Share

Menentukan pilihan : berciuman

Si gadis tak memperdulikan perlakuan darinya. Fokusnya sekarang hanya pada gudang yang harus cepat ia bersihkan. 

Kenzo hanya menatap Aluna datar, sia - sia saja ia memperlakukannya dengan baik, klo akhirnya ia hanya di gantungkan saja. (Ehem kang ghosting nih ceritanya)

"Lun, udh kelar belum bersih - bersihnya?" Tanya Kenzo.

"Kelar... belum... kelar... belum Lo kira gue babu lo apa?! Lo aja nggak ngebantuin gue, malah bersantai - santai ria. Klo gitu gue juga bisa kali!" protes Aluna, melempar tongkat bulu ayam ke sang pria. 

"Ckk! Ealah kayak gitu doank marah!" seru Kenzo mengambil tongkat yang tadi di lempar oleh Aluna, tapi tak sampai kepada dirinya. 

Aluna berdecak kesal, dirinya mulai lelah karena sedari tadi hanya ialah yang membersihkan gudang yang seluasnya melebihi kamar di rumahnya. Ia pun mulai turun dari meja, lalu menepuk - nepuk rok nya yang kotor karena debu yang di singkirkan di sudut gudang itu membuat roknya sedikit lusuh.

Tanpa di sadari, tangan kanan milik Kenzo mulai di layangkan menuju ke wajah Aluna. Aluna yang kaget hanya bisa berteriak sambil menangkupkan kedua tangan di wajahnya dengan dalam. 

Tik...

Tik...

Tik...

Tujuh detik berlalu, hanya ada suara jam dinding yang terdengar. Aluna yang mulai tenang kini membuka tangkupan tangan dari wajahnya dan beralih menatap Kenzo yang berada di hadapannya. 

"Ihh...Nggak lucu tau!" ucap Aluna memukul - mukul dada bidang sang empu dengan keras. Kenzo yang melihat tingkah imut Aluna itu hanya bisa tertawa. Kemudian, Ia menaruh tangan kanannya di atas kepala Aluna. Mulai membersihkan sisa - sisa debu dan sarang laba2 yang berada di rambut hitamnya, karena sebelumnya Aluna tak memakai penutup kepala. 

Aluna mendongok, menatap pria itu dengan lekat sambil menutup mata perlahan. Kenzo yang melihat sikap Aluna yang demikian merasa Ia harus munuruti isyarat yang di berikan. 

Kenzo mulai mendekatt...

Semakin mendekat...

Hampir mendekat...

dan..

"Tuk!"

Sebuah jitakan keras mengenai dahi si gadis yang imut itu. Tanpa aba - aba Kenzo langsung bertanya untuk apa menutup mata dan Aluna hanya menjawab dengan alasan; menutup mata adalah jalan ninjanya agar ia tak ingin debu yang sedang di bersihkan oleh dirinya pindah ke area mata indahnya. 

Kenzo yang mendapat jawaban yang logis atas permasalahan yang tadi hanya di balas dengan ber `Oh ria. 

'Padahal bukan itu yang ku maksud wk wk wk wk' ucap Aluna dalam hati.

***

Banyak sekali buku, dokumen dan berkas - berkas yang harus di tata rapi oleh mereka, begitupun ada satu buku yang harus Aluna cari. Karena itu adalah buku yang dititipkan oleh Pak Darpo ke dirinya. Ia berhenti sejenak dari aktivitasnya, duduk bersandar di tembok gudang, terlihat letih karena membersihkan hampir tiga per empat keseluruhan isi dari gudang. 

Kenzo yang sedang memegangi sapu menghembuskan nafasnya gusar. Setelah ia baru saja ingin mulai membantu membersihkan gudang dan malahan Aluna pergi untuk duduk bersantai. Kini ia tau, bahwa itulah yang Aluna rasakan tadi. Mengingat bahwa Ia melakukan hal yang sama kepadanya 1 jam yang lalu.

Ia pun merasa bersalah kepada Aluna, ingin meminta maaf namun enggan untuk bicara kepadanya. Cukup lama juga ia berpikir, akhirnya ia menemukan cara jitu tanpa harus berbicara dengan Aluna, yaitu tidak membuat keributan dengan dirinya dan mulai membantunya membersihkan gudang. 

Sekarang ia sedang menata satu per satu buku yang berserakan di lantai dan lanjut memindahkannya ke rak panjang di gudang. 

Sebelumnya buku - buku itu memang sudah tertata rapi di rak gudang. Mungkin, karena tikus penghuni gudang yang senang membuat ulah. Sehingga membuat kacau seisinya. Biasalah hewan penggerat nggak ganggu, nggak hebat! 

Dengan badan yang sedikit tergopoh - gopoh ia melangkah kan kakinya sambil membawa banyak sekali tumpukan kertas,dokumen dan map warna - warni di tanggan nya. Jika dihitung mungkin tingginya bisa mencapai 50 centi atau lebih. 

Aluna yang melihat Kenzo sedang kesusahan tak berniat untuk membantunya. Saat Kenzo sedang berjalan, Ia sengaja menjagal kaki kenzo dengan kakinya. Alhasil sang pria yang membawa tumpukan kertas yang tinggi itu pun langsung jatuh terjungkal ke depan dengan wajahnya yang nyunsep ke lantai. 

"Bangs*t!" seru Kenzo kesakitan seraya memegangi wajah tampannya dengan tangan. 

Aluna yang melihat kejadian itu hanya mem- BEngek seketika. 

"Awok awok awokwk wk wk wk wh Whahah! whahha! hah! hahh.. hah.. hah.." Aluna memegangi dadanya, terasa sesak karena tawa bengeknya. Melihat sang pria kesakitan membuat dirinya begitu bahagia. Memang, dia seperti teman lucnat yang nggak 

ada akhlak!

Tak terasa tawa - an itu memberikan sedikit embun di sudut matanya, sehingga ia pun mengusapnya pelan.

Semakin lama Aluna malah semakin tertawa keras sambil memegangi perutnya. Bagaiamana pun ia mencoba berhenti tertawa? tapi, melihat komuk sang pria membuat pita suaranya seakan mati rasa. 

"Ngapai lo jagal kaki gue hah?" Tanya Kenzo berdiri kemudian menghampiri Aluna. 

"Jangan asal nuduh donk Bambang, tengok tuh." Jawab Aluna, menunjuk tempat sang pria tadi terjatuh. 

Kenzo tak percaya, Ia tadi sempat merasakan bahwa itu adalah sebuah kaki yang menjagalnya. Tapi, kenyataan berkata lain. Bahwa Itu adalah sapu yang tergeletak di lantai.

Tak mau terlalu lama memikirkannya, Ia langsung berbalik membelakangi Aluna dan menghampiri buku yang berlarian tak tentu arah. Aluna pun mengekorinya dan berjalan di belakangnya.

"Udh istirahatnya? Cepet batuin gue beresin kekacaun ini." Tanya Kenzo, Ia pun mulai memungut satu per satu berkas dan segala jenisnya lalu menumpuknya kembali seperti semula.

"Iya," Hanya ucapan singkat yang Aluna berikan.

Di saat Kenzo sedang mengambil satu buku yang tebal, Ia melihat kecoa kecil sedang tersenyum smirk kepadanya. Mengisyaratkan seperti akan mendekatinya dengan refleks ia langsung berteriak sambil membuang buku itu dan berlindung takut di punggung Aluna. 

"Ekhem ekhem Rupanya ada pria yang tampan tapi takut ama kecoak nih?" Sindir Aluna lalu berdiri dari duduknya.

"Siapa yang takut ama kecoak? Lo aja kali, bukan gue!" timpal Kenzo, mulai menjauh dari punggung Aluna. berbohong!

"Yakin nih nggak takut." Aluna coba menyakinkan sekali lagi dengan kecoa yang sudah berada di tangannya. Entah bagaimana caranya Ia bisa menangkap kecoa itu? Padahal, tadi Kenzo telah melihatnya sudah terbang menjauh.

Kenzo kaget dan berlari tunggang - langgang tak beraturan yang membuat Aluna semakin jail melihatnya.

"Hosh... hosh.. udah, udah cukup Lun! gue nyerah. Gue tuh sebenernya nggak takut ama kecoak, cuman jijik aja gitu" Ungkap Kenzo masih mengatur nafasnya setelah di kejar oleh sang kecoa yang berada di tangan Aluna. 

Aluna tak goyah, Ia masih saja menjahili Kenzo dengan Kecoa tangkapannya. Kenzo pun menyerah dan memberi pilihan pada Aluna. 

Pilihan pertama jika Aluna tidak menjahili Ia lagi dengan kecoa maka, Ia akan memberikan Hp Iphone keluaran terbaru dan pilihan yang kedua Ia akan memberikan sepatu branded kepada Aluna, Jika Ia bersedia tak lagi mengganggunya sekali ini saja. 

Ia tak memilih pilihan yg di berikan Kenzo kepadanya. Ia lebih memilih menentukan pilihannya sendiri dan malah membuat Kenzo menjadi pusing 7 keliling atas apa yang di buatnya?

Kenzo sudah memberikan pilihan yng sangat bagus untuknya, tapi Ia menolak mentah - mentah dan Aluna masih tetap pada pendiriannya dan mulai berbisik pelan.

"Cium gue," 

Mata Kenzo membulat dengan sempurna, mencoba mencerna kata - kata yang barusan ia dengar. Mana mungkin hal itu terjadi? Secara kan dia dan Aluna baru saja bertemu beberapa jam yang lalu.

*** 

Aluna bersorak dengan gembira mendengar bahwa pilihannya telah di kabulkan oleh sang pria tampan itu.

Sedangkan Kenzo, dia hanya duduk  terkulai lemas di lantai. Ia masih shock dengan apa yang baru saja terjadi? Mengatur nafas dan mencoba menyeka darah segar yang keluar dari bibirnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status