Saat ini Chika sedang menatap bangunan rumah yang berada di depan matanya. Rumah modern berlantai dua yang nantinya akan menjadi tempat tinggalnya bersama Niko dan Davan. Rumah milik Niko itu mempunyai halaman yang indah. Terdapat taman yang di hiasai oleh tanaman bonsai. Tanaman bonsai itu Chika prediksi memiliki harga yang cukup mahal. Di samping rumah Niko terdapat kebun kecil untuk menanam berbagai sayuran. Davan berkata jika papanya itu sangat suka berkebun.
Ketika masuk rumah, pandangan mata Chika di suguhkan oleh foto keluarga Raharja yang terpajang di dinding ruang tamu. Di foto itu semua pihak menampilkan senyum termanis mereka, termasuk Niko. Niko mempunyai dua adik, dua adik Niko semuanya berjenis kelamin laki-laki. Kata orang jika anak laki-laki pertama menikah dan mendapatkan menantu perempuan pertama, menantu perempuan itu akan di sayang.
Entah itu mitos atau apa, namun Chika hanya berharap jika ia bisa di terima oleh keluarga
Sesuai janji Niko, ia sedang mengantarkan istrinya ke rumah kediaman keluarga Aditama untuk mengambil barang-barangnya. Mereka melakukan perjalanan pada malam hari sekitar pukul setengah tujuh. Sebelum berangkat Niko berpesan pada bu Rahmi, ART rumah untuk menjaga Davan saat dirinya pergi. Di dalam mobil, Niko dan Chika masih saja seperti orang asing. Mereka saling bukam dan tidak berniat mengeluarkan sepatah kata. Suasana jalanan kota Jakarta malam itu terlihat ramai lancar. Pasutri itu sampai di kediaman rumah Aditama hanya membutuhkan waktu perjalanan selama tiga puluh menit. Perjalanan yang tergolong cepat di bandingkan hari biasanya yang bisa sampai satu jam lebih. Mobil mewah milik Niko itu sudah terparkir di kediaman mewah Aditama. Dengan semangat Chika keluar mobil dan berlari kecil masuk ke rumahnya. Melihat tingkah Chika, Niko hanya berusaha sabar dengan sikap Chika yang tidak memperdulikannya. Sudah menjadi resikonya menikah d
Perdebatan antara anak dan ibu itu terus berlanjut. Sena masih diam sambil mengelus perutnya yang semakin buncit karena hamil anak ke dua. Dalam hati Sena berharap anaknya yang masih di dalam kandungannya bisa menuruti nasehat orang tua. “Sena, coba kamu bicara dengan Chika. Mama sudah tidak tahan dengan bantahan anak ini,” ujar bu Dila memerintahkan Sena untuk bergantian memberikan petuah pada Chika. Sena tidak membantah perintah mertuanya. Bu Dila yang sudah tidak tahan pun meninggalkan dua wanita tersebut. “Chika,” ucap Sena tersenyum manis sambil memegang tangan Chika. Sena mencoba bicara dari hati ke hati. Chika adalah tipe anak yang tidak bisa di ajak bicara dengan nada tinggi. Bicara dengannya harus memakai nada yang lembut supaya emosinya bisa terkendali. “Iya kak,” jawab Chika yang masih memasang wajah cemberut. Dalam hatinya, Chika masih menyimpan rasa emosinya. “Kamu ingin sendiri?
Selesai makan mereka kembali pulang ke rumah, tidak lupa Niko dan Chika membelikan makanan untuk Davan. Wajah Chika kembali full senyum setelah perutnya sudah kembali terisi, energinya sudah kembali penuh. “Terimakasih mas, makanan di warung lamangon itu sangat enak. Aku ingin kembali di lain waktu,” ucapan tulus Chika pada suaminya karena telah membelikan makanan yang begitu enak di lidahnya. “Iya sama-sama. Makan kamu sangat banyak tadi,” balas Niko sambil fokus menyetir. Niko mencoba memperbaiki interaksi dengan Chika. Meskipun terlihat masih kaku. “Iya memang saya suka makan namun badan saya masih tetap kecil,” ungkap Chika merasa tidak pede dengan badannya. Chika sering menerapkan program menggendutkan badannya namun badannya hanya naik satu atau dua kg saja. Cukup frustasi terkadang Chika dengan badannya yang tidak kunjung naik. “Menurut saya badan kamu sudah ideal. Namun jika kamu ingi
Pagi telah kembali menyambut, Chika membuka matanya sejenak lalu mendudukkan dirinya untuk mengisi setengah nyawanya. Pandangan Chika tertuju pada sisi ranjangnya yang nampak kosong. Niko tidak berada di tempatnya. Tidak ingin berpikir terlalu keras dengan keberadaan Niko, Chika bangun lalu berjalan menuju kamar mandi. Di basuhnya wajah Chika dengan air wudhu untuk melakukan kewajibannya beribadah.Setelah selesai melakukan kewajibannya, Chika membuka lemari pakaian untuk menyiapkan baju dinas Niko. Profesi Niko yang sama dengan kakaknya Gavin, membuat Chika paham dengan baju dinas yang akan di pakai hari itu. Chika menikmati paginya dengan semangat dan mood yang mendukung.Wanita cantik itu kini sedang berada di dapur untuk memasak. Sebelumnya Chika meminta izin pada bu Rahmi agar membiarkan Chika yang memasak. Karena paksaan Chika akhirnya bu Rahmi mempersilahkan dirinya untuk menggunakan dapur itu. Terlihat Chika meracik berbagai bumbu da
Saat ini Niko dan Chika berada di rumah sakit untuk mengantar Davan kontrol. Mereka mendapat nomor antrian lima, antrian yang tidak begitu lama bagi mereka. Sembari menunggu, Davan dan Chika duduk di ruang tunggu sedangkan Niko harus berdiri karena kursi yang di sediakan sudah ada penghuninya.Tidak lama menunggu, salah satu Perawat memanggil nama Davan. Perawat itu mempersilahkan mereka untuk masuk dan Davan siap untuk di periksa. Davan yang tidak mau masuk ke dalam sendiri akhirnya di temani oleh Niko dan Chika. Sembari menunggu Davan di periksa, pasangan suami istri itu duduk bersebelahan sambil mengamati Dokter memeriksa Davan.“Perkembangan yang cukup bagus. Ginjal Davan berfungsi dengan semestinya dan pemulihan Davan tergolong cepat. Mungkin pola makan Davan yang baik,” ucap Dokter itu setelah memeriksa Davan. Chika memang memberikan asupan makan yang sehat untuk Davan.Beberapa hari ini Davan di paksa
Dalam ruang tamu rumah Raharja, Chika dan mertuanya asik mengobrol. Mereka bercerita tentang apapun. Masa kecil Niko, masa kecil Chika, tentang adik Niko dan masih banyak lagi. Obrolan seru yang membuat pak Raharja dan bu Suci merasa nyaman berbicara dengan Chika. Sifat menantunya kali ini berbanding terbalik dengan almarhum istri Niko. Almarhum adalah sosok yang pendiam dan lebih tutup.“Maafkan papa dan mama karena saat Davan operasi, kami tidak bisa menemani,” ujar pak Raharja menyesal. Dalam perjalanan umroh mereka, pak Raharja dan bu Suci merasa cemas tentang keadaan Davan. Mereka kerap kali menelfon Niko untuk tahu keadaan cucu mereka.“Tidak perlu meminta maaf pa, ma. Seharusnya saya yang meminta maaf, karena ketidak hatian saya, Davan tertabrak mobil saya,” ungkap Chika sambil tertunduk. Beberapa hari sudah berlalu, namun Chika masih merasa bersalah pada mertuanya.“Itu sudah takdir
Tanpa terasa Chika dan Niko berada di rumah keluarga Raharja sampai menjelang sore. Seusai ibadah wajib, Chika dan Niko beristirahat di kamar. Hari itu entah mengapa badan mereka terasa lelah dan membutuhkan rehat sejenak untuk memulihkan kembali energinya. Kedatangan senja dan tenggelamnya matahari, membuat ruang kamar mereka terasa gelap. Chika yang menyadari itu seketika membuka matanya.Chika mengecek layar ponselnya untuk mengetahui pukul berapa hari itu. Waktu yang teramat sore membuat dirinya gelagapan. Chika merasa tidak tahu diri dengan bangun hingga hari menjelang petang. Chika yang panik pun bergegas berdiri namun ia urungkan karena badannya terasa berat. Chika mendapati tangan kekar yang melingkar di perutnya.Wanita cantik itu menoleh dan melihat suaminya yang masih terlelap. Dengkuran halus itu menandakan jika Niko masih butuh waktu lama untuk menikmati tidurnya.“Mas bangun. Hari sudah sore,” ujar Chika sambil menggoyangkan badan Niko agar bangun dari tidurannya.Tidak
“Kamu lihat Niko bagaimana Davan begitu bahagia berada di samping Chika,” ujar bu Suci yang sadar dengan kehadiran Niko di sampingnya. Bu Suci nampak terharu dengan keakraban menantu dan cucunya.“Ya, aku melihatnya ma,” balas Niko sambil mendekapkan tangannya. Niko ikut menikmati pemandangan Chika dan Davan saling bercanda.“Niko, awas saja jika kamu berani membuat Chika kecewa dengan sikap kamu,” tatapan bu Suci berubah menjadi tatapan ancaman.“Mengapa mama jadi mengancamku?” balas Niko bingung karena secara tiba-tiba mamanya mengungkapkan ketidaksukaan dengan dirinya.“Mama sangat tahu sikap kamu dengan seorang wanita seperti apa. Jika kamu masih bersikap dingin, jangan salahkan Chika jika suatu saat nanti dia sudah tidak tahan dengan kamu. Seharusnya kamu beruntung mendapatkan wanita masih perawan yang mau dengan duda beranak satu seperti kamu. Mama sangat yakin jika di luar sana banyak wanita yang menolak jika di ajak menikah dengan kamu,” ucapan bu Suci terdengar sinis pada Nik