Share

6. Hubungan Sedarah

"Jawab mom dengan jujur, Thania!"

Thania terkejut dicecar begitu banyak pertanyaan oleh ibunya. Beberapa saat kemudian ekspresi wajahnya berubah tersenyum lalu tertawa terkekeh.

"Mom, seperti yang aku katakan. Apapun yang aku katakan, kau tidak akan percaya. Jadi semuanya akan percuma untuk dijelaskan."

"Pertama, apa hubunganku dengan Andrew. Hubungan teman  atau bahkan mungkin lebih dari sekadar teman. Karena dia membawaku ke pertemuan keluarganya."

"Kedua, hubungan intim?" Thania tertawa terkekeh.

"Pertanyaan apa ini. Siapa yang membuatmu berpikiran aku akan melakukannya?"

"Dan pertanyaan terakhirmu. Apa aku masih mencintainya. Satu jawabanku, tidak. Aku tidak akan mentolerir perbuatannya." jawabnya kali ini dengan nada serius.

Mrs. Smith terkejut dengan jawaban terakhir putrinya tersebut.

"Wait... aku masih belum mengerti. Mentolerir dalam hal apa. Jelaskan Thania!"

"Untuk apa aku menjelaskan mom. Seandainya aku mengatakan dia bukan pria baik-baik, tetap saja yang ada tuduhan bahwa aku masih mencintainya, menginginkannya. Semuanya akan percuma."

"Thania. Relakan dia, nak. Biarkan dia bersama kakakmu."

Thania tertawa lagi, menutupi kesedihan hatinya. Bahkan ibunya tidak mempercayainya!

Harus bagaimana lagi dia menjelaskan bahwa tidak pernah ada rasa cinta pada Andrew, menjelaskan bahwa Andrew adalah penguntitnya juga tidak mungkin dipercaya. 

"Dia hamil, Thania!"

Thania menatap wajah ibunya, tidak percaya.

...

Pertemuan keluarga.

Harrison Leigh bersama putranya melangkah memasuki kediaman Mr. Smith. Cuaca mendung di langit, menyambut kedatangannya. Semendung sambutan keluarga Smith. 

Harrison Smith merasa heran, bagaimana bisa, dia yang datang untuk melamar putri seseorang dari kalangan menengah ini, disambut dengan tatapan tidak menyenangkan seperti ini.

Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah ada yang tidak disampaikan oleh putranya?

"Kedatangan saya bersama putra saya adalah untuk melamar putri anda, " 

"Nichole, dad." bisik Andrew.

"Nichole. Tapi aku berharap ini sebagai pertunangan dulu. Karena masih banyak yang harus dipersiapkan. Andrew juga belum siap," kata Mr. Leigh yang kemudian kalimatnya dipotong oleh Mr. Smith.

"Bagaimana bisa belum siap, kalau dia sudah menghamili putriku!"

"Bukankah seharusnya anda kemari untuk menikahkan mereka sebelum anak itu membesar dan lahir lalu mempertanyakan siapa ayahnya yang tidak bertanggungjawab?!"

Harrison melihat anak tunggalnya. Andrew mengalihkan pandangan matanya. 

'Andrew, jadi ini yang membuat ibumu jatuh sakit. Dasar anak tak tahu diri!" Mr. Leigh marah dan menampar pipi anaknya. 

Setelah keheningan yang cukup lama, Harrison angkat bicara.

"Pernikahan akan dilangsungkan bulan depan. Atur dan persiapkanlah Andrew!"

...

"Putra Harrison Leigh, pengusaha kopi terbesar menghamili seorang wanita muda..."

Demikian headline news surat kabar yang disusul anjloknya nilai saham perusahaan kopi keluarga Leigh. 

Harrison Leigh, lelaki berusia 65 tahun itu duduk termenung di ruang kantornya. Sekertarisnya, Vannesa duduk di hadapannya dengan tenang menemaninya. 

"Oh Harry, jangan terlalu gelisah dengan urusan Andrew. Biarkan dia mengurus semuanya. Bisakah kau sedikit meluangkan waktu untuk putri kecil kita."

"Vanny, saham kita semakin menurun. Apa yang sebaiknya kita lakukan. Para pemegang saham banyak yang mundur, menjual saham mereka kembali."

'Tok tok tok' 

Sean tangan kanan Harrison masuk dan memberikan seberkas laporan. Harrison memijit-mijit keningnya setelah membaca laporan itu. Tak berapa lama kemudian lelaki itu memegang dada sebelah kirinya dan ambruk.

Sean yang berada di sebelah kanan meja kerja Harrison dengan tangkas menahan tubuhnya hingga tidak sempat terhempas di lantai.

Lelaki tegap berusia 30 tahun itu segera membaringkan Harrison di sofa dan meregangkan ikatan dasi dan sabuknya.

Sebaliknya Vannesa tetap tenang menatap kejadian itu. Dia mengangkat telepon untuk memanggil ambulan. 

"Sean, waktunya kurang tepat. Dia belum menandatangani warisan untuk Jenny kita. Seharusnya kau menunggu sebentar lagi."

"Itu bisa kita urus berikutnya, Vanny. Dia bisa menandatanganinya di saat terakhir. Saat dia sudah muak dan kecewa akan kelakuan Andrew, anaknya. Tapi semua itu tergantung pada usahamu, sayangku." Sean tersenyum licik. 

...

"Harrison Leigh jatuh sakit" 

Headline news hari ini. Harrison yang masih terbaring di ruang VVIP Madison Hospital membanting koran yang ada ditangannya.

"Damn! Anak sialan."

"Sudahlah Harry, kau masih ada satu anak lagi. Biarkan Andrew melakukan apa yang dia mau. Mungkin Jenny kita bisa diandalkan untuk meneruskan usaha ini." Vannesa berusaha menenangkan.

"Dengan bertingkah sekehendak hatinya, dia menghancurkan usaha turun temurun ini. Aku tidak ingin usaha keluarga ini hancur di tangannya. Hanya karena tingkah lakunya."

"Sayang, bisakah kau mengundang Mr. Simons, pengacaraku kemari. Aku hendak mengubah wasiatku."

"Baiklah, sayang. Jangan terlalu banyak berpikir dahulu. Kau harus memperhatikan kesehatan jantungmu." kata Vannesa.

Vannesa tersenyum, dan melakukan panggilan telepon. 

"Yaa, hallo. Bisakah kau mengaturkan pertemuan Harrison Leigh dengan pengacara Simons?"

 "Ok. Dia menunggu di Madison Hospital."

" Thank you."

Lalu dia menutup panggilannya.

...

" Pengacara Simons sudah datang," kata Sean setelah mengetuk pintu kamar. Dia mempersilahkan Mr. Simons masuk, dia kembali berjaga di depan pintu kamar.

"Apa kabar Mr. Leigh? Terakhir kita bertemu sebulan yang lalu. Kau terlihat sehat sekali."

" Ya, aku akan baik-baik saja, Simons seandainya putraku tidak melakukan hal-hal yang memalukan."

"Untuk itu aku memanggilmu. Aku ingin mengubah wasiatku. Supaya usaha warisan keluarga ini tidak hancur karena kecerobohan anakku."

"Baiklah Mr. Leigh." katanya sambil memberi tanda pada Vannesa untuk memberi privacy dengan keluar dari kamar.

...

Vannesa menutup pintu kamar, melihat Sean yang sedang bertugas menjaga di depan pintu kamar VVIP itu. Mendekatinya, menatap manik mata kebiruannya lalu tersenyum. 

"Tugasku hampir selesai. Berusahalah menyelesaikan sesuai rencana kita, sayang. Anak kita berharap padamu." Vannesa berbisik di telinga Sean sebelum kemudian berlalu.

Sean tersenyum penuh arti.

Sementara Andrew dan Nichole mempersiapkan pernikahannya, rencana jahat menghampiri keluarganya.

...

"Semua sudah dipersiapkan dengan matang mom. Aku dengan gaun pengantinku yang indah. Dengan belahan di bagian dada dan tali di punggung. Gaun yang sangat panjang, keluaran terbaru dari perancang  ternama. Aku pasti terlihat sangat cantik. Hall yang menampung 1000 orang. Tak sabar rasanya, menjadi istri Andrew. Satu-satunya pewaris perkebunan kopi ayahnya."

Mrs. Smith hanya menghela napas mendengar perkataan anaknya. Karakter yang tidak pernah berubah. Mulai sejak kecil, bahkan untuk berteman, dia sangat pemilih. Tidak akan bergaul dengan anak-anak bukan golongan kaya. Mrs. Smith hanya bisa menasihati, namun tak bisa melakukan apapun. Dia menyadari kondisi keuangan keluarganya saat itu memang sangat buruk. Dan sebagai cucu pertama keluarga Smith, grany terlalu memanjakannya dengan menuruti segala kemauannya. 

"Mom, aku akan keluar sore ini, aku akan makan malam dengannya."

Lamunannya terhenti oleh suara Thania.

"Ok Thania. Jangan pulang terlalu malam ya. Mom tidak mau terjadi hal buruk padamu." 

"Ya mom. Percayakan padaku"

"Dan jangan lupa besok adalah hari pernikahan kakakmu. Bersiaplah menghadirinya."

"Tapi mom, acara itu bukan di hari libur. Aku tak bisa meninggalkan pekerjaanku. Sebentar lagi akhir bulan. Saat aku menyelesaikan semua laporan yang masuk dari kantor cabang. Aku tak bisa berjanji untuk datang, mom"

"Apapun itu, Thania. Usahakanlah untuk datang. Walaupun sebenarnya kau tak ingin datang. Entah itu karena ketidaksenanganmu atas hubungan mereka ataupun alasan yang lain. Bagaimanapun dia adalah kakak kandungmu. Saudara sedarah, Thania."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status