Laura tercengang. "Ini sangat berharga. Aku takut akan menghilangkannya," bisiknya. "Jangan khawatir, sayang, kamu pantas mendapatkannya. Kamu adalah putri kami yang berharga," kata Willy dengan nada memanjakan. Laura tersenyum hangat dan mau tak mau menerima hadiah itu. "Omong-omong, di mana cucu kami? Andrew bilang kami sudah menjadi kakek," kata Allen antusias. "Cucu? Kita punya cucu?!" Willy terkejut dan berbinar. "Kamu sudah menikah dan punya anak?" Dean terkejut. "Wow, Laura, kakak pertamamu bahkan belum menikah, begitu pula dengan kakak kembarmu, tapi kamu sudah mendahului kami," kata Sean menggoda. Semua anggota keluarga Adams menatapnya. Laura meringis. Ia menikah muda karena paksaan keluarga Samson dan tak punya pilihan untuk menolak. "Apa itu masalah?" Ia khawatir keluarga kandungnya akan menolak Amelia. "Tentu tidak, sayang. Kakakmu bicara omong kosong. Mereka hanya iri karena mereka jomblo akut," kata Willy menenangkan, lalu memukul kepala Sean. “Jangan ucapkan k
Keluarga Adams mengajak Laura untuk tinggal bersama mereka dan membantu mengurus perceraiannya. Sebelum Laura memutuskan, Kakek Billy menelepon dan memberitahunya tentang kepulangannya. Laura terkejut karena Kakek Billy kembali dari Singapura lebih awal daripada di kehidupan sebelumnya. Ia khawatir Kakek Billy menunda perawatannya untuk kembali. Di kehidupan sebelumnya, karena masalah yang dihadapi Laura, Kakek Billy menunda operasi jantung dan pulang. Ia sangat marah pada Lucian karena Laura hampir meninggal dan menjadi tunarungu. Keluarga Samson dan Wilson tak lepas dari kemarahannya; Viola dimasukkan dalam daftar hitam industri hiburan, dan Lucian mendapat hukuman cambuk dari kakeknya. Karena masalah itu, mereka semua membenci Laura. Namun, tiga bulan kemudian, Kakek Billy meninggal karena tekanan darah tinggi dan gagal jantung. Laura sangat sedih dan merasa bersalah atas kematian Kakek Billy. Jadi, ia menerima tawaran Kakek Billy dan menjemputnya sendiri di bandara.
Wajah Lucian tampak semakin dingin, tidak suka diperlakukan kasar di depan umum, apalagi di depan Laura dan putrinya. Tetapi ia tidak mengatakan apapun agar tidak membuat kakeknya semakin marah. Laura menatap wajah Kakek Billy cemas melihatnya marah. Ia tidak akan melupakan kematian Kakek Billy di kehidupan sebelumnya karena tekanan darah tinggi dan serangan jantung. Hal yang ingin ia lakukan setelah terlahir kembali adalah mencegah kematian Kakek Billy dan membujuknya untuk menjalani operasi. Kakek Billy baru berusia 70 tahun dan masih memiliki beberapa tahun lagi untuk hidup. Di kehidupan sebelumnya, penyakit Kakek Billy bertambah parah karena ia mencemaskan Laura dan menunda operasinya."Kakek, jangan marah... Kamu bisa menderita tekanan darah tinggi."Wajah marah Kakek Billy menjadi rileks karena perhatian Laura."semua karena bocah ini selalu membuatku marah," gerutunya menatap Lucian tajam."Kakek, mengapa kamu buru-buru pulang? Kamu harus menjalani operasi jantung, jangan
"Kakek!" desis Lucian.Kakek Billy tampak akan memukulnya lagi, tetapi Viola berteriak dan menahan tongkatnya."Kakek, tolong jangan pukul Lucian lagi. Pukul saja aku!" Dia berpura-pura terisak dan berdiri di depan Lucian."Apa yang kamu lakukan? Jangan ikut campur di sini!" Lucian menarik Viola, melindunginya dari amukan Kakek Billy.Kakek Billy berdecak kesal dan berkata, "Lucian, kamu harus mengakhiri hubunganmu dengan wanita ini. Dia tidak layak untukmu! Kamu harus minta maaf pada Laura selagi dia masih mau memaafkanmu.""Kakek, aku mencintai Lucian, mengapa aku tak layak bersamanya? Dibandingkan Laura, latar belakangku lebih baik dan paman dan Bibi menyukaiku, mengapa kamu harus memisahkan kami? Lucian adalah cucumu, kamu seharusnya memikirkan kebahagiaannya." Viola berkata menuntut dan tidak puas.Kakek Billy mencibir, "Laura seratus kali lebih baik daripada kamu. Laura bersedia menikah dengan Lucian saat ia lumpuh dan buta. Kamu yang menolak perjodohan itu karena kondisi Lucian
Meski panik, Viola berpura-pura polos dan tidak mengerti. "Foto apa?""Foto kita tidur bersama. Kamu menyebarkan foto itu pada Laura di pesta ulang tahun Ibu, karena itu kalian bertengkar?""Aku tidak mungkin melakukan itu. Aku seorang aktris, bagaimana mungkin aku menyebarkan hubungan intim kita," ujarnya pura-pura tersinggung, lalu melanjutkan kalimatnya menatap Lucian dengan cemberut sedih. "Apa itu yang dikatakan Kakak tentangku? Lucian, apa kamu percaya pada Kak Laura dibandingkan aku?""Sebaiknya kamu tidak melakukan itu." Lucian tidak mengakui ia percaya Laura, tetapi menegur Viola. "Jika ini sampai tersebar, reputasi Wilson Group akan hancur dan Kakek tidak akan membiarkan aku memimpin Wilson Group."Ia berbalik pergi meninggalkan Viola yang menggertakkan gigi di belakangnya."Laura, apa yang sudah kamu lakukan pada Lucian-ku, dasar jalang!" Andai Laura ada di depannya, ia akan memukul wanita sialan itu!.."Ayah, Ibu...." Laura menyapa Seline dan Philip sopan di ruang tam
Semua orang terkejut dengan kata-kata Laura, kecuali Lucian. Dia menatap wanita itu tajam.Kakek Billy terlihat khawatir. “Laura, Lucian memang bersalah padamu dan dia sudah meminta maaf. Jika kamu masih tidak senang, biarkan dia berlutut padamu.”“Ayah, mengapa kamu memaksa Lucian sampai sejauh itu? Memangnya siapa Laura? Dia hanya anak angkat dan beruntung menikah dengan Lucian,” Seline kesal karena putranya dipaksa berlutut pada wanita yang dia remehkan.“Lucian, apa kamu akan berlutut atau tidak?” Kakek Billy mengabaikan protes Seline dan menatap Lucian tajam.“Ayah, Lucian hanya berselingkuh sekali. Ini bukan masalah besar. Semua pria di keluarga kaya melakukannya. Jika Lucian berselingkuh, pasti ada yang salah dari Laura!”“Diam! Ini pasti ajaranmu yang membuat Lucian menjadi orang yang tidak bermoral!” Kakek Billy membentak, membuat Seline terdiam dengan ekspresi kesal.Lucian mengepalkan tangannya, tidak mengalihkan pandangannya dari Laura.“Kakak, ini semua salahku! Aku akan
Menggigit bibir bawahnya, Laura berusaha menahan agar matanya tak berkaca-kaca di depan Lucian dan menggertakkan gigi. "Aku tidak berusaha menarik perhatianmu, aku sungguh-sungguh ingin bercerai!" Lucian mencengkram lehernya. "Aku memperingatkanmu, jangan menguji kesabaranku. Aku sudah mengatakan padamu, akulah yang akan mengajukan gugatan cerai. Aku yang akan menceraikanmu, apa kamu mengerti? Kamu tidak akan mengajukan gugatan cerai kecuali aku yang mengizinkanmu.” Laura memejamkan mata, berusaha menahan amarahnya. “Kamu tidak berhak mengaturku! Aku tidak bertahan dengan bajingan sepertimu.” Dia mendorong Lucian dengan sekuat tenaga. Lucian menekannya ke dinding, berbisik dengan suara mengancam di tangannya. “Kita tidak bercerai. Kamu yang lebih dulu menghianatiku.” Dia menarik napas dalam-dalam ketika aroma manis wanita membuainya, membangkitkan kenangan lama. saat dia tidak bisa melihat, hanya aroma wanita yang selalu memenuhi kegelapan hidupnya dan malam-malam intim yang merek
Tristan mengajak Laura makan siang di restoran Enchanted. Seorang pelayan menghampiri Laura dan bertanya dengan penuh hormat, "Nona Laura Adams?""Ya…""Saya manajer restoran. Silakan ikuti saya, Tuan Adams sudah menunggu Anda." Manajer itu menunjukkan sikap yang sangat hormat, membawa Laura ke lantai dua sebelum berhenti di sebuah ruang privat VVP."Silakan masuk, Nona." Manajer membuka pintu dan mempersilahkan Laura masuk.Laura melihat seorang pria yang sudah berada di dalam: Tristan Adams, seorang pengusaha yang sangat dikagumi Kakek Billy, milyarder jenius, dan orang yang sulit didekati—kakak kandung Laura.Wajahnya sangat dingin dan memancarkan aura kharismatik. Dia tampak mengintimidasi, dengan aura dingin. Namun, saat menatap Laura, wajah acuh tak acuh itu memudar menjadi senyuman."Adik, apa kabar?" Suaranya ramah dan lembut.Laura menghela napas lega, tanpa sadar menahan napas. Dia melangkah masuk."Kak Tristan?""Ya, duduklah, Adik." Tristan menghampiri dan menarik kur
Laura menjauh dari kamar rawat si kembar, dia memikirkan kemarahan yang ditunjukkan Tristan beberapa menit yang lalu. Jarang dia melihat kemarahan Tristan.Kakak pertamanya adalah seseorang yang jarang menunjukkan emosinya. Kadang-kadang dia tidak bisa menebak isi pikirannya.Dia punya tebakan bahwa si kembar adalah anak-anak Tristan. Jika tidak, Tristan tidak akan repot datang kemari hanya untuk melihat seorang anak yang sangat mirip dengannya jika dia tidak yakin anak itu bukan anaknya.Dia merasakan interaksi aneh antara Tristan dan Mia. Tapi satu hal yang pasti, ini tidak akan berakhir baik bagi Mia.Kakak laki-lakinya adalah seseorang yang ingin semuanya di bawah kendalinya, dan tidak mentolerir sesuatu keluar dari kendalinya. Dia seseorang yang menuntut dirinya menjadi sempurna dan mengembangkan tanggung jawab sebagai putra sulung dari keluarga Adams dan pewaris Adams Group, dia tidak ingin memiliki cacat dalam dirinya. Seperti keberadaan anak haram….Laura menggelengkan kepala
“Apa yang ingin Anda bicarakan, Tuan Adams?” Mia menatapnya tenang.“Mari bicara di luar,” kata Tristan melirik anak-anak Mia yang menatapnya penasaran.Mia melirik si kembar dan mengangguk. Meski enggan, dia hanya bisa mengikuti Tristan.“Mari bicara di sini, Tuan. Aku tak bisa meninggalkan anak-anakku terlalu jauh,” kata Mia berhenti di koridor yang sepi dan tak jauh dari ruang rawat si kembar.Tristan berhenti dan menatap Mia. Wajah wanita itu sangat cantik dan percaya diri di depannya, menatap Tristan dengan mata yang acuh tak acuh.Tiga tahun yang lalu, dia mengenal Mia sebagai gadis yang tak berani bicara padanya apalagi menatapnya.“Kamu berbicara pada Lucian Wilson dengan begitu sopan dan takut, tapi di depanku kamu tidak takut.”“Apa hubungannya pembicaraan kita dengan Tuan Wilson? Tolong katakan apa yang ingin kamu bicarakan padaku. Jangan membuang-buang waktuku.”Sudut bibir Tristan terangkat. Dia menunjukkan sebuah map coklat pada Mia.“Rupanya kamu sudah berbohong. Kamu n
“Aku ….” Mia berdiri terkejut dengan kunjungan mendadak dari Tristan Adams.“Tuan Adams, apa Anda ada urusan di sini?” Dia bertanya dengan suara yang sangat sopan, menyembunyikan kecemasan di dadanya.Jantungnya berdegup kencang. Dia berdiri membelakangi anak-anaknya, mencoba melindungi anak-anaknya dari tatapan menyelidik Tristan.“Aku hanya penasaran karena ibuku tidak berhenti membicarakan anak-anak kembarmu yang mirip denganku. Jadi aku datang untuk melihat sendiri dengan mata kepalaku.” Tristan berjalan masuk dengan tenang dan melirik ke belakang punggung Mia.“Mama … siapa paman itu?” Alana meraih tangan Mia dan menunjuk Tristan.“Orang asing sayang. Mama nggak kenal.”“Oh ….”Raut wajah Tristan semakin datar. Dia menyerahkan oleh-oleh yang dibawanya pada Mia.“Ini untuk anak-anakmu. Kenapa kamu menyembunyikan wajah anak-anak itu dariku? Aku sangat penasaran apakah mereka sangat mirip denganku.”“Maaf. Anak-anakku takut dengan orang asing.” Mia menghindari tatapan tajam Tristan.
“Nenek, Amel ikut ….” Amel sama gembiranya dengan neneknya dan masuk ke kamar rawat.“Maaf, ibuku sudah bersikap tidak sopan. Dia senang dengan anak-anak dan bersemangat setelah mendengar dari Dean bahwa si kembar sangat mirip dengan Kak Tristan. Maaf ya ….” Laura meminta maaf menyadari raut wajah Mia terlihat tidak nyaman sejak mereka datang.“Tidak apa-apa. Apa Dean Adams … dokter di sini? Dia menyelidiki tentang anak-anakku?” Mia bertanya pasrah sambil mengusap wajahnya.Dia tidak menyadari salah satu anggota keluarga Adams bekerja di rumah sakit ini. Dan dia tak mengantisipasi kakak kedua Laura begitu tertarik pada anak-anaknya dan mengungkit tentang si kembar pada keluarga Adams.Pasti kemiripan di kembar dengan Tristan di ceritakan pada seluruh anggota keluarga Adams dan menarik perhatian mereka. Karena itu seorang Matriarch keluarga Adams datang jauh-jauh kemari tanpa peduli waktu sudah hampir larut malam.“Ya, ini salah satu rumah sakit yang dikelola olehnya. Kak Dean melihat s
Ekspresi Tristan juga berubah serius. Dia berdiri dalam sekejap dari sofa.“Aku akan melihatnya sendiri!”“Tunggu! Tunggu dulu!” Dean buru-buru menahan kain celana Tristan. Untung kain celananya tidak melorot. Tapi Dean menatap tatapan sinis dari kakak tertua.Dia segera melepaskan celana Tristan dan cengengesan. “Aku nggak bilang anak-anak itu adalah anak-anak Tristan. Cuma bilang mirip!”Willy memukul pundak putranya gemas. “Kamu seharusnya bilang! Kamu hampir membuat ibu serangan jantung!”Tristan menatap adiknya tajam yang membuat Dean merinding takut.Dean mengusap belakang kepalanya. “Kalian akan lebih syok jika berkunjung dan melihat sendiri wajah anak-anak kembar itu. Mereka persis sekali dengan foto Kak Tristan di masa kecil. Lebih tepatnya kembar identik seperti aku dan Dean.”“mereka anak-anakmu berarti?”“Ibu, tolong jangan asal ambil kesimpulan, dong,” keluh Dean. “Pokoknya anak-anak itu persis seperti Kak Tristan. Ibu akan terkejut jika melihatnya nanti. Jadi aku ngomon
Laura mengalihkan pandangannya ke samping. Posisi ini sangat intens dan membuatnya tidak nyaman.“Mengapa kamu peduli padaku? Saat itu kamu sudah bersama Viola. Apalagi yang kamu inginkan? Aku sudah melepaskanmu agar kalian hidup bahagia. Jadi, tolong menjauhlah dari hidup—”Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena bibirnya tiba-tiba terkunci dalam ciuman panas Lucian.Matanya melebar. Dia berusaha meronta dan mendorong pria itu, namun tubuh dan bibirnya tertawan oleh pria itu, dan dia tak bisa menggerakkan tubuhnya.“Lucian...” Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena lidah pria itu menyelinap masuk ke dalam mulutnya.Ciumannya sangat intens dan panas, mencuri nafas Laura. Lidahnya menggodanya dalam mulutnya membuat sensasi geli di bawah perut Laura.Laura menggelengkan kepala menyangkal ciuman ini sangat menggairahkan. Dia menggigit bibir bawah Lucian dengan kuat, menyebabkan pria itu mendesis dan melepaskan bibirnya.Dia dengan cepat mendorong lengan Lucian.“Dasar
“Papa, kapan lagi Amel bisa ketemu Papa?” Amel menatap Lucian dengan penuh harap setelah Lucian selesai membayar makan siang mereka di kasir dan keluar dari restoran.Lucian berlutut di depan Amel dan mengusap kepalanya.“Amel bisa menghubungi Papa kapan saja. Apa Amel punya ponsel?”Amel menggelengkan kepala. “Mama nggak mengizinkan Amel pegang ponsel, nanti Amel jadi malas belajar.”“Benarkah, bagaimana ini? Kalau Amel punya ponsel, Amel bisa telepon Papa kapan saja. Bagaimana kalau telepon Papa dengan ponsel Mama?” Lucian berkata sambil melirik Laura yang berada beberapa langkah dari mereka, sedang menelepon seseorang di halaman parkir.Mata gadis kecil itu berbinar, lalu dia berlari menghampiri Laura dan menarik tangannya.“Mama, mama, mama!”Laura menunduk menatap Amel yang menarik-narik lengannya. “Ada apa, sayang?”Amel tersenyum lebar. “Boleh Amel pinjam ponsel Mama?”“Oh, tunggu sebentar, sayang.” Laura mengusap kepala Amel tanpa bertanya, lalu berbicara kembali di teleponnya
Lucian mengalihkan pandangannya dari Amel dan menatap Laura tenang.“Mama ….” Senyum lebar di wajah Amel perlahan-lahan memudar, dia memandang Laura dengan cara yang sama seperti Elina.Laura sesaat tertegun melihat ekspresi putrinya dan mengernyit. Amel terlalu peka. Dia mencoba tersenyum padanya.“Hai, sayang. Apa kamu sedang makan? Apa yang kamu makan?” Dia membungkuk dan mencium pipi putrinya.Amel menatap takut-takut. “Mama jangan marah ya. Amel cuma sekali ini makan spaghetti. Habis ini Amel nggak makan lagi ….”Hati Laura tercubit melihat tatapan cemas putrinya. Dia tersenyum lembut mengusap rambut Amel.“Nggak apa-apa, sayang. Amel bisa memakannya sekali-kali. Kalau Amel mau lagi, Mama akan bawa Amel makan spaghetti kapan-kapan.” Dia kemudian melirik Lucian tajam. “Bukankah Mama sudah bilang Amel nggak boleh menerima ajakan orang asing? Amel sudah bikin Mama khawatir.”“Tapi Papa kan bukan orang asing.” Amel mengerjap dengan polos.Laura mencoba mempertahankan senyum di wajahn
Laura baru selesai dengan laporan keuangan departemen Store dan menyerahkannya pada Anna.“Apa ini yang terakhir?” tanyanya sambil meregangkan lehernya yang pegal karena seharian menunduk mengerjakan laporan departemen Store yang menumpuk karena peralihan jabatan Direktur sebelumnya.“Ya, Direktur. Ini yang terakhirnya. Sisa laporan dari departemen lain akan diserahkan setelah jam makan siang. Ini sudah jam makan siang. Apa Anda ingin makan siang?”“Ya, aku ingin menjemput putriku dan makan siang bersamanya. Kamu boleh pergi istirahat makan siang.”“Baik Nona,” Anna menanggapi sopan dan berbalik pergi meninggalkan kantor Laura.Setelah Anna pergi, Laura meraih ponselnya dan menghubungi Elina, pengasuh Amel.“Halo Bibi, apa Amel sudah pulang sekolah?” Laura merapikan barang-barang pribadinya ke dalam tasnya dan berdiri dari kursinya.“....”"Sudah pulang? Siapa yang menjemputnya? Apa kakakku?" Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat hendak keluar dari kantornya."Siapa kamu bilang? Luc