Share

7. Apa Kau Cemburu?

"Apapun itu, Thania. Usahakanlah untuk datang. Walaupun sebenarnya kau tak ingin datang. Entah itu karena ketidaksenanganmu atas hubungan mereka ataupun alasan yang lain. Bagaimanapun dia adalah kakak kandungmu. Saudara sedarah, Thania."

Memang kata 'sedarah' inilah yang selalu membuat Thania menahan diri dan selalu mengalah. 

"Ok mom. Akan kuusahakan."

...

"Thania, ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Atau kau tak menyukai rasa makanan ini?"

"Bukan Alfred. Hanya ada yang sedang aku pikirkan."

"Apa kau mau menceritakannya, sayang? Aku akan menjadi pendengarmu."

"Hanya tentang saudara perempuanku. Dia besok akan menikah dengan Andrew,"

"Aku hanya tak mungkin bisa menghadiri pernikahannya. Ini bukanlah hari libur. Selain itu, ini adalah akhir bulan, dimana laporan keuangan dari semua kantor cabang menumpuk di mejaku. Mom ingin supaya aku tetap hadir apapun itu alasannya."

"Ok. Tidak masalah. Aku akan menemanimu. Kita bolos bersama." kata Alfred sambil tersenyum miring.

Selesai makan malam, Alfred mengajak Thania mencari gaun. Dia menarik tangan Thania masuk ke dalam sebuah butik berdinding pink pucat. Ketika pintu dibuka, kedatangan mereka di sambut seorang gadis cantik berambut ikal panjang keemasan.

"Alfred. Suatu kejutan kau datang kemari."

"Natalie. Maaf karena aku tak pernah sempat berkunjung." 

Natalie tertawa kecil, "Ah, jangan segan begitu, Alfred. Kejadian itu sudah berlalu lama sekali. Tidak seharusnya kau menghindariku hanya karena hal itu, bukan." katanya lalu melirik ke arah Thania dimana tangannya masih di genggam oleh Alfredo. 

"Apa ada yang bisa aku bantu?" katanya kemudian. 

"Natalie, dia Nathania Smith." kata Alfred.

"Panggil aku Thania," sambung Thania sambil tersenyum memperkenalkan diri.

"Hai Thania. Namaku Natalie Adams."

"Sekarang apa yang bisa aku bantu untuk kalian?" 

"Dia akan menghadiri pernikahan saudarinya. Aku menginginkan gaun terbaikmu untuk dia pakai. Aku ingin dia terlihat paling cantik di acara itu." kata Alfredo tegas.

"Aku ada beberapa gaun dari designer terkemuka. Sebentar aku ambil kan. Cobalah beberapa Thania." kata Natalie ramah.

Sebentar kemudian, Thania keluar dengan gaun hitam panjang dengan belahan dada dan punggung rendah, dan ada jahit panjang di bagian bawah sehingga kaki panjang Thania terlihat. Gaun yang begitu sexy.

Alfredo mengangkat alis. Mengacungkan jempolnya. Thania masuk kembali untuk mencoba gaun kedua. 

Gaun merah marron membungkus ketat badan kurus Thania, terlihat belahan dada dan punggungnya berhias cantik dengan payet-payet berkilau di bagian pinggangnya.

Alfredo memberi kode OK dengan tangan kanannya. Sambil tersenyum. 

Dan gaun ketiga adalah gaun berwarna pink lembut dengan aksen tali di bahunya. Di bagian dadanya tertata payet-payet berkilau yang indah. 

"Yaa, hanya itu gaun terbaikku. Terserah kalian yang menentukan." kata Natalie tersenyum pada mereka.

"Kita ambil gaun kedua. Gaun marron, Natalie." Alfredo memutuskan warna itu terlihat paling cocok untuk kulit Thania. Terlihat lebih cerah dan berani. Sebaliknya Thania melotot pada Alfredo. 

Setelah Natalie masuk untuk mempersiapkan gaun itu, Thania baru bersuara.

"Apa kau tidak salah, gaun itu yang termahal. Dan itu hanya dipakai sekali, tidak sering-sering dipakai. Ini namanya pemborosan Alfred."

Alfredo ketawa terkekeh.

"Yayaya, tinggalkan sejenak divisi finance, sayang. Kita tidak sedang memakai uang kantor. "

"Karena ini bukan uang kantor, bukan jawaban yang tepat Alfredo. Kau juga harus menabung untuk hidupmu."

"Ya, Thania. Aku memang sedang menabung. Saat ini aku sedang menabung untuk masa depan kita. Dan sekarang aku menabung untuk kebahagiaanmu."

"Lagipula tidak setiap waktu aku membelikanmu gaun."

"Alfredo, aku bukan terlahir dari keluarga kaya. Karena itu aku tahu semua harus di dapat dengan bekerja keras."

Alfredo memeluk Thania, "Mulai saat ini bekerjalah tidak terlalu keras, Thania. Aku tak ingin melihatmu terlalu keras berusaha."

...

Setelah keluar dari toko Natalie, Alfredo mengajak Thania menikmati pemandangan kota dari atas bukit. Memang terlihat sangat cantik di malam hari. Dengan lampu-lampu berkedip seakan berserakan di bawah, dan bintang yang berkedip di langit.

Thania teringat Natalie, ada beberapa pertanyaan yang dia simpan untuk Alfredo.

"Sayang, siapa sebenarnya Natalie? Dan mengapa dia mengatakan kau lama tidak mengunjunginya? Dan peristiwa apa sebenarnya yang sudah terjadi?"

"Natalie! Dimasa lalu dia adalah sahabatku. Aku, Carl dan Natalie. Carl mencintai Natalie, tapi Natalie menyatakan cinta padaku. Itulah alasannya mengapa aku lama tak berkunjung. Carl menyadari cintanya bertepuk sebelah tangan, sehingga dia lari ke Indonesia. Tepatnya di Bali. Di sana akhirnya hatinya berlabuh pada Siane. Dia menikah dan kita berdua, aku dan Natalie belum juga menikah." ceritanya sambil tertawa.

"Jadi, bagaimana perasaanmu pada Natalie?" 

"Natalie bagiku hanya seorang sahabat yang di dekati oleh saudara angkatku. Jadi seharusnya aku membantu bukan malah menjadi hambatan bagi mereka. Tapi itu semua memang tidak bisa dipaksakan."

"Karena harus ada rasa klik di hati kedua pasangan. Seperti kita, Thania."

Thania mencubit pinggang Alfred, "Itu tidak menjawab pertanyaanku, Alfred. Apa kamu mencintainya?"

"Aduh sakit, sayangku. Kau ingin aku menjawab?"

"Ya tentu saja aku butuh jawaban."

Alfred terkekeh, "Aku juga punya pertanyaan dan jawaban yang sama denganmu. Apakah kau mencintai Andrew?"

Thania cemberut tentu saja dia tidak mencintainya. Tapi benarkah jawabannya sama dengan jawaban Alfredo? 

Alfred kembali terkekeh. 

"Thania,  sepertinya kau cemburu," kata Alfred. 

Thania mencubit lagi pinggang Alfredo.

"Apakah kau masih butuh jawaban?" tanyanya kemudian. 

"Dan apakah jawabanmu?"

Alfredo menatap manik mata Thania yang berkilau terkena cahaya lampu malam. Memegang dagu Thania dengan lembut. Dan mencium bibirnya dengan lembut.

...

"Acara besok pukul 10 pagi, Alfred. Tidak terlalu pagi," kata Thania dalam perjalanan pulang mereka.

"Ya, tapi aku akan menjemputmu pukul 8. Bersiaplah!"

"Pukul 8? Bukankah itu terlalu pagi?"

"Tidakkah kau perlu berhias, Thania?"

"Tidak cukupkah aku berhias seperti biasanya?"

"Kamu memang cantik, Thania. Tapi jika kau hanya sekedar berhias seperti kau berangkat ke bekerja? No! Sebaiknya tidak. Percayalah padaku."

...

Pagi itu sangat sibuk.

Ketika Sean memberitakan kepada Harrison bahwa pernikahan Andrew, putranya akan dilaksanakan hari ini.

"Pernikahan mereka akan dilangsungkan hari ini, Mr. Harrison. Tepatnya pukul 10. Di gereja St. Paul"

Mrs. Harrison menggumam tak jelas.

"Leticia, bahkan kau tidak bersiap-siap menghadirinya? Kenapa kau masih di sini?"

"Bahkan kau masih terbaring di sini, dengan penyakit jantungmu, sayang. Bagaimana mungkin aku pergi ke pernikahan itu." jawab Mrs. Leigh, tangannya tetap bergerak lincah mengupas apel untuk suaminya. 

"Tidak apa jika kau ingin menghadirinya. Di sini banyak perawat yang akan menjagaku. Demikian pula Sean. Dia selalu ada di sampingku. Jangan cemas, Lety sayang."

Tiba-tiba Vannesa dan seorang gadis berumur 12 tahun menerobos masuk ke dalam kamar VVIP itu. 

Gadis kecil itu berlari menghampiri Mr. Leigh, 

"Daddy!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status