemenangan, kepuasan, atau mungkin ejekan halus."Selamat sore," ucapnya ringan sebelum beranjak pergi.Lidya nyaris mencekik gadis itu jika saja William

  • Paman, Aku Layak Menjadi Isterimu   Bab 79. Calon Nyonya Harris

    Willa yang mendengar celaan itu hanya tertawa kecil. Baginya, ucapan gadis itu tidak berarti apa-apa.“Sebelumnya kau menyebutku gadis sembarangan. Sekarang kau menambahkan aku sebagai gadis tidak tahu malu.” Willa maju selangkah dan menilai gadis asing di depannya.Penampilannya memang tampak bagus. Tapi mulutnya sangat tajam membuat orang ingin menamparnya.“Tahukah kau siapa orang yang terus kau rendahkan ini? Kau harusnya memastikan dulu orang yang kau singgung. Dengar baik-baik, aku adalah calon nyonya rumah ini. Calon nyonya Harris.” Willa memberitahu semua orang di ruang tamu tanpa ragu sedikit pun.Beberapa pelayan yang memperhatikan hanya bisa saling pandang satu sama lain. Mereka tidak berani menertawakan atau juga membenarkan. Nona Anderson bukan gadis sembarangan. Jika dia bisa memasuki rumah ini dengan mudah dan membuat tuan mereka tidak bisa melakukan apa-apa padanya, bukankah itu luar biasa? Lagi pula dia bukan gadis yang jahat. Mungkin yang dikatakannya suatu hari akan

  • Paman, Aku Layak Menjadi Isterimu   Bab 78. Gadis Sembarangan

    Mereka telah dipersilakan masuk dan menunggu di ruang tamu. Minuman dan beberapa camilan telah disajikan, tapi Aaron masih saja belum kelihatan. Dia belum pulang dari perusahaan. Tapi itu memang wajar. Menunggu bintang keberuntungan bukan masalah. Jadi mereka dengan bersemangat mulai menunggu.Nyonya Thompson memandang sekeliling dengan antusias. Dia telah mengagumi bangunan mewah ini dalam beberapa kali  kunjungan yang jarang. Membayangkan dia bisa dengan bebas keluar masuk tempat ini suatu saat sungguh membuat perasaannya mengembang seperti balon udara. Itu akan luar biasa!Ethan dan Aaron tahu bahwa sedang ada tamu yang menunggu ayahnya di bawah. Tapi mereka tidak berniat untuk menemui keluarga Thompson. Itu merupakan urusan ayahnya. Lagi pula, mereka tidak cukup dekat hingga harus pergi untuk menyapa.Keluarga Thompson telah menunggu selama lebih dari satu jam. William yang awalnya sudah enggan ikut pergi, kini wajahnya semakin muram. Dia terus mengece

  • Paman, Aku Layak Menjadi Isterimu   Bab 77. Kutukan Michael

    Olivia di tempat duduknya merasa tidak perlu berpikir saat menjawab. “Itu kakek dan nenek saat menikah.”Selain foto pernikahan orangtuanya, hanya ada foto pernikahan kakek neneknya. Tidak ada yang lain lagi.Meski sudah memiliki tebakan dan ternyata benar, tetap saja Willa merasakan sebuah kejutan. Rasanya antara ingin menangis dan tertawa.Ini konyol sekali. Dulu dia jatuh cinta pada Michael. Di kehidupan barunya, cintanya berlanjut pada generasi berikutnya dari Michael.“Astaga.” Willa bergumam pelan sembari menggelengkan kepala. Dia merasa dikutuk oleh Michael. Entah apa kesalahannya di awal penciptaannya di masa lalu. Adakah dia sudah membunuh makhluk satu galaksi?“Mommy, ada apa?” Olivia mengamati ekspresi Willa yang berubah-ubah.“Tidak. Aku cuma merasa kalau kakek kalian juga sangat tampan. Kalau saja aku hidup satu generasi dengannya, mungkin aku juga akan jatuh cinta padanya.” Willa tertawa pelan. Dia melirik Aaron. Pria itu entah kenapa sepertinya terlihat tidak senang.“T

  • Paman, Aku Layak Menjadi Isterimu   Bab 76. Foto di Ruang Kerja.

    “Paman.” Sekali lagi Willa menegur. Dari ekspresi Aaron, dia yakin, ayah Olivia ini tahu sesuatu tentang Omega. Willa menjadi sedikit gugup. Di kehidupan barunya ini, mendengar lagi tentang Omega membuatnya merindukan banyak orang.Bagaimana keadaan ayah ibu dan kakak laki-lakinya? Telah lima puluh tahun lewat, jika cukup beruntung, mungkin kakaknya masih hidup. Walau mungkin saat ini dia akan berusia tujuh puluh tahun lebih. Sementara ayah dan ibunya, besar kemungkinan mereka sudah tiada.DI mana mereka di makamkan? Di mana juga makamnya sendiri?Perasaan Willa jadi campur aduk.“Aku akan menyelidikinya.” Aaron berkata dengan kepala dipenuhi pemikiran. Dia tidak boleh mempercayai sepenuhnya sebuah penglihatan seperti ini. Apa lagi Hannah selama ini merupakan wanita yang cukup dipercaya olehnya.“Apa kau pernah mendengar tentang Omega?” Willa penasaran dengan hal ini.“Itu semacam organisasi rahasia.” Aaron mengatakannya sambil lalu. Willa mengangguk mendengar jawaban itu. Dia sudah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status