 LOGIN
LOGINMelihat Jessica masuk dalam keadaan menangis. Anehnya, dada Michael terasa amat sesak sekarang. Terlebih panggilan tadi, membuat ia merasa sedikit senang. Ada getaran aneh juga merayap ke dalam relung hatinya sekarang. Sebuah getaran yang tak dapat Michael jelaskan melalui kata-kata. Dengan cepat Michael melepaskan tangan Moon.
Sementara Moon langsung menoleh dengan kening berkerut kuat. Sorot matanya yang semula menyala-nyala langsung redup bak disiram air sejuk. Mendengar Jessica memanggil pria aneh bin gila itu dengan sebutan 'papa' barusan. Hati Moon mendadak perih seolah-olah ada benda tak kasat mata menikam organ dalamnya tersebut. Sekarang, mata Moon mulai tampak berkaca-kaca. Moon perlahan mendekati Jessica, yang masih menangis tersedu-sedan. "Jessica dia bukanlah Papamu, sadarlah Nak, laki-laki gila ini orang asing ...." Lidah Moon mendadak kelu. Tangisan Jessica begitu menyayat-yayat hatinya sedari tadi. Memang lah benar, sedari kecil Jessica menginginkan seorang ayah. Lelaki yang dia sendiri pun tidak tahu siapa namanya. Lelaki yang selama ini bagi Moon tidak pantas disebut seorang ayah! Memikirkan hal itu, suasana hati Moon jadi semakin buruk. Karena lelaki tersebut membuat hidupnya hancur dalam sekejap. "Tidak, Paman itu bukan orang gila! Dia Papaku!" Gadis mungil berambut panjang itu berteriak sangat kencang hingga mukanya terlihat mulai merah karena terlalu keras menangis. "Benar Jessica, dia hanya pria asing yang membantu kita tadi, jangan aneh, dia bukan Papa kita, Papa kita sudah berada di surga." Jason cepat-cepat masuk ke dalam, berusaha membantu mamanya untuk menenangkan sang adik. Tidak hanya Moon, Jason pun ikut tersiksa dengan tangisan Jessica. Selama ini Jessica jarang sekali menangis. Bisa dihitung menggunakan jari seberapa banyak dia menangis. Adiknya itu tipikal anak yang periang dan memang lebih banyak berbicara ketimbang dirinya. Namun, tepat di pagi ini, adiknya menangis sambil sesenggukan, seolah-olah akan kehilangan seseorang. Jason pun tak mengerti mengapa adiknya itu cepat sekali akrab dengan pria asing tersebut. "Paman itu Papaku, Mama jahat!" teriak Jessica lagi. Membuat darah Moon mendidih kembali. Wanita bertubuh kurus itu alihkan lagi pandangan ke arah Michael. "Ini semua salahmu! Keluar kau dari sini!" jerit Moon. Kemudian maju beberapa langkah hendak menyeret Michael. "Tidak!" Namun, Jessica sudah terlebih dahulu menyentuh Michael. "Jangan pergi Pa! Jessica mohon jangan pergi ...." Pupil mata Michael lantas melebar tatkala gadis mungil itu memeluk kedua kakinya seketika. Ada getaran aneh lagi merasuk tubuhnya. "Jessica, dia bukan Papamu," kata Moon kembali dengan sorot mata mulai sendu. Jessica menggeleng cepat sambil memeluk erat-erat kedua kaki Michael. Air matanya semakin mengalir dengan sangat deras sekarang, membasahi seluruh wajahnya, sampai-sampai hidungnya pun ikut merah. "Paman, harus jadi Papa Jessica! Jangan pergi. Jessica sayang Papa," ucap Jessica dengan suara sedikit bergetar. Michael tak menyahut, malah menoleh ke bawah dengan sorot mata memancarkan kesedihan. Saat tak ada jawaban, Jessica perlahan mendongakkan wajah, menatap lekat-lekat wajah pria yang tampak pucat. "Paman, jadi Papaku ya! Jessica mohon!" terang Jessica lalu kembali menelusupkan wajah di sela-sela kedua kaki Michael. Detik itu pula, tangis Jessica semakin pecah. Membuat Moon dan Jason tanpa sadar mulai menitikkan air mata. "Iya, iya, Paman akan jadi Papamu," kata Michael, perlahan membungkukkan badan kemudian mengangkat tubuh mungil Jessica. Jessica langsung tersenyum sumringah. Kendati demikian, air mata masih jatuh dari pelupuk matanya sejak tadi. Akan tetapi, sorot mata gadis mungil itu kini tampak bersinar terang. Berbeda sekali dengan Moon, justru mengepalkan kedua tangan, menahan amarah dengan interaksi Jessica dan pria tak yang dikenalnya itu. "Yei, mulai sekarang Jessica punya Papa, Papa jangan pergi ya," ungkap Jessica sambil menaruh kepalanya di pundak Michael. Michael mengulum senyum lalu mengelus pelan pipi Jessica. "Sudah jangan menangis lagi, kalau menangis terus nanti Papa pergi," kata Michael kemudian melirik Moon seketika. Namun, sebuah tatapan dingin yang Michael dapatkan. Michael tentu saja tahu ibu dari anak yang digendongnya ini tengah menahan diri untuk marah. Michael tak peduli, memilih memeluk Jessica erat-erat. *** Sementara itu, di Rusia, kota Moskow. Tepatnya di mansion mewah dan luas, serta dikelilingi dengan pagar-pagar tinggi nan menjulang. Terlihat lah pria berwajah bengis dan bermata elang melangkah cepat ke dalam satu ruangan, diikuti seorang pria berambut blonde di belakangnya. Wajah pria berambut blonde itu terlihat kusut dengan kantung mata menghitam di bawah matanya. Sorot matanya memancarkan ketakutan pula. Dengan tubuh sedikit bergetar, dia sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat rumah dalam keadaan sepi, hanya beberapa asisten rumah yang lalu lalang di sekitar, tengah menjalankan tugasnya, dan beberapa bodyguard berdiri di sudut-sudut ruangan. "Duduklah, anggap saja ini rumahmu," titahnya setelah sampai di ruangan bernuansa gelap, di mana semua dinding berwarna hitam. Ada banyak patung aneh terlihat dan lukisan-lukisan aneh terpajang di dinding. Lelaki berambut blonde itu mengangguk samar. Namun, kakinya tak kunjung dia gerakkan. "Tidak usah Tuan, aku berdiri saja." Lelaki bermata hijau menyeringai sejenak, perlahan menjatuhkan diri di sofa sambil mengarahkan mata elangnya pada pria berambut blonde. "Kau yakin? Apa kau tidak lelah? Kau kan baru saja datang. Sudah, duduklah, hari ini suasana hatiku sedang baik, apa kau menolak perintahku?" Setiap kata-kata yang dikeluarkan terdengar tajam, hingga menusuk indera pendengaran pria berambut blonde sekarang. Tidak hanya itu, atmosfer di sekitar pun mendadak mencekam hingga membuat seluruh tubuh pria berambut blonde mulai bergetar hebat. Padahal lelaki bermata hijau itu memandang dengan mimik muka datar sejak tadi. Pria tersebut memiliki aura yang sangat menakutkan. Dengan susah payah, pria berambut blonde menarik napas lalu berkata,"Baik Tuan, terima kasih atas tawarannya." Dia mulai menggerakkan tubuh hendak menjatuhkan diri di sofa. Akan tetapi, perkataan sosok di hadapannya ini membuat gerakan anggota tubuhnya seketika terhenti. "Aku tidak ada bilang duduk di sofa, duduk lah di lantai!" titahnya tiba-tiba. Lelaki berambut blonde itu tampak serba salah. Mau tak mau duduk di lantai sambil meneguk ludah dengan susah payah. "Jadi dia sudah mati, 'kan?" Lelaki bermata hijau tiba-tiba bertanya.

Michael menatapnya amat dalam, pernyataan cinta yang terdengar barusan membuat anggota tubuh Moon mendadak lumpuh seketika. Moon dapat merasakan hembusan napas bermata hijau itu menerpa wajahnya sekarang. Kedua manusia tersebut beradu tatap, tanpa membuka suara sama sekali. Hening melanda, hingga rintik hujan di luar terdengar amat jelas di telinga Moon sekarang. Moon hendak menggerakkan lidah. Namun, Michael merengkuhnya tiba-tiba dan kembali membungkam bibirnya dengan sebuah kecupan. Kali ini kecupan terasa terasa agak kasar dan memaksa. Dalam keadaan sadar Moon berusaha mendorong dada Michael, tapi Michael semakin memperdalam kecupan. Dengan mata terpejam, Michael memberi lumatan-lumatan kasar di bibir ranum Moon. Tak hanya itu tangan lelaki itu pun tak diam sejak tadi, dia sesekali menyentuh bagian dada Moon. Michael tak memberikan Moon celah sama sekali. Moon hanya bisa pasrah dan ikut tenggelam pada permainan Michael. Keadaan di lorong kamar anak Moon terasa amat panas se
Mendengar perkataan Michael, Moon mendadak membeku. Apa benar Michael dan Clara sudah berpisah? Lalu apa penyebab keduanya berpisah. Tidak mungkin karena dirinya kan, itu tidak mungkin. Sekarang, pikiran Moon diliputi tanda tanya besar. Kendati demikian, ada rasa senang menjalar ke hatinya. 'Astaga Moon, apa yang kau pikirkan, seharusnya kau sedih ada seorang wanita yang menjadi janda!' Moon menjerit di dalam hati, dengan cepat mengusir pikiran gilanya itu. Cepat-cepat, Moon menoleh ke arah Michael. "Kalau pun kau sudah berpisah, hubungannya denganku apa, sudahlah Michael, pulang ke sana, kita tidak ada urusan lagi." "Tentu saja ada hubungannya denganmu," kata Michael, dengan suara rendah.Sewaktu itu, satu bulan setelah kepergian Moon dan si kembar, Michael menggugat cerai Clara. Clara sama sekali tak menolak. Justru wanita itu secara suka rela datang ke pengadilan. Clara sudah menyerah pada cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Namun, berdasarkan keputusan Michael, Michael tet
Dengan dada bergemuruh kuat, Michael lantas mendekat. Saat ini, wajahnya terlihat sangat merah padam, khayalan-khalayan liar pun mulai menari-nari dibenaknya. Dia berharap lelaki yang sedang bersama pujaannya bukanlah kekasih Moon. Ketiga manusia di depan sana tak menyadari ada sepasang mata menatap tajam ke arah mereka sejak tadi. Namun, tak hanya butuh waktu yang lama, Moon mulai merasa ada yang mengawasinya sekarang. Senyumnya langsung memudar, dia pun menoleh ke kanan dan ke kiri dengan kening berkerut kuat. Matanya langsung terbelalak kala pandangannya bertabrakan dengan netra Michael tiba-tiba. Moon terpaku di tempat. Michael tepat di dekatnya sekarang dan hanya berjarak satu meter saja. Jessica juga mulai menyadari keberadaan Michael, bedanya sorot matanya terlihat aberbinar-binar. Gadis kecil itu hendak membuka mulut. Namun, Michael terlebih dahulu membuka suara. "Moon siapa pria ini?" Michael bertanya sambil melayangkan tatapan tajam. Moon tampak gelagapan, dengan cepat
Balasan Julian membuat pupil mata Michael melebar sempurna. "Pergi ke mana maksudmu?" tanyanya dengan suara agak meninggi. Mendapat tatapan dari Michael, Julian meneguk air ludah berkali-kali, menahan takut karena tatapan yang dulu sering kali dia dapatkan akhirnya kembali. Sosok Michael ternyata benar-benar telah kembali. "Mungkin ini bisa menjawab pertanyaan, Tuan." Julian perlahan memberikan surat yang ditinggalkan Moon di rumah tadi. Kemarin, Julian sempat menghubungi Moon. Dia hendak menanyakan kabar wanita tersebut. Namun, panggilan tak kunjung diangkat. Julian pun memutuskan pergi ke tempat Moon dan si kembar. Sesampainya di sana, Julian dibuat terkejut mendapati rumah dalam keadaan kosong. Terlihat ponsel di atas meja dan mobil pemberian Michael masih terparkir rapi di halaman rumah. Julian juga menemukan sebuah surat. Secepat kilat Michael mengambil surat tersebut dari tangan Julian. Dia langsung membaca dengan seksama isi kertas tersebut. Betapa terkejutnya Michael
Clara lantas terpaku. "Apa maksudmu Michael?" Clara kembali membuka suara dengan suara yang bergetar. Michael tersenyum sinis sejenak."Ingatanku sudah kembali Clara, sudah jangan bersandiwara lagi, sekarang panggil Julian." Ketika membuka mata tadi, kepingan-kepingan memori Michael langsung muncul bak sebuah kaset. Mendengar balasan Michael, Clara kembali terkesiap. Namun, dalam sekejap riak muka Clara berubah jadi dingin. Benar, Kenny memang bukan anak kandung Michael, melainkan anak Maximus. Dulu, Clara pernah mabuk berat dan tak sengaja tidur dengan Maximus. Dia mengira lelaki itu adalah Michael, padahal bukan. Kala itu dia dan Maximus melakukan hubungan dalam keadaan sangat mabuk berat. Ketika matahari muncul ke permukaan langit, Clara pun bergegas keluar dari hotel sebelum Maximus sadarkan diri. Selama ini, cintanya bertepuk sebelah tangan. Lelaki bermata indah ini menolaknya mentah-mentah. Kendati demikian, Clara tak menyerah. Dia pun menjalankan siasat, memberi
Setelah berkata demikian, pupil Moon kian melebar. Dia baru sadar perkataannya tadi membuat air mata Jessica semakin tumpah. Saat ini, tangis Jessica terdengar pecah. Dia memukul-mukul badan mamanya. Moon pun berusaha menangis pukulan anaknya itu."Huuaa, Mama jahat! Itu Papa Jessica!" seru Jessica dengan air mata membasahi kedua pipinya. Melihat adiknya menangis, Jason hanya dapat terdiam. Memandangi adiknya dengan tatapan nanar. Tangisan Jessica membuat dadanya terasa sesak pula. Berbeda dengan Moon menarik napas berat dan berkata,"Jessica, mengertilah Nak, dia memang bukan Papamu, sekarang ayo kita pergi dan lupakan Uncle Michael ya.""Nggak mau! Itu Papa Jessica! Jessica kangen sama Papa!" seru Jessica, kemudian menoleh ke arah pintu. Bocah perempuan itu hendak kabur dan mencari Michael keluar. Namun, pergerakannya kalah cepat, Moon berhasil menangkap pergelangan tangannya.Dengan sekuat tenaga Jessica memberontak. Akan tetapi, berakhir sia-sia. Tenaganya tak sebanding dengan








