Michael menatapnya amat dalam, pernyataan cinta yang terdengar barusan membuat anggota tubuh Moon mendadak lumpuh seketika. Moon dapat merasakan hembusan napas bermata hijau itu menerpa wajahnya sekarang. Kedua manusia tersebut beradu tatap, tanpa membuka suara sama sekali. Hening melanda, hingga rintik hujan di luar terdengar amat jelas di telinga Moon sekarang. Moon hendak menggerakkan lidah. Namun, Michael merengkuhnya tiba-tiba dan kembali membungkam bibirnya dengan sebuah kecupan. Kali ini kecupan terasa terasa agak kasar dan memaksa. Dalam keadaan sadar Moon berusaha mendorong dada Michael, tapi Michael semakin memperdalam kecupan. Dengan mata terpejam, Michael memberi lumatan-lumatan kasar di bibir ranum Moon. Tak hanya itu tangan lelaki itu pun tak diam sejak tadi, dia sesekali menyentuh bagian dada Moon. Michael tak memberikan Moon celah sama sekali. Moon hanya bisa pasrah dan ikut tenggelam pada permainan Michael. Keadaan di lorong kamar anak Moon terasa amat panas se
Mendengar perkataan Michael, Moon mendadak membeku. Apa benar Michael dan Clara sudah berpisah? Lalu apa penyebab keduanya berpisah. Tidak mungkin karena dirinya kan, itu tidak mungkin. Sekarang, pikiran Moon diliputi tanda tanya besar. Kendati demikian, ada rasa senang menjalar ke hatinya. 'Astaga Moon, apa yang kau pikirkan, seharusnya kau sedih ada seorang wanita yang menjadi janda!' Moon menjerit di dalam hati, dengan cepat mengusir pikiran gilanya itu. Cepat-cepat, Moon menoleh ke arah Michael. "Kalau pun kau sudah berpisah, hubungannya denganku apa, sudahlah Michael, pulang ke sana, kita tidak ada urusan lagi." "Tentu saja ada hubungannya denganmu," kata Michael, dengan suara rendah.Sewaktu itu, satu bulan setelah kepergian Moon dan si kembar, Michael menggugat cerai Clara. Clara sama sekali tak menolak. Justru wanita itu secara suka rela datang ke pengadilan. Clara sudah menyerah pada cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Namun, berdasarkan keputusan Michael, Michael tet
Dengan dada bergemuruh kuat, Michael lantas mendekat. Saat ini, wajahnya terlihat sangat merah padam, khayalan-khalayan liar pun mulai menari-nari dibenaknya. Dia berharap lelaki yang sedang bersama pujaannya bukanlah kekasih Moon. Ketiga manusia di depan sana tak menyadari ada sepasang mata menatap tajam ke arah mereka sejak tadi. Namun, tak hanya butuh waktu yang lama, Moon mulai merasa ada yang mengawasinya sekarang. Senyumnya langsung memudar, dia pun menoleh ke kanan dan ke kiri dengan kening berkerut kuat. Matanya langsung terbelalak kala pandangannya bertabrakan dengan netra Michael tiba-tiba. Moon terpaku di tempat. Michael tepat di dekatnya sekarang dan hanya berjarak satu meter saja. Jessica juga mulai menyadari keberadaan Michael, bedanya sorot matanya terlihat aberbinar-binar. Gadis kecil itu hendak membuka mulut. Namun, Michael terlebih dahulu membuka suara. "Moon siapa pria ini?" Michael bertanya sambil melayangkan tatapan tajam. Moon tampak gelagapan, dengan cepat
Balasan Julian membuat pupil mata Michael melebar sempurna. "Pergi ke mana maksudmu?" tanyanya dengan suara agak meninggi. Mendapat tatapan dari Michael, Julian meneguk air ludah berkali-kali, menahan takut karena tatapan yang dulu sering kali dia dapatkan akhirnya kembali. Sosok Michael ternyata benar-benar telah kembali. "Mungkin ini bisa menjawab pertanyaan, Tuan." Julian perlahan memberikan surat yang ditinggalkan Moon di rumah tadi. Kemarin, Julian sempat menghubungi Moon. Dia hendak menanyakan kabar wanita tersebut. Namun, panggilan tak kunjung diangkat. Julian pun memutuskan pergi ke tempat Moon dan si kembar. Sesampainya di sana, Julian dibuat terkejut mendapati rumah dalam keadaan kosong. Terlihat ponsel di atas meja dan mobil pemberian Michael masih terparkir rapi di halaman rumah. Julian juga menemukan sebuah surat. Secepat kilat Michael mengambil surat tersebut dari tangan Julian. Dia langsung membaca dengan seksama isi kertas tersebut. Betapa terkejutnya Michael
Clara lantas terpaku. "Apa maksudmu Michael?" Clara kembali membuka suara dengan suara yang bergetar. Michael tersenyum sinis sejenak."Ingatanku sudah kembali Clara, sudah jangan bersandiwara lagi, sekarang panggil Julian." Ketika membuka mata tadi, kepingan-kepingan memori Michael langsung muncul bak sebuah kaset. Mendengar balasan Michael, Clara kembali terkesiap. Namun, dalam sekejap riak muka Clara berubah jadi dingin. Benar, Kenny memang bukan anak kandung Michael, melainkan anak Maximus. Dulu, Clara pernah mabuk berat dan tak sengaja tidur dengan Maximus. Dia mengira lelaki itu adalah Michael, padahal bukan. Kala itu dia dan Maximus melakukan hubungan dalam keadaan sangat mabuk berat. Ketika matahari muncul ke permukaan langit, Clara pun bergegas keluar dari hotel sebelum Maximus sadarkan diri. Selama ini, cintanya bertepuk sebelah tangan. Lelaki bermata indah ini menolaknya mentah-mentah. Kendati demikian, Clara tak menyerah. Dia pun menjalankan siasat, memberi
Setelah berkata demikian, pupil Moon kian melebar. Dia baru sadar perkataannya tadi membuat air mata Jessica semakin tumpah. Saat ini, tangis Jessica terdengar pecah. Dia memukul-mukul badan mamanya. Moon pun berusaha menangis pukulan anaknya itu."Huuaa, Mama jahat! Itu Papa Jessica!" seru Jessica dengan air mata membasahi kedua pipinya. Melihat adiknya menangis, Jason hanya dapat terdiam. Memandangi adiknya dengan tatapan nanar. Tangisan Jessica membuat dadanya terasa sesak pula. Berbeda dengan Moon menarik napas berat dan berkata,"Jessica, mengertilah Nak, dia memang bukan Papamu, sekarang ayo kita pergi dan lupakan Uncle Michael ya.""Nggak mau! Itu Papa Jessica! Jessica kangen sama Papa!" seru Jessica, kemudian menoleh ke arah pintu. Bocah perempuan itu hendak kabur dan mencari Michael keluar. Namun, pergerakannya kalah cepat, Moon berhasil menangkap pergelangan tangannya.Dengan sekuat tenaga Jessica memberontak. Akan tetapi, berakhir sia-sia. Tenaganya tak sebanding dengan