Beberapa saat kemudian, dengan petunjuk dari Felix, Ken sudah berhasil naik ke atas sebuah gedung aparteman. Dengan cengkramannya yang kuat, Ken berhasil naik ke atas dengan mencengkram tembok untuk kemudian naik ke atas tangga darurat yang berada di lantai 3.Dari tangga darurat ini, Ken berhasil naik ke atas atap dan kini dia sedang menuju ke gedung milik Derek, sambil berlompatan dari satu gedung ke gedung lain.“Tuan muda.” Terdengar suara Felix di ujung telpon.“Ada apa, Felix?”“Andreas dan kawan-kawannya sudah berada di atas lantai 17 aparteman yang berada tepat di depan gedung tempat markas Naga Emas. Mereka akan membantumu dengan tembakan jarak jauh, tuan muda.”“Oke. Tapi bilang mereka untuk hati-hati dan kalau ada banyak anggota Naga Emas yang menyerang mereka, mereka harus segera kabur.”“Iya, tuan muda. Nanti aku katakan pada mereka. BTW, tuan muda sudah berada tepat di belakang markas Naga Emas.”Mendengar kata-kata Felix itu, Ken menengadahkan pandangannya ke depan. Dia
“Itu handphone milik Ken. Siapa yang memegangnya?” tanya Lidya dalam hati.Orang yang memegang handphone milik Ken itu sedang membelakangi Lidya sehingga Lidya tidak tahu siapa orang itu. Saat ini, keadaan lift ini cukup penuh sehingga Lidya tidak bisa merangsek ke depan untuk mendekati orang yang memegang handphone milik Ken itu.Tapi, Lidya berjanji dalam hatinya kalau dia akan megejar orang itu. Kalau orang itu turun di lantai yang tidak sama dengan lantai tujuannya Lidya, maka, Lidya akan turun di lantai orang itu.Dan apa yang diperhitungkan Lidya itu, terjadi juga. Pintu lift terbuka dua lantai di bawah tempat tujuannya Lidya dan Lidya melihat orang itu keluar dari lift bersama beberapa orang yang lain.Lidya segera merangsek maju ke depan karena dia khawatir pintu lift ini akan segera tertutup.Pintu lift memang hampir tertutup saat Lidya mencapai pintu lift, untung saja Lidya sempat berteriak sehingga ada beberapa orang yang berdiri di dekat pintu lift yang menahan pintu agar
Karena Lidya menduga kalau Heri lah orang yang memiliki handphone milik Ken yang sempat dilihat Lydia saat di lift, maka Lidya berusaha menelpon ke nomornya Ken sambil memperhatikan Heri dari jarak 2 Meter di belakang Heri.Setelah menekan nomor teleponnya Ken, Lidya menunggu. Dia menunggu gerak-gerik Heri.Tiba-tiba Heri melakukan gerakan seperti merogoh ke arah saku kemejanya dan mengeluarkan sebuah handphone. Melihat itu, Lydia langsung mendekati Heri dari arah belakang.Lidya menunggu hingga Heri terlihat membuat layar handphone itu menyala, setelah layar handphone itu menyala, Lidya yakin kalau itu adalah handphone milik Ken yang dilihat Lidya di dalam liftSetelah itu, Lidya menyimpan handphonenya di tas-nya dan barulah Lidya merampas handphone di tangan Heri.Heri sangat kaget saat merasakan ada orang yang telah merampas handphone yang sedang dia pegang. Dia segera membalikkan tubuhnya ke belakang dan sangat kaget saat melihat wajah Lidya sedang menatap marah ke arahnya."Berik
"Aku tahu kalau penyogokan itu tidak pernah terjadi, iya kan?” Lidya mendelik ke arah Romel.“Siapa bilang? Itu betul-betul terjadi, kok,” bantah Romel.“Papa bilang kalau papa sendirian yang menyogok Ken. Iya kan?”“Memang iya. Cleaning service itu senang banget saat aku menyogoknya.”“Barusan Heri bilang kepadaku kalau yang menyogok Ken adalah Pak Graham. Jadi, mana yang benar, pa?”Romel sempat gelagapan mendengar perkataan Lidya ini.“Ayo jawab, pa? Mana yang benar?”Romel putar otak, kemudian, akhirnya dia mendapatkan ide. “Uhm … eh … begini ceritanya. Papa duluan yang nyogok cleaning service itu. Habis itu, si cleaning service itu, kelihatan masih belum puas. Kemudian, Graham nampaknya ikut nyogok sesudah itu. Ya. Itulah yang terjadi.”Lidya membanting kakinya. “Aku tetap sudah tidak percaya lagi sama papa. Ken tidak mungkin bisa disogok. Ken tidak mungkin meninggalkan aku karena uang.”“Itulah yang terjadi, Lidya. Cleaning service itu mandi duit. Karena itulah dia meninggalkan
"Bagaimana kalau Ken diancam sehingga dia meninggalkan aku?” tanya Lidya dalam hatinya.“Tapi, Ken kan pemberani. Saat dia dikeroyok Ardy dan kawan-kawan Ardy, tidak sedikitpun dia terlihat takut. Tidak mungkin dia bisa diancam. Apalagi, aku tahu kalau dia sangat mencintaiku. Tidak mungkin dia akan meninggalkanku cuma karena diancam,” batin Lidya lagi.Kemudian, Lidya mengeluarkan handphone milik Ken yang dia ambil dari Heri tadi. Tapi, dia tidak mendapatkan petunjuk apa-apa di situ, selain chat WA yang nampaknya dipakai Heri setelah handphone ini jatuh ke tangan Heri dan ini membuat Lidya bingung karena tidak ada petunjuk apa-apa di handphone ini.Lidya berharap ada petunjuk di handphone ini tentang kemana Ken akan pergi setelah meninggalkan Lidya dan Mulia Investment. Tapi, tidak ada sama sekali petunjuk di sana.Dalam aplikasi WA di handphone Ken ini, tidak terdapat chat dengan siapapun kecuali Lidya. Bahkan tidak ada panggilan dengan siapapun keculai Lidya.Lidya cuma bisa menduga
Romel langsung memegang tangan Lidya dan berbisik dengan nada marah, "kamu harus ikut, Lidya. Kamu harus makan malam bersama calon suamimu. Jangan membuat papa marah!"Lidya menatap tajam ke arah Romel dan berkata, "aku memang akan menikah dengan dia untuk menyelamatkan saham-saham ayah yang sangat berharga itu tapi jangan suruh aku makan malam dengannya!""Kamu tetap harus makan malam dengannya! Jangan membuat Papa marah!""Aku terpaksa menikah dengannya untuk menyelamatkan papa, kalau papa tetap memaksakan aku makan malam dengannya, jangan salahkan aku kalau aku berubah pikiran!" Lidya melotot ke arah Romel dan langsung berontak sehingga tangan Romel terlepas dari Lidya.Romel tidak berani lagi memaksakan kehendaknya karena mendengar kata-kata Lidya terakhir itu.Apalagi Graham sudah maju ke depan, menepuk pundak Romel dan berkata, "tidak apa-apa, pa. Kalau Lidya belum mau makan malam denganku, itu tidak apa-apa."Lidya mendengus saat mendengar sapaan Graham kepada Romel yang sudah
Hari ini, Ken bersama Maggie, ibunya, mengikuti prosesi pemakaman Nixon Wong di rumah kakeknya. Ken sengaja meminta para pengawalnya untuk menjaga ayahnya yang masih berada di rumah sakit dengan penjagaan lebih ketat.Ken tahu, dengan kematian Nixon itu, akan ada yang menaruh dendam kepada dirinya, ayahnya dan ibunya, karena itu, selain mengetatkan perlindungan di rumah, tempat ayahnya dirawat, Ken juga mengetatkan perlindungan kepada ibunya di acara pemakaman ini.Apalagi saat Ken datang dan menyapa Ricky, sepupunya yang sedang berada di depan peti mati tempat Nixon berada, Ricky tampak mendelik ke arah Ken.Ken tahu, walaupun banyak orang yang menjadi saksi kalau Nixon tewas di tangan kepala pengawalnya Alvin Wong, tapi, Ricky nampak menyalahkan Ken atas kematian Nixon itu.Ken hanya bisa menghela nafas. Ken yakin pasti kalau Ricky tidak ikut terlibat dalam aksi Nixon yang merencanakan aksi untuk meracuni Victor, ayahnya Ken, tapi, keadaan saat ini memaksa Ken dan Ricky untuk saling
"Ugh … aku ingin membuka email ini? Apakah aku kembali mengharapkan mendapatkan kabar darinya? Tapi, dia selingkuh dariku, untuk apa lagi aku mengharapkannya?” batin Ken.Ken menghela nafas panjang. Dia menghentikan rencananya untuk membuka email-nya. Ken menutup matanya, ada rasa rindu yang membuatnya ingin membuka aplikasi email-nya tapi, ada juga rasa kecewa yang menghentikan upayanya membuka aplikasi email-nya.Ken harus bertarung di antara rasa rindu dan rasa kecewa yang kini memenuhi dadanya, Ken menunggu hingga akhirnya rasa rindu yang jadi pemenangnya. Setelah itu, Ken putuskan untuk membuka email-nya.Tiba-tiba, terdengar suara panggilan telpon yang membuat Ken menghentikan upayanya untuk membuka aplikasi email di laptopnya dan meraih handphonenya untuk menerima panggilan masuk. “Ada apa, Andreas?”“Tuan muda, Nyonya Besar meminta tuan muda untuk segera menuju kamar perawatan tuan besar,” jawab Andreas di ujung telpon.“Apa yang terjadi?”“Tuan Besar Pertama baru saja sadar.