"Mama, ini semua salah Jessica! Jangan usir Paman ya, dia orang baik Ma. Tadi dia bantu Jessica sama Jason." Jessica beranjak cepat dari tepi tempat tidur kemudian merentang kedua tangannya. Gurat kepanikan tergambar sangat jelas di wajah bulatnya itu, keringat dingin pun mulai mengalir perlahan-lahan dari keningnya tatkala melihat Moon menatap tajam ke arah Michael saat ini.
Berbeda dengan Michael, terlihat biasa saja. Kehadiran Moon seolah-olah tidak diharapkan Michael sama sekali. Lelaki itu tak menyahut, atau pun berniat beranjak dari tepi kasur. Pemilik mata hijau itu hanya melirik Moon sekilas lalu melanjutkan lagi kegiatannya, berusaha mengambil peluru dari kulitnya. "Mama, Jessica mohon jangan usir Paman!" Lagi bocah perempuan bersurai hitam itu berseru. Menahan takut bila Moon akan mengusir Michael atau pun memarahinya. Napas Moon kian memburu. Bagaimana bisa anak perempuannya tiba-tiba mendatangkan seorang pria yang tidak dikenal ke dalam gubuknya sekarang. Terlebih penampilan Michael terlihat mencurigakan, ada bercak darah dan tato-tato aneh tergambar di tubuh Michael. Makin resah Moon dibuatnya. Secepat kilat ia menarik tangan Jason dan menarik anak laki-lakinya keluar dari kamar. "Tunggu di luar!" titah Moon kepada Jason. Jason mengangguk cepat kemudian memberi kode pada Jessica untuk keluar. Tetapi, Jessica menggeleng kuat, bergeming, dengan posisi tangan membentang. Melihat reaksi adiknya itu, Jason tentu saja melototkan mata. "Mama bilang keluar sekarang, Jessica!" seru Moon lalu cepat-cepat melangkah, mendekati Michael. Namun, Jessica tiba-tiba menghadangnya. "Tidak mau! Biarkan Paman tinggal di sini Ma, Paman terluka parah," kata Jessica sambil mendongak dan menyatukan kedua tangannya di depan dada. Pupil mata Moon makin melebar. Untuk pertama kalinya, melihat Jessica membela pria tak dikenal. Moon hirup udara di sekitar, menahan kesal karena Jessica mulai berani melawannya sekarang. Kemudian dia lirik kembali Michael dengan sangat tajam. "Hei, kau apa yang kau lakukan dengan anakku?! Keluar kau dari sini sekarang!" seru Moon, sorot matanya memancarkan rasa tidak suka. Sebab lelaki yang diajak berbicara, malah mengacuhkannya. Yang diajak bicara justru sibuk sendiri. Tak terdengar ringisan keluar dari bibir Michael saat mengeluarkan peluru itu. Bibirnya terkatup rapat dan matanya mengamati darah yang mengalir lembut dari permukaan kulitnya. "Mama, Paman tidak ngapain-ngapain Jessica, jangan usir Paman!" Suara Jessica mulai terdengar gemetar, menahan takut yang menjalar di sekujur tubuhnya. Sama halnya dengan Moon. Jessica juga baru pertama kali mendengar mamanya berkata dengan nada tinggi di hadapannya. "Jason, bawa adikmu keluar sekarang!" Moon justru memanggil Jason untuk menarik Jessica keluar. Mendengar hal itu, mata Jessica mulai berkaca-kaca. Jari-jarinya mungilnya mulai menyentuh kaki Moon."Tidak mau, jangan sakiti Paman, Ma!" "Jason!" Moon cepat-cepat menoleh ke belakang sambil memanggil Jason dengan sangat keras. Pupil mata Jason sedikit melebar. Terkesiap, kala sorot mata Moon kali ini terlihat sangat dingin hingga membuat tubuhnya mendadak lumpuh sekejap. Dengan tergesa-gesa dia menghampiri Jessica lalu menyeret adiknya keluar dari kamar dengan cepat. Begitu sampai di luar tangis Jessica makin pecah. Melalui celah pintu yang tidak ditutup rapat itu, Moon dapat mendengar Jessica meraung-raung sambil menangis. Namun, Moon tidak peduli. Dia harus mendepak lelaki tak jelas ini keluar dari rumahnya sekarang. Secepat kilat Moon mendekati Michael lalu merebut paksa gunting dari tangan Michael. "Hei, apa kau tuli? Pergi kau dari rumahku sekarang! Rumahku ini bukan tempat penampungan!" pekik Moon, dapat didengar Jessica dan Jason di luar sana. Michael menyeringai sebentar lalu cepat-cepat bangkit berdiri. "Rumah katamu? Tempat ini kau sebut rumah?" kata Michael dengan nada bicara sedikit merendahkan. Dada Moon bergemuruh kuat, menahan amarah yang sebentar lagi akan meledak. "Bagi kau, ini memang bukanlah rumah! Tapi bagi aku dan anak-anakku ini adalah tempat berlindung kami, pergi kau dari sini sekarang! Kau pasti sudah mengotori pikiran anakku tadi! Dasar tidak tahu diri! Siapa kau sebenarnya? Apa kau orang suruhan lelaki bedebah itu?!" jerit Moon, hingga penghuni di samping kanan dan kiri rumahnya bisa saja mendengar perkataannya barusan. Namun, keadaan rumah di sebelah dalam keadaan kosong. Jadi, tidak ada seorang pun yang mendengar selain manusia di dalam rumahnya sekarang. Kening Michael berkerut samar-samar. "Jangan bicara yang aneh gadis kurus, aku juga sudah selesai. " Michael tiba-tiba mengedarkan matanya di sekitar ruangan dengan sorot mata penuh cela. "Tenanglah aku akan pergi dari tempat yang kau sebut rumah ini." "Kau!" Kesabaran Moon sudah habis. Pria di depannya terlalu angkuh, menurutnya. Dengan kecepatan penuh dia ayunkan tangan kanannya ke arah rahang kanan Michael. Namun, ternyata pergerakkan tangannya dilihat Michael. Lelaki itu berhasil menahan tangan Moon. "Berani kau denganku hah?!" Michael tarik kuat tangan Moon hingga dada keduanya bertubrukkan sekarang. Moon membelalakan mata, dengan sekuat tenaga memberontak. "Lepaskan aku sialan! Pergi kau dari sini!!!" pekiknya, menggelegar. "Jangan usir Papa Jessica, Ma!" Dalam hitungan detik, Jessica menyembul dari balik pintu dengan air mata mengalir dengan sangat deras.Melihat pemandangan di depan, dengan sigap Moon mengalihkan pandangan ke samping. Sampai saat ini Moon tidak bisa menghilangkan perasaannya terhadap Michael. Namun, dia tahu diri, lelaki yang dia cintai telah memiliki istri dan anak. Dia tak mau menjadi orang ketiga di hubungan Michael dan Clara. Masih berdiri di situ, melalui ekor matanya, Moon dapat melihat Michael mengendurkan pelukan. Pasangan suami istri itu saling bersitatap satu sama lain. Moon memutuskan perlahan-lahan memundurkan langkah kaki, hendak keluar dari ruangan. Berlama-lama di sini membuat dada Moon bergemuruh kuat. "Clara bukankah sudah kukatakan untuk menunggu di dalam mobil?" tanya Michael. Tak menyadari bila Moon telah berhasil keluar dari mansion, dia mengendap-endap di antara kepulan asap, melewati kumpulan manusia di sekitar yang sudah menjadi mayat. Kembali ke dalam, Clara tak langsung menjawab, perhatiannya malah tertuju pada luka tembakan di perut Michael. Terlihat darah masih mengalir pelan dari permu
Mata Moon langsung melebar kala melihat Michael tertembak. Dia pun segera melontarkan timah panas pada David dan Maximus secara bergantian, sambil berdiri di depan Michael saat ini. Julian tak tinggal diam. Dia yang semula terduduk lemas di lantai, berdiri dengan cepat sambil ikut menembak dan menghampiri Michael yang tengah memegang perutnya sekarang. "Moon, kenapa kau ada di sini? Kau bisa menembak?" tanya Michael tanpa mengalihkan pandangannya pada Moon. Kedatangan Moon, membuat Michael sangat terkejut tadi. Sebelum menjawab, Moon mendengus kasar sejenak. Dia tak berniat menghentikan tembakan ke sisi Maximus dan David yang sekarang tampak kewalahan karena diserang dari segala arah, bukan hanya dia yang menembak, Julian dan anak buah Michael ikut menembak ke arah mereka. "Aku ingin membantumu Michael. Ya, aku bisa menembak, dulu saat aku menjadi model, pernah mengikuti klub tembak, sudahlah jangan kau pikirkan, sebaiknya kau keluar sekarang, aku akan membunuh Maximus!"
Begitu mendengar suara yang tidak asing di atas, rahang Maximus langsung mengetat. Dia mengabaikan asap putih akibat ledakan tadi yang mulai masuk ke ruangan perlahan-lahan sekarang. Para anak buah Maximus lantas memandang satu sama lain, bersiap-siap untuk mendengarkan perintah dari Maximus. "Anak kurang ajar! Berani-beraninya dia!" umpat David mengepalkan tangan erat-erat. Maximus lantas mendengus kasar. "Kalian cepat berpencar, bunuh semua anak buah Michael, aku akan naik ke atas sekarang!" perintah Maximus sambil melirik David sekilas. Mereka pun berjalan ke salah satu sudut pintu rahasia ke sisi kanan. Diikuti Maximus dan David melangkah ke pintu rahasia yang lainnya. Sementara itu, di antara puing-puing rumah akibat ledakan bom tadi, Michael sedang berpencar ke seluruh ruangan, mencari keberadaan Maximus. Julian dan anak buah Michael yang lainnya pun melakukan hal yang sama. "Tetap waspada, aku yakin pria itu sedang bersembunyi,"kata Michael sambil menatap ke arah Julian.
"Kau yakin di sana aman?" balas Michael mencoba mengikuti saran dari Clara. "Sangat aman, Michael. Kau tenang saja, di sana lebih aman, daripada di sini." Clara tiba-tiba mengalihkan mata ke arah Moon sekilas. "Rasanya sangat aneh bila ada seorang wanita tinggal bersamamu Michael."Michael enggan menanggapi, memilih memusatkan perhatian pada Moon. Berbeda dengan Moon, perkataan Clara terasa seperti sebuah sindirian halus baginya. Menurut Moon, itu hal yang wajar, yang dilakukan oleh Clara. Ia rasanya tak mau meminta pertolongan pada pasangan suami istri ini. Namun, posisinya sekarang tidak baik. Terlebih, nyawa kedua anaknya dalam bahaya besar. "Bagaimana Moon? Kau mau tinggal di sana bersama si kembar?" tanya Michael seketika. Moon tersenyum getir. "Boleh, yang penting Jessica dan Jason aman.""Baiklah keputusan sudah dibuat, Julian siapkan semua keperluan Moon dan si kembar, jangan sampai orang tahu keberadaan mereka," kata Michael kembali. Julian mengangguk. Tak berselang lama
Moon mematung di tempat ketika tiba-tiba dari pintu lain muncul sosok yang amat dia kenali, Omar, adik tirinya. Dulu, ketika tinggal bersama Omar dikenal suka membuat ulah dan kerap kali menganggunya. Kini, pria berperawakan tinggi dan besar itu berjalan cepat ke arah si kembar sambil menodongkan pistol."Hai Moon, sudah lama tidak berjumpa, kau semakin cantik saja," kata Omar dengan seringai tajam membentang di wajah. Melihat hal itu, napas Moon mendadak tercekat. Kedua anak kembarnya dalam bahaya besar sekarang. "Lepaskan anak-anakku Omar! Apa maumu hah?!" teriak Moon, mencoba menggerakkan kaki. "Eits, jangan bergerak, jika kau maju selangkah lagi aku tidak akan segan-segan membunuh keponakanku yang lucu ini," ucap Omar. Setelah itu cepat-cepat menutup mulut Jessica dan Jason dengan lakban.Beberapa hari sebelumnya, Omar diperintahkan kedua orang tuanya untuk menculik Moon. Dia akan mendapatkan uang yang sangat banyak bila berhasil membawa Moon. Omar hampir saja putus asa karen
Kedatangan Moon, membuat Michael dan Clara sontak terbelalak. Keduanya saling melirik ke arah pintu dengan ekspresi berbeda. Clara tampak keheranan sekaligus terkejut, mengapa ada wanita datang ke rumah suaminya saat ini. Sementara itu di luar pintu, Moon tertegun sambil menyentuh dadanya yang terasa perih akan pemandangan barusan. Moon tahu bila seseorang di dalam sana adalah istri Michael. Sebab beberapa hari yang lalu, Julian pernah menunjukkan foto pernikahan Michael."Siapa wanita itu?" tanya Clara seketika sambil menatap seksama wajah Michael. Ada percikan api cemburu terlihat di kedua bola matanya itu sekarang. "Namanya Moon, dia penolongku saat aku hilang ingatan, aku keluar sebentar ya, sepertinya Moon membutuhkan aku," jawab Michael singkat, tapi mampu membuat dada Clara terasa mulai panas. Namun, Clara berusaha untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan cemburunya di hadapan Michael. "Tunggu dulu Michael, jelaskan dulu padaku apa yang terjadi padamu selama ini?" tanya Clar