Beranda / Romansa / Paman, Jadi Papaku Ya! / 4. Jangan Usir Paman!

Share

4. Jangan Usir Paman!

Penulis: Ocean Na Vinli
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-18 20:17:55

"Mama, ini semua salah Jessica! Jangan usir Paman ya, dia orang baik Ma. Tadi dia bantu Jessica sama Jason." Jessica beranjak cepat dari tepi tempat tidur kemudian merentang kedua tangannya. Gurat kepanikan tergambar sangat jelas di wajah bulatnya itu, keringat dingin pun mulai mengalir perlahan-lahan dari keningnya tatkala melihat Moon menatap tajam ke arah Michael saat ini.

Berbeda dengan Michael, terlihat biasa saja. Kehadiran Moon seolah-olah tidak diharapkan Michael sama sekali. Lelaki itu tak menyahut, atau pun berniat beranjak dari tepi kasur. Pemilik mata hijau itu hanya melirik Moon sekilas lalu melanjutkan lagi kegiatannya, berusaha mengambil peluru dari kulitnya.

"Mama, Jessica mohon jangan usir Paman!" Lagi bocah perempuan bersurai hitam itu berseru. Menahan takut bila Moon akan mengusir Michael atau pun memarahinya.

Napas Moon kian memburu. Bagaimana bisa anak perempuannya tiba-tiba mendatangkan seorang pria yang tidak dikenal ke dalam gubuknya sekarang. Terlebih penampilan Michael terlihat mencurigakan, ada bercak darah dan tato-tato aneh tergambar di tubuh Michael. Makin resah Moon dibuatnya. Secepat kilat ia menarik tangan Jason dan menarik anak laki-lakinya keluar dari kamar.

"Tunggu di luar!" titah Moon kepada Jason.

Jason mengangguk cepat kemudian memberi kode pada Jessica untuk keluar. Tetapi, Jessica menggeleng kuat, bergeming, dengan posisi tangan membentang. Melihat reaksi adiknya itu, Jason tentu saja melototkan mata.

"Mama bilang keluar sekarang, Jessica!" seru Moon lalu cepat-cepat melangkah, mendekati Michael. Namun, Jessica tiba-tiba menghadangnya.

"Tidak mau! Biarkan Paman tinggal di sini Ma, Paman terluka parah," kata Jessica sambil mendongak dan menyatukan kedua tangannya di depan dada.

Pupil mata Moon makin melebar. Untuk pertama kalinya, melihat Jessica membela pria tak dikenal. Moon hirup udara di sekitar, menahan kesal karena Jessica mulai berani melawannya sekarang. Kemudian dia lirik kembali Michael dengan sangat tajam.

"Hei, kau apa yang kau lakukan dengan anakku?! Keluar kau dari sini sekarang!" seru Moon, sorot matanya memancarkan rasa tidak suka. Sebab lelaki yang diajak berbicara, malah mengacuhkannya.

Yang diajak bicara justru sibuk sendiri. Tak terdengar ringisan keluar dari bibir Michael saat mengeluarkan peluru itu. Bibirnya terkatup rapat dan matanya mengamati darah yang mengalir lembut dari permukaan kulitnya.

"Mama, Paman tidak ngapain-ngapain Jessica, jangan usir Paman!" Suara Jessica mulai terdengar gemetar, menahan takut yang menjalar di sekujur tubuhnya. Sama halnya dengan Moon. Jessica juga baru pertama kali mendengar mamanya berkata dengan nada tinggi di hadapannya.

"Jason, bawa adikmu keluar sekarang!" Moon justru memanggil Jason untuk menarik Jessica keluar.

Mendengar hal itu, mata Jessica mulai berkaca-kaca. Jari-jarinya mungilnya mulai menyentuh kaki Moon."Tidak mau, jangan sakiti Paman, Ma!"

"Jason!" Moon cepat-cepat menoleh ke belakang sambil memanggil Jason dengan sangat keras.

Pupil mata Jason sedikit melebar. Terkesiap, kala sorot mata Moon kali ini terlihat sangat dingin hingga membuat tubuhnya mendadak lumpuh sekejap. Dengan tergesa-gesa dia menghampiri Jessica lalu menyeret adiknya keluar dari kamar dengan cepat. Begitu sampai di luar tangis Jessica makin pecah.

Melalui celah pintu yang tidak ditutup rapat itu, Moon dapat mendengar Jessica meraung-raung sambil menangis. Namun, Moon tidak peduli. Dia harus mendepak lelaki tak jelas ini keluar dari rumahnya sekarang. Secepat kilat Moon mendekati Michael lalu merebut paksa gunting dari tangan Michael.

"Hei, apa kau tuli? Pergi kau dari rumahku sekarang! Rumahku ini bukan tempat penampungan!" pekik Moon, dapat didengar Jessica dan Jason di luar sana.

Michael menyeringai sebentar lalu cepat-cepat bangkit berdiri. "Rumah katamu? Tempat ini kau sebut rumah?" kata Michael dengan nada bicara sedikit merendahkan.

Dada Moon bergemuruh kuat, menahan amarah yang sebentar lagi akan meledak.

"Bagi kau, ini memang bukanlah rumah! Tapi bagi aku dan anak-anakku ini adalah tempat berlindung kami, pergi kau dari sini sekarang! Kau pasti sudah mengotori pikiran anakku tadi! Dasar tidak tahu diri! Siapa kau sebenarnya? Apa kau orang suruhan lelaki bedebah itu?!" jerit Moon, hingga penghuni di samping kanan dan kiri rumahnya bisa saja mendengar perkataannya barusan. Namun, keadaan rumah di sebelah dalam keadaan kosong. Jadi, tidak ada seorang pun yang mendengar selain manusia di dalam rumahnya sekarang.

Kening Michael berkerut samar-samar. "Jangan bicara yang aneh gadis kurus, aku juga sudah selesai. " Michael tiba-tiba mengedarkan matanya di sekitar ruangan dengan sorot mata penuh cela. "Tenanglah aku akan pergi dari tempat yang kau sebut rumah ini."

"Kau!" Kesabaran Moon sudah habis. Pria di depannya terlalu angkuh, menurutnya. Dengan kecepatan penuh dia ayunkan tangan kanannya ke arah rahang kanan Michael. Namun, ternyata pergerakkan tangannya dilihat Michael. Lelaki itu berhasil menahan tangan Moon.

"Berani kau denganku hah?!" Michael tarik kuat tangan Moon hingga dada keduanya bertubrukkan sekarang.

Moon membelalakan mata, dengan sekuat tenaga memberontak.

"Lepaskan aku sialan! Pergi kau dari sini!!!" pekiknya, menggelegar.

"Jangan usir Papa Jessica, Ma!" Dalam hitungan detik, Jessica menyembul dari balik pintu dengan air mata mengalir dengan sangat deras.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   64. Pergi Ke mana?!

    Balasan Julian membuat pupil mata Michael melebar sempurna. "Pergi ke mana maksudmu?" tanyanya dengan suara agak meninggi. Mendapat tatapan dari Michael, Julian meneguk air ludah berkali-kali, menahan takut karena tatapan yang dulu sering kali dia dapatkan akhirnya kembali. Sosok Michael ternyata benar-benar telah kembali. "Mungkin ini bisa menjawab pertanyaan, Tuan." Julian perlahan memberikan surat yang ditinggalkan Moon di rumah tadi. Kemarin, Julian sempat menghubungi Moon. Dia hendak menanyakan kabar wanita tersebut. Namun, panggilan tak kunjung diangkat. Julian pun memutuskan pergi ke tempat Moon dan si kembar. Sesampainya di sana, Julian dibuat terkejut mendapati rumah dalam keadaan kosong. Terlihat ponsel di atas meja dan mobil pemberian Michael masih terparkir rapi di halaman rumah. Julian juga menemukan sebuah surat. Secepat kilat Michael mengambil surat tersebut dari tangan Julian. Dia langsung membaca dengan seksama isi kertas tersebut. Betapa terkejutnya Michael

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   63. Lara

    Clara lantas terpaku. "Apa maksudmu Michael?" Clara kembali membuka suara dengan suara yang bergetar. Michael tersenyum sinis sejenak."Ingatanku sudah kembali Clara, sudah jangan bersandiwara lagi, sekarang panggil Julian." Ketika membuka mata tadi, kepingan-kepingan memori Michael langsung muncul bak sebuah kaset. Mendengar balasan Michael, Clara kembali terkesiap. Namun, dalam sekejap riak muka Clara berubah jadi dingin. Benar, Kenny memang bukan anak kandung Michael, melainkan anak Maximus. Dulu, Clara pernah mabuk berat dan tak sengaja tidur dengan Maximus. Dia mengira lelaki itu adalah Michael, padahal bukan. Kala itu dia dan Maximus melakukan hubungan dalam keadaan sangat mabuk berat. Ketika matahari muncul ke permukaan langit, Clara pun bergegas keluar dari hotel sebelum Maximus sadarkan diri. Selama ini, cintanya bertepuk sebelah tangan. Lelaki bermata indah ini menolaknya mentah-mentah. Kendati demikian, Clara tak menyerah. Dia pun menjalankan siasat, memberi

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   62. Sadarkan Diri

    Setelah berkata demikian, pupil Moon kian melebar. Dia baru sadar perkataannya tadi membuat air mata Jessica semakin tumpah. Saat ini, tangis Jessica terdengar pecah. Dia memukul-mukul badan mamanya. Moon pun berusaha menangis pukulan anaknya itu."Huuaa, Mama jahat! Itu Papa Jessica!" seru Jessica dengan air mata membasahi kedua pipinya. Melihat adiknya menangis, Jason hanya dapat terdiam. Memandangi adiknya dengan tatapan nanar. Tangisan Jessica membuat dadanya terasa sesak pula. Berbeda dengan Moon menarik napas berat dan berkata,"Jessica, mengertilah Nak, dia memang bukan Papamu, sekarang ayo kita pergi dan lupakan Uncle Michael ya.""Nggak mau! Itu Papa Jessica! Jessica kangen sama Papa!" seru Jessica, kemudian menoleh ke arah pintu. Bocah perempuan itu hendak kabur dan mencari Michael keluar. Namun, pergerakannya kalah cepat, Moon berhasil menangkap pergelangan tangannya.Dengan sekuat tenaga Jessica memberontak. Akan tetapi, berakhir sia-sia. Tenaganya tak sebanding dengan

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   61. Tak Mau Mengusik

    Melihat pemandangan di depan, dengan sigap Moon mengalihkan pandangan ke samping. Sampai saat ini Moon tidak bisa menghilangkan perasaannya terhadap Michael. Namun, dia tahu diri, lelaki yang dia cintai telah memiliki istri dan anak. Dia tak mau menjadi orang ketiga di hubungan Michael dan Clara. Masih berdiri di situ, melalui ekor matanya, Moon dapat melihat Michael mengendurkan pelukan. Pasangan suami istri itu saling bersitatap satu sama lain. Moon memutuskan perlahan-lahan memundurkan langkah kaki, hendak keluar dari ruangan. Berlama-lama di sini membuat dada Moon bergemuruh kuat. "Clara bukankah sudah kukatakan untuk menunggu di dalam mobil?" tanya Michael. Tak menyadari bila Moon telah berhasil keluar dari mansion, dia mengendap-endap di antara kepulan asap, melewati kumpulan manusia di sekitar yang sudah menjadi mayat. Kembali ke dalam, Clara tak langsung menjawab, perhatiannya malah tertuju pada luka tembakan di perut Michael. Terlihat darah masih mengalir pelan dari permu

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   60. Menolong

    Mata Moon langsung melebar kala melihat Michael tertembak. Dia pun segera melontarkan timah panas pada David dan Maximus secara bergantian, sambil berdiri di depan Michael saat ini. Julian tak tinggal diam. Dia yang semula terduduk lemas di lantai, berdiri dengan cepat sambil ikut menembak dan menghampiri Michael yang tengah memegang perutnya sekarang. "Moon, kenapa kau ada di sini? Kau bisa menembak?" tanya Michael tanpa mengalihkan pandangannya pada Moon. Kedatangan Moon, membuat Michael sangat terkejut tadi. Sebelum menjawab, Moon mendengus kasar sejenak. Dia tak berniat menghentikan tembakan ke sisi Maximus dan David yang sekarang tampak kewalahan karena diserang dari segala arah, bukan hanya dia yang menembak, Julian dan anak buah Michael ikut menembak ke arah mereka. "Aku ingin membantumu Michael. Ya, aku bisa menembak, dulu saat aku menjadi model, pernah mengikuti klub tembak, sudahlah jangan kau pikirkan, sebaiknya kau keluar sekarang, aku akan membunuh Maximus!"

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   59. Penyerangan Balik

    Begitu mendengar suara yang tidak asing di atas, rahang Maximus langsung mengetat. Dia mengabaikan asap putih akibat ledakan tadi yang mulai masuk ke ruangan perlahan-lahan sekarang. Para anak buah Maximus lantas memandang satu sama lain, bersiap-siap untuk mendengarkan perintah dari Maximus. "Anak kurang ajar! Berani-beraninya dia!" umpat David mengepalkan tangan erat-erat. Maximus lantas mendengus kasar. "Kalian cepat berpencar, bunuh semua anak buah Michael, aku akan naik ke atas sekarang!" perintah Maximus sambil melirik David sekilas. Mereka pun berjalan ke salah satu sudut pintu rahasia ke sisi kanan. Diikuti Maximus dan David melangkah ke pintu rahasia yang lainnya. Sementara itu, di antara puing-puing rumah akibat ledakan bom tadi, Michael sedang berpencar ke seluruh ruangan, mencari keberadaan Maximus. Julian dan anak buah Michael yang lainnya pun melakukan hal yang sama. "Tetap waspada, aku yakin pria itu sedang bersembunyi,"kata Michael sambil menatap ke arah Julian.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status