Share

Bab 4-Opposition of The Decision

Setiap tahun di suatu musim tertentu, harga daging babi menjadi sangat mahal. Sehingga para—yang berkuasa berlomba-lomba mendapatkannya, dengan demikianlah Harbetor mengadakan pertandingan berburu babi hutan, siapa tercepat dan mendapat paling banyak akan memenangkan kompetisi tersebut. Namun semenjak kedatangan Duke Edmund Aisteree putra sulung Raja Antonio penguasa Antaragon—yang terkenal begitu bijak, kompetisinya dikabarkan segera dihapus dari daftar resmi Harbetor. Edmund hanya tidak menginginkan para kaum bawah diperbudak orang-orang kaya untuk memenuhi nafsu semata, mereka bisa celaka bahkan mungkin binasa. Babi hutan terkenal ganas, kuat, juga cerdik, hanya satu persen kemungkinan seseorang bisa memenangkannya. Semua permainan bodoh itu hanya akan merugikan pihak kaum bawah.

Tahun lalu, seluruh pendaftar berjumlah seratus lima belas jiwa, semuanya laki-laki yang kelihatan gagah dan tangguh. Meski begitu, hanya tiga puluh orang yang selamat saat kembali, dan hanya dua orang pula berhasil mendapat masing-masing dua babi.

Duke yang baru dengan masa jabatan masih terbilang singkat, tata cara kepemimpinannya kerap kali di puji, kali ini ia mendapat bantahan sekaligus cemooh setelah mengajukan penghapusan kompetisi berburu tersebut. Apalagi dari kaum borjuis, mereka sampai rela membayar orang untuk mengadakan demo di depan kastil Harbetor.

Para prajurit segera diturunkan demi mengamankan kawasan kastil, seratus anggota berada di gerbang perbatasan, sementara sisanya menjaga area paviliun yang rentan terkena amukan karena tidak ada pembatas antara halaman dengan bangunan.

Selain kaum kalangan atas alias borjuis yang menolak keputusan sang duke, rupanya para tuna wisma juga menyatakan hal yang serupa. Mereka menganggap kesempatan yang ada di kompetisi ini sangat berguna bagi kehidupan, jika menang akan tentram tapi kalau pun kalah mereka bisa langsung mati tanpa perlu menyusahkan keluarga untuk mengadakan upacara pemakaman yang memakan biaya cukup banyak. Jasad orang-orang itu jelas dibiarkan saja membusuk di hutan atau menjadi hidangan binatang buas.

Sang duke memandang datar keadaan di luar kastil melalui jendela besarnya di atas menara, "Aku tidak menyangka akan sericuh ini jadinya. Bagaimana menurutmu Jordan? Haruskah ku cabut keputusanku menghilangkan kompetisi berburunya?"

Jordan Attalas—putra bungsu Kaisar pemimpin tertinggi di sistem monarki negeri ini, tengah singgah mengunjungi sepupunya karena penasaran mengenai betapa populernya si duke tua itu berkat tata kelola kepemimpinannya yang disebut bijaksana tiada tandingan. Namun saat ia baru sampai, puncak masalah pun tiba, Jordan merasa dirinya datang di waktu yang tidak tepat karena ini diluar ekspetasi dan pembicaraan orang yang beredar dari mulut ke mulut.

"Hey, aku bicara padamu."

"Entahlah sepupuku, hari ini aku melihat fakta kepemimpinan The Duke Harbetor yang sebenarnya. Kau terlihat seperti remaja labil," ejeknya penuh canda, meski terpaut usia jeda sepuluh tahun, Jordan yang berjiwa bebas tidak mau terikat aturan, dia pun sangat santai berbicara dengan sepupunya yang jauh lebih tua, "Tapi kalau di pikir-pikir, cabut saja keputusanmu. Ada peristiwa seperti ini pasti cepat sekali masuk ke telinga penduduk di wilayah lain. Karena namamu dianggap sangat baik oleh banyak orang, tidak memungkinkan kejadian ini membuat orang anti-Edmund menyebarkan rumor buruk."

Pria itu berdecak, "Jadi menurutmu aku harus mengikuti kemauan mereka demi nama bersihku terus terpampang? Ah, sebenarnya aku sungguh tidak peduli mau siapapun yang mendukung atau membenciku. Sistem negeri ini monarki, aku akan tetap jadi pemimpin sampai usia membatasi walaupun banyak yang benci."

"Aha, kau terlalu realistis bung. Pantas tidak ada wanita yang berani mendekatimu," Cibir Jordan seraya menyesap minuman anggur miliknya. Dia menatap lama kerumunan di luar sana, tidak ada yang menarik—sama seperti demo di mana pun tempatnya, selalu saling lempar, dorong-dorongan, dan bahkan terkadang berkelahi menggunakan senjata tajam. Beruntung penduduk Harbetor tak melakukan hal di luar batas, mereka hanya terlihat saling mendorong dan berteriak mengajukan kekesalan.

Namun satu orang diantara kerumunan itu berhasil membuat Jordan tidak menoleh sekalipun sang duke segera duduk di ruangannya kembali dan menyuruh sepupu mudanya itu untuk segera pergi.

"Perempuan itu tangguh sekali, aku salut melihat gadis muda sepertinya berada di antara para pria dan ikut berjuang mempertahankan keinginan mereka," ujar Jordan mendadak membuat Edmund mengalihkan padangan padanya disertai alis tertaut.

"Siapa? Kekasih barumu?"

"Orang itu, yang ikut berdesakan di kerumunan, dia sepertinya masih gadis," Jordan menyunggingkan senyum licik, "Tunggu sebentar, bagaimana kalau kau cabut saja keputusanmu sekarang. Apa tidak kasihan melihat gadis itu? Bagaimana jika tiba-tiba tubuhnya terdorong sampai luka?"

Ed segera bangkit dari meja kerja, dia kembali mendekat ke jendela sampai akhirnya menemukan sosok tidak asing dengan surai gelap kemerahan sepanjang pinggang ikut berdesakan di lautan manusia depan sana. Tubuhnya yang kecil dan ringkih sering kali terombang-ambing dari satu dudut ke sudut lainnya dengan mudah. Meski begitu dia juga tampak kukuh hendak mempertahankan diri, "Semalam hujan lebat, aku harus menunda kepergian ke perbatasan. Sekarang sedang ada demo di depan kastil, apa aku harus menundanya juga karena ini?" Pria itu menggerutu sambil terburu meninggalkan ruangan.

Jordan sontak mencibir, "Dasar pria tua! Kau suka perempuan juga ternyata."

Sementara itu, di bawah kericuhan bagai ombak tsunami pinggir pantai mendadak tenang tatkala siluet tubuh sang duke mulai terlihat dari kejauhan. Seluruh bibir seperti diputuskan untuk terkunci supaya bisa memusatkan pandangan pada si pemimpin, aura kebijaksanaan Edmund memang sungguh luar biasa sehingga orang-orang begitu segan kepadanya.

Langkahnya yang elegan berhenti di depan gerbang, lalu memerintahkan para prajurit untuk membukanya—dan sontak segera disanggupi.

Yang aneh, rakyat segera mundur memberi ruang saat Duke Edmund menjejakkan kaki keluar halaman kastil, padahal sebelumnya mereka memaksakan diri untuk menerobos gerbang hingga hampir roboh.

"Aku akan mencabut keputusanku," ujar Edmund tegas, namun orang-orang masih tetap melongo tidak ada yang bergerak sedikitpun, "Aku sudah mencabutnya dan kompetisi berburu ini tidak akan dihapus dari catatan resmi kegiatan tahunan Harbetor. Maaf sudah membuat kalian kecewa karena keegoisanku, kegiatan ini mungkin sangat berharga bagi beberapa pihak karena tentunya sudah dilakukan turun-temurun oleh penduduk asli setempat, aku sebagai pendatang mohon maaf sebesar-besarnya sampai memicu keributan yang mengganggu waktu kalian."

Sorak dari satu orang mendadak disahuti yang lainnya, sehingga gemuruh kebahagiaan itu segera meliputi mereka. Orang-orang kemudian berbondong-bondong meninggalkan tempat dengan senyum kebahagiaan terukir di benak masing-masing membuat Edmund menghela napas, 'Apakah mereka tidak sadar kalau sedang diperbudak dan akan segera mati?'

Seorang gadis bersurai kemerahan yang diikat tinggi ke atas keluar dari kerumunan tersebut, dia tidak ikut pergi, namun justru mengarah mendekati Sang duke. Seketika pria itu dibuat menahan napas karena terpesona berkat kecantikannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status