"Halo, aku suami Laura.""Oh, aku sudah tahu tentangmu. Kamu si bajingan tukang selingkuh."Lucian menatapnya tajam karena memanggilnya seperti itu di depan Amel. Dia melirik Laura muram. "Apa kamu menceritakan tentangku pada mereka?"Laura hanya mengangkat bahu acuh tak acuh."Nenek, kenapa kamu memanggil Papa bajingan? Itu bukan kata yang baik." Amel berkata di pelukan Allen."Oh, maaf, bagaimana Amel tahu itu buruk?" Semua orang dewasa lain juga ingin tahu dan menatapnya. Lucian bangga putrinya membelanya."Amel lihat di TV punya Bibi pelayan di rumah dan menonton drama bersama mereka.""Ah, Amel pasti bermain di kamar pelayan lagi." Laura menghela napas. Para pelayan baru di rumah sangat ramah dan menghormatinya. Kadang-kadang kalau bosan, Amel akan bermain dengan mereka.Willy mencium pipinya gemas. "Amel pintar mengingat kata-kata buruk. Ya, apalagi yang Amel tahu tentang kata-kata buruk tukang selingkuh?""Nyonya!" Lucian memelototi Willy, "Tolong jangan mengajarkan putriku ka
Willy melirik dan mengangkat bahu. “Ketiga kakakmu disebut ‘Tiga Malaikat Tampan.’ Pesona mereka sangat menyilaukan, sampai punya klub penggemar sejak SMA. Ibu sudah terbiasa dengan cewek-cewek yang klepek-klepek karena kakak-kakakmu.”Laura mengangkat sebelah alis. “Tiga Malaikat Tampan? Apa itu tidak berlebihan?” Mungkin karena mereka kakak-kakaknya, Laura biasa saja melihat mereka. Di kehidupan sebelumnya, pria yang dianggap sangat tampan adalah Lucian, dan dia mencintainya dengan tergila-gila. Kemudian, setelah melihat kakak-kakaknya yang sangat tampan, dia merasa ketampanan Lucian jadi biasa saja di kehidupan ini dan tidak tergila-gila lagi. Atau mungkin matanya yang sudah terbiasa melihat pria-pria tampan.“Biarkan saja. Apa gunanya tampan jika belum punya pacar? Ibu pikir mereka tidak laku.” Hanya Willy sendiri yang menganggap remeh anak-anak laki-lakinya dijuluki Tiga Malaikat Tampan.“Ibu, kami mendengar itu!” seru Dean tak terima.Willy mengabaikan putranya dan mengeluh p
“Tuan Adams, kamu juga di sini?”Lucian dan Tristan tak pernah bersinggungan. Namun, ia sudah banyak mendengar tentang tiga putra elite keluarga Adams. Yang paling menonjol adalah Tristan, seorang pengusaha yang mewarisi kepemimpinan keluarga Adams.Tristan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, menatap Lucian tanpa ekspresi.“Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Wilson?”Lucian menegakkan badannya dengan sikap tenang, berhadapan dengan Tristan.“Aku menjemput istri dan anakku. Bagaimana dengan Anda, Tuan Adams? Apa … kamu berhubungan dengan keluarga ini?”“Tidak, aku hanya kebetulan lewat.”“Apakah kamu berlibur atau berbulan madu di Hawaii?” Lucian penasaran apa yang membuat seorang Tristan Adams berada di Hawaii, tempat yang terkenal liburan romantis pasangan.“Liburan keluarga dan urusan bisnis.”“Ah…” Lucian mengangguk mengerti. “Kalau begitu, lanjutkan urusan anda.” Ia hendak mengetuk pintu gerbang vila ketika Tristan memanggilnya lagi.“Tuan Wilson, sebaiknya kamu janga
Tubuh Laura menegang."Mengapa kamu bertanya?""Aku curiga keluarga di sebelah tak biasa, lalu hari ini aku bertemu dengan Tristan Adams. Dia membuatku berakhir seperti ini.""Hm, aku tidak mengenal Tristan Adams, keluarga di sebelah tidak ada hubungannya dengan keluarga Adams," balas Laura menghindari tatapan Lucian dan menepis tangan Lucian."Laura...,” kata Lucian dengan kekecewaan melihat Laura pergi tanpa peduli padanya.Dia mengembuskan napas frustrasi berbaring di tempat tidur sambil menahan perasaan yang tidak nyaman di perutnya. Laura tidak kembali sampai malam dan keesokan paginya. Pelayan datang untuk melayaninya sementara istri dan putrinya bersenang-senang dengan keluarga di sebelah. Dia mendengar para pelayan berbicara bahwa mereka tidak seperti pasangan yang berbulan madu lainnya. Laura selalu cemberut ketika berada di vila ini, tapi dia selalu tersenyum dengan keluarga di sebelah. "Menurut apa yang aku dengar, Tuan Wilson telah berselingkuh hingga istrinya marah da
“Mengapa kamu tidak bahagia lagi?”Willy bertanya, melihat Laura kembali ke restoran tempat mereka singgah untuk makan siang. Wajah putrinya tampak tidak senang.Dia mengambil handuk untuk menutupi tubuh putrinya.Si kembar datang dan menggerutu. “Si Lucian Wilson itu sangat kurang ajar.”“Dia menyebut Laura jalang….” Sean berdeham mendapat tatapan tajam dari orang tuanya. “Pokoknya, dia sangat kurang ajar. Aku tidak merasa puas hanya dengan meninjunya saja.”“Kenapa bajingan itu selalu membuat kita tidak senang? Seharusnya Laura menceraikannya.” Willy menggerutu.“Ibu, di sini ada Amel,” sela Laura, memandang putrinya yang duduk di atas pangkuan Allen.Willy menggerutu dengan suara pelan lalu berkata dengan wajah tersenyum. “Mari makan dulu. Kita akan memberi Lucian pelajaran nanti. Dean, hubungi Tristan untuk datang sekarang. Kenapa anak itu selalu sibuk dengan pekerjaannya saat lagi liburan?”Keluarga Adams dengan cepat memperbaiki suasana hati mereka dan tidak memikirkan L
Mereka menatap Lucian, tak bisa berkata-kata. Meskipun menganggapnya brengsek, bajingan, selingkuh, dan tak tahu malu, Lucian memiliki otak yang sangat tajam; ia langsung menghubungkan mereka dengan keluarga Adams. Allen tertawa kaku. "Bagaimana kami bisa terhubung dengan keluarga Adams? Kami hanya keluarga biasa di pinggiran, kami… Keluarga Watson." Istri dan anak-anaknya melotot padanya. "Keluarga di pinggiran? Maksudmu orang kampung?! Bagaimana kalian bisa menyewa vila di Hawaii?" Ekspresi keluarga Adams semakin kesal, merasa semakin terhina. "Haha, begitulah. Kami orang terkaya di kampung. Kami sudah menganggap Laura seperti keluarga kami. Jadi, jangan macam-macam dengannya." Namun, Lucian tampak tidak terpengaruh oleh ancaman itu dan memandang rendah mereka setelah mengetahui identitas mereka. "Laura adalah istriku, aku tidak akan berbuat macam-macam padanya. Sebaliknya, kalian tetap orang luar dan tak seharusnya ikut campur." Willy menggenggam pisau steak di tangannya era
"Kita sudah tidur satu kamar selama beberapa waktu ini, untuk apa kamu malu?" "Aku tidak malu. Aku hanya khawatir kamu akan mengambil kesempatan." Lucian menatapnya sambil tersenyum, menarik Laura ke tubuhnya hingga wanita itu jatuh ke pelukannya. Dia memeluk pinggang ramping Laura erat agar menempel di tubuhnya. Laura terjatuh ke pelukannya, meletakkan tangan di dada keras Lucian untuk menopang tubuhnya. Dia merasakan dada Lucian yang keras dan hangat. Aroma sabun segar menguar dari tubuhnya; dia sangat wangi setelah mandi, membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Laura menggelengkan kepala spontan, menarik tangannya dan memelototi Lucian. "Apa yang kamu lakukan?" desisnya. "Tenang saja, istriku sayang. Aku tidak akan menggigitmu. Aku yang akan tidur di ruang tamu." Laura menatapnya curiga dan tak percaya. Seseorang seperti Lucian Wilson, yang beberapa waktu ini menggodanya untuk memiliki anak kedua, langsung menyerah begitu saja? Tapi Lucian benar-benar melakukan kata-katanya. Dia
"Jadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa pada Lucian Wilson dan membiarkannya memanfaatkan Laura?" Dean menggerutu."Tentu saja tidak, kita bisa memberinya pelajaran diam-diam tanpa perlu mengungkap identitas kita. Jangan berhadapan langsung dengannya, juga… Tergantung bagaimana sikap Laura terhadap Lucian dan keluarga Wilson. Dia tidak boleh berhati lemah pada mereka."Willy menghela napas, "Putriku yang malang harus terjebak dengan keluarga seperti itu. Andai saja kita menemukannya lebih awal."Keluarga Adams tidak ada yang menjawab."Untuk sekarang, jangan berkonfrontasi dengan Lucian. Biarkan Laura menanganinya. Aku percaya Laura bisa mengatasi Lucian dan tidak akan jatuh cinta lagi padanya setelah perselingkuhan Lucian." Tristan membuat keputusan untuk keluarganya."Mari hentikan sejenak liburan ini dan beri waktu pada Laura. Kita sudah bisa melihat Laura membenci Lucian, jadi dia tidak akan dimanfaatkan," lanjutnya, kemudian menatap seluruh anggota keluarganya.Willy protes menden
“Halo, Tuan Adams, senang bertemu denganmu.”Bella tersenyum anggun padanya. Dia tampak terpesona menatap wajah tampan Tristan. Belum lagi Sean di samping dengan pesona maskulin.Memangnya benar rumor tiga putra elite keluarga Adams sangat tampan. Dia belum bertemu dengan Sean, tapi dia bisa melihat ketampanan dari Sean yang merupakan Saudara kembarnya.Tristan menatap Bella dan mengangguk sopan.“Mengapa memanggilnya Tuan Adams? Ada banyak orang bermarga Adams di sini. Kamu harus memanggil nama saja untuk membedakan mereka,” kata Willy ramah.Bella tersenyum malu dan menatap Tristan sambil mengangguk, “Baik, aku akan memanggil Tuan Adams dengan Tristan. Kamu nggak keberatan kan… Tristan?”“Panggil senyamanmu, Nona Bella.”Bella agak merasa kecewa karena Tristan memanggilnya dengan sopan, menunjukkan batasan.“Tristan … Bella akan menjadi Tunanganmu. Kami sudah memutuskan untuk menjodohkan kamu dan Kamu harus bersikap baik padanya.” Willy menatap putranya penuh harap.Tristan mengerny
Lucian menatap dingin Viola berlari mendekat. Dia berhenti di depan Lucian. Matanya berbinar gembira saat dia meriah tangan Lucian.“Lucian, kamu di sini? Bagaimana keadaan Jayden? Dia baik-baik saja?”“Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke rumah ini?”“Aku mendengar Jayden demam, makanya aku buru-buru ke sini. Sebagai ibunya, bagaimana aku bisa mengabaikan anakku sakit!” Dia terisak.Lucian menepis tangannya dan mencibir. Meski dia terlihat sangat ‘cemas’, Viola tidak segera masuk ke kamar untuk melihat putranya dan menggenggam tangannya seolah tidak ingin melepaskannya.“Apa kamu yang memberitahunya?” Lucian melirik Bibi Anisa.“Ya, saya sudah memberi tahu Nona Viola tadi sore. Tapi Nona Viola baru datang … maafkan aku.”Meski ada larangan Viola menginjakkan kaki di rumah ini, Bibi Anisa hanya memberitahu tentang keadaan Jayden karena Lucian tampak tidak peduli.Tapi Viola baru datang.“Aku sangat sibuk syuting. Pekerjaanku baru selesai hari ini, makannya aku bergegas datang kemari.
Lucian mendesah setelah Laura mematikan video call. Dia melirik ke bawah celananya dan merasakan dirinya sudah keras.Dia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju ke kamar mandi di kamarnya. Meski dia sudah mandi, dia masih perlu mandi lagi dengan air dingin.Dia berdiri di bawah shower, membiarkan air membasuh tubuhnya.Tapi bayangan Laura yang basah sehabis mandi dan kulitnya lembab memenuhi pikirannya.Lucian mendesah memejamkan matanya tak bisa menghilangkan bayangan itu dan air dingin tak membantu sama sekali. Napasnya menjadi berat adapun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya.Dia tidak memiliki banyak keinginan atau merasakan hasrat selama tiga tahun setelah Laura meninggalkannya. Sekali lagi wanita itu menaikan libidonya hanya sosok tubuhnya di layar ponsel, membuatnya harus menggunakan tangannya. Namun hal itu masih belum memuaskannya.Sepuluh menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dengan jubah.Terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.Lucian meraih menyeka rambutnya ya
“Oh, benarkah? Aku nggak ingat,” Laura mengusap kepalanya dan tersenyum. “Wajar kalau kamu tidak ingat kamu hanya kuliah beberapa bulan sebelum pindah.” Bella tersenyum kecil.“Willy, putrimu sangat cantik. Dia sangat mirip denganmu,” Nyonya Collis memuji Laura.Willy terkekeh bangga. “Dia memang sangat mirip cantik dan putri berharga kami karena satu-satunya di generasi ini.”“Wah, kamu sangat senang memiliki kakak-kakak laki-laki yang paling tampan,” kata Bella menatap Laura dengan iri. “Iri sekali, aku kakak perempuan tertua dan adik-adikku sangat nakal.”Laura hanya menanggapinya dengan senyum sopan lalu meminta pamit karena dia lelah pulang kerja dan ingin mandi.“Pergilah sayang, dan jangan lama-lama karena kita akan makan bersama. Dan panggilkan Tristan. Sejak tadi sore dia mengurung diri di ruang kerjanya.”“Baik, Bu.”Laura meninggalkan ruang tamu itu dan naik ke lantai dua di mana kamarnya berada.Dia berjalan menuju ke kamarnya dan berpapasan dengan Tristan. Matanya membel
“Kamu kembali untuk mengurus bisnis keluarga mu di Capital?”“Ya, ibuku juga ingin aku segera menikah. Aku sudah lama menunda masalah pernikahan.”“Oh. Apa kamu sudah punya calon?”Glenn tersenyum dan mencondongkan wajahnya ke sisi Laura. “Aku sudah punya calon yang aku inginkan. Tapi aku akan menunggunya membuka hati padaku.”Laura hanya tersenyum canggung dan meraih lauk untuk diletakkan pada di piring Amel.“Jangan menunda urusan pernikahanmu. Kamu bukan Kak Tristan yang masih punya Kak Dean dan Sean. kamu adalah putra tunggal Bibi Alina, dia pasti ingin kamu menikah dan memberinya cucunya.”“Kamu benar, aku nggak boleh menunda urusan pernikahan. Bagaimana jika kita—“Laura memasukkan lauk ke mulut Glenn untuk menutupnya. “Ini cumi-cumi tiram yang kamu suka. Apa enak?”Dia tidak ingin Glenn mengungkit lamarannya pada Laura di depan Amel. Pria itu akan selalu melamarnya setiap kali mereka bertemu.Glenn mengerucutkan bibirnya tapi menerima suapan dari Laura dengan senang hati.Urat
Laura menjauh dari kamar rawat si kembar, dia memikirkan kemarahan yang ditunjukkan Tristan beberapa menit yang lalu. Jarang dia melihat kemarahan Tristan.Kakak pertamanya adalah seseorang yang jarang menunjukkan emosinya. Kadang-kadang dia tidak bisa menebak isi pikirannya.Dia punya tebakan bahwa si kembar adalah anak-anak Tristan. Jika tidak, Tristan tidak akan repot datang kemari hanya untuk melihat seorang anak yang sangat mirip dengannya jika dia tidak yakin anak itu bukan anaknya.Dia merasakan interaksi aneh antara Tristan dan Mia. Tapi satu hal yang pasti, ini tidak akan berakhir baik bagi Mia.Kakak laki-lakinya adalah seseorang yang ingin semuanya di bawah kendalinya, dan tidak mentolerir sesuatu keluar dari kendalinya. Dia seseorang yang menuntut dirinya menjadi sempurna dan mengembangkan tanggung jawab sebagai putra sulung dari keluarga Adams dan pewaris Adams Group, dia tidak ingin memiliki cacat dalam dirinya. Seperti keberadaan anak haram….Laura menggelengkan kepala
“Apa yang ingin Anda bicarakan, Tuan Adams?” Mia menatapnya tenang.“Mari bicara di luar,” kata Tristan melirik anak-anak Mia yang menatapnya penasaran.Mia melirik si kembar dan mengangguk. Meski enggan, dia hanya bisa mengikuti Tristan.“Mari bicara di sini, Tuan. Aku tak bisa meninggalkan anak-anakku terlalu jauh,” kata Mia berhenti di koridor yang sepi dan tak jauh dari ruang rawat si kembar.Tristan berhenti dan menatap Mia. Wajah wanita itu sangat cantik dan percaya diri di depannya, menatap Tristan dengan mata yang acuh tak acuh.Tiga tahun yang lalu, dia mengenal Mia sebagai gadis yang tak berani bicara padanya apalagi menatapnya.“Kamu berbicara pada Lucian Wilson dengan begitu sopan dan takut, tapi di depanku kamu tidak takut.”“Apa hubungannya pembicaraan kita dengan Tuan Wilson? Tolong katakan apa yang ingin kamu bicarakan padaku. Jangan membuang-buang waktuku.”Sudut bibir Tristan terangkat. Dia menunjukkan sebuah map coklat pada Mia.“Rupanya kamu sudah berbohong. Kamu ng
“Aku ….” Mia berdiri terkejut dengan kunjungan mendadak dari Tristan Adams.“Tuan Adams, apa Anda ada urusan di sini?” Dia bertanya dengan suara yang sangat sopan, menyembunyikan kecemasan di dadanya.Jantungnya berdegup kencang. Dia berdiri membelakangi anak-anaknya, mencoba melindungi anak-anaknya dari tatapan menyelidik Tristan.“Aku hanya penasaran karena ibuku tidak berhenti membicarakan anak-anak kembarmu yang mirip denganku. Jadi aku datang untuk melihat sendiri dengan mata kepalaku.” Tristan berjalan masuk dengan tenang dan melirik ke belakang punggung Mia.“Mama … siapa paman itu?” Alana meraih tangan Mia dan menunjuk Tristan.“Orang asing sayang. Mama nggak kenal.”“Oh ….”Raut wajah Tristan semakin datar. Dia menyerahkan oleh-oleh yang dibawanya pada Mia.“Ini untuk anak-anakmu. Kenapa kamu menyembunyikan wajah anak-anak itu dariku? Aku sangat penasaran apakah mereka sangat mirip denganku.”“Maaf. Anak-anakku takut dengan orang asing.” Mia menghindari tatapan tajam Tristan.
“Nenek, Amel ikut ….” Amel sama gembiranya dengan neneknya dan masuk ke kamar rawat.“Maaf, ibuku sudah bersikap tidak sopan. Dia senang dengan anak-anak dan bersemangat setelah mendengar dari Dean bahwa si kembar sangat mirip dengan Kak Tristan. Maaf ya ….” Laura meminta maaf menyadari raut wajah Mia terlihat tidak nyaman sejak mereka datang.“Tidak apa-apa. Apa Dean Adams … dokter di sini? Dia menyelidiki tentang anak-anakku?” Mia bertanya pasrah sambil mengusap wajahnya.Dia tidak menyadari salah satu anggota keluarga Adams bekerja di rumah sakit ini. Dan dia tak mengantisipasi kakak kedua Laura begitu tertarik pada anak-anaknya dan mengungkit tentang si kembar pada keluarga Adams.Pasti kemiripan di kembar dengan Tristan di ceritakan pada seluruh anggota keluarga Adams dan menarik perhatian mereka. Karena itu seorang Matriarch keluarga Adams datang jauh-jauh kemari tanpa peduli waktu sudah hampir larut malam.“Ya, ini salah satu rumah sakit yang dikelola olehnya. Kak Dean melihat s