Share

115, The Truth

MEREKA akan menghadapinya bersama.

“Dari mana Papa tahu tempat ini?” Suaranya datar menuju sinis di antara geram dan desis.

“Manggala...” Tersendat.

“Ada perlu apa Papa ke sini?”

“Manggala, Nak...” Tercekat.

“Kalau Papa mau ambil tempat ini juga, sebut satu angka, aku akan bayar.” Tegas. Walau dalam kepalanya berpikir dia akan membayar dengan uang yang berasal dari ayahnya juga. Di situ hatinya merintih.

Kenapa, Papa? Sampai nyawaku pun Papa ambil, aku tak akan mampu mengembalikan semua yang sudah Papa beri. Kenapa harus seperti ini, Pa?

Sebersit pikir, Manggala akan menyerah mengikuti saja mau Wiguna. Jika terpaksa, Manggala yakin dia bisa menjalankan mau Wiguna. Toh seumur hidup dia sudah melakukan itu.

Tapi sampai kapan? Sampai kapan aku bisa menentukan sendiri mauku? Menjalani sendiri pilihan hidupku? Aku lelah menjadi orang lain.

Diam.

Tak ada suara. Manggala terus merin

Sandra Setiawan

Plot twist. Ternyata Wiguna sesayang itu sama Manggala. Tapi ya begitu deh. Banyak orang sayang tapi salah cara mengungkapkannya. Ada yang nggak pernah ngomong, ada yang model Wiguna, dan ada juga yang over manjain. Yang terakhir banyak banget. Saya sering melihat kehancuran anak akibat terlalu dimanja orangtua. Semoga ada hikmah dari kisah ini. Ungkapkan sayang kalian ke orang yang kalian sayang ya. Kadang mulut kaku ngomongnya, ya sudah, paling nggak perbuatannya jelas tunjukin kalau kita sayang. Asal jangan mulut bilang sayang tapi hati nggak. Munafik namanya. Satu urusan terbuka. Meski meninggalkan Manggala yang terluka parah, tapi Manggala bisa menyembuhkan dirinya sendiri walau menyisakan bekas luka. Tiga bab menuju akhir

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
nisya82mahmud
setelah berdarah"...dan sekarang mulai membaik.. datang dan baru menyesal..!!! sadis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status