Kali ini aku menemani Abah, Umi, dan Gus Azmi ke Bandung dengan disopiri oleh Kang Bimo. Gus Azzam sendiri satu minggu yang lalu sudah ada di Bandung. Besok adalah hari wisuda Gus Azzam untuk program magisternya. Kami menginap di hotel yang cukup dekat dengan kampus.
"Kampusnya keren ya Umi, besok Azmi mau disini juga," celoteh Gus Azmi saat mobil kami memasuki pelataran parkir hotel."Memangnya Azmi mau jadi apa?""Gamer Umi, pokoknya bisa pegang komputer sama HP. Hehehe.""Dasar kamu itu ya?"Semua tertawa termasuk aku. Selanjutnya aku lebih banyak diam, karena menikmati perjalanan. Wow, aku jadi rindu kampus. Aku rindu belajar. Aku menghembuskan nafasku pelan. Semoga suatu hari nanti aku bisa kuliah lagi dan semoga aku segera punya uang. Syukur dibiayai suami. Dan pertanyaan yang muncul emangnya suamiku siapa?*****Mataku terpana menatap objek di depanku. Perawakannya yang tinggi menjulang, kulit putih dengan seraut wajah nan rupawan tengah ber"Mbak Caca dipanggil Umi ke ndalem," seru Fauziah salah satu khadamah yang masih kelas 12 SMA."Oh ... makasih Dek." Aku menemui umi di ruang keluarga."Umi manggil Caca? Wonten nopo nggih Umi.""Gini, kata Azzam kamu itu lulusan pendidikan Biologi benar kan?""Nggih Umi, pripun?""Guru Biologi kita mau ikut suaminya ke Malang, jadi kita butuh gantinya. Daripada kita bikin loker kan mending memberdayakan SDM yang sudah ada. Bener kan?""Nggih Umi.""Mau ya bantuin ngajar di SMA.""Tapi, Caca sudah lama gak ngajar Umi. Takutnya nanti pas dihadapan siswa malah kayak patung Umi.""Ya dicoba dulu makanya.""Nanti kalau nervous gimana Umi.""Ya makanya latihan.""Nanti kalau ....""Kalau gak sanggup ya nolak. Gak usah banyak alasan. Percuma katanya sarjana terbaik tapi disuruh ngajar aja banyak alasan," sinis Gus Azzam.Aku melotot kearahnya, dia malah memiringkan senyumnya. Dasar kurang garam ini orang. Awas ya! Aku b
Satu bulan lamanya aku menjadi pengajar di SMA Al-Hikam. Awalnya grogi, gugup dan takut menjadi satu. Tapi lama-kelamaan akhirnya bisa beradaptasi."Us Caca," sapa ustazah Shafa, guru kimia."Ustazah Shafa. Hati-hati Us. Ckckck. Njenengan ini lagi hamil juga tetep gak bisa diem.""Hehehe. Mau gimana lagi Us, udah bawaan dari orok hehehe." Ustazah Shafa adalah ustazah yang umurnya sebaya denganku sedangkan yang lain rata-rata sudah berusia di atas 30 tahun."Ustaz Ahmad gak jemput apa?""Nanti Us, katanya masih ada rapat dengan para Ustaz.""Owh."Suasana sepi, karena ini sudah pukul empat sore. Aku baru saja mendampingi ekskul Pramuka. Saat tengah melewati koridor kelas dua belas kulihat sekelebat anak yang tengah mengendap-ngendap seperti maling."Sebentar Us. Tunggu disini!"Aku langsung melesat menuju si penyusup yang menggunakan helm dan berjaket tebal."Hei, siapa kamu!" teriakku.Dia kaget dan akan berlari tapi kutarik jaketnya. Ter
"Ustazah, ini kita bikin patoknya ukuran 1m x 1m?""Iya, nanti kamu amati didalamnya individunya apa saja terus jumlah dan kemungkinan interaksi yang terjadi. Apa mutualisme, parasitisme, komensalisme atau netral," jawabku.Hari ini kelas 10 IPA 1 sedang praktek materi ekosistem. Aku sengaja membawa mereka menuju ke sawah penduduk yang jaraknya 10 menit dari sekolahan. Dalam praktek ini, kami belajar sambil bermain. Sesekali menyapa para petani yang sedang memanen padinya. Bahkan ternyata sebagian besar sawah disini milik abah Ilyas yang tengah dipanen dengan mempekerjakan penduduk sekitar. Saat sedang mengawasi kegiatan anak-anak. Segerombolan ibu-ibu menyapaku dan mengajakku ngobrol."Eh Ustazah cantik, njenengan Ustazah baru ya?" tanya salah seorang ibu sambil menggepyok padinya." Gepyok padi artinya merontokkan padi secara manual dengan memukulkannya pada sebuah alat khusus."Nggih Bu, nama saya Caca.""Asli mana Us?" tanya yang lain."K
*Azzam Daffa Al Kaivan*Aku memarkirkan mobilku di garasi. Aku baru menyelesaikan segala urusanku mengenai beasiswa S3-ku di RMIT University yang terletak di kota Melbourne. Insya Allah seminggu lagi aku berangkat ke sana. Alhamdulillah ya Allah, cita-citaku akan terlaksana sebentar lagi.Aku tertegun melihat sebuah mobil Avanza yang terparkir dihalaman berdampingan dengan mobil Xenia abah. Aku segera masuk ke rumah."Assalamu’alaikum""Wa’alaikumsalam."Kulihat Abah dan Umi sedang menerima tamu yang ternyata orang tua Ning Salima. Bahkan Ning Salima ikut. Aku pun menyalami Abah, Umi, Kyai Miftah dan menangkupkan kedua tangan kepada istri dan anak Kyai Miftah."Baru pulang Zam?" tanya Abah."Nggih Bah.""Lancar semua.""Lancar Bah."Abah tersenyum meneduhkan. Aku menoleh ke arah Kyai Miftah."Sampun dangu Pak Kyai?" tanyaku basa basi."Belum Gus, selamat atas wisudanya nggih Gus.""Matur nuwun P
*Cahaya Mustika*"Ini Gus Kecil. Nasi goreng pedas manis dengan tambahan telor ceplok ala chef Caca. Monggo.""Hore ... makasih Mbak Caca."Gus Azmi mulai memasukkan nasi goreng buatanku."Hem ... enak Mbak. Maknyos mamamia lezatos ...," ucapnya sambil menautkan jempol dan telunjuk lalu menaruh pada mulutnya dan berdecak. Setdah ... sok pokoknya.Abah dan Umi sedang ke acara pengajian di daerah Karanglewas sama Kang Bimo. Khadamah yang lain sibuk dengan urusan masing-masing. Jadi hanya aku yang menemani Gus Kecil."Mas Azzam sini Mas." Gus Azmi memanggil kakaknya.Gus Azzam datang ke meja makan dengan muka bantalnya, aku dengar memang beliau sedang menyiapkan keberangkatannya ke Melbourne tiga hari lagi bertepatan dengan pernikahan kedua Gus Fadil."Maem apa Mi?""Nasi goreng Mas, bikinan Mbak Caca," sahut Gus Azmi."Ca ... bikinin yang spesial jangan kepedesan tapi. Telurnya jangan ceplok tapi dadar terus digulung ke nasi gorengnya!
Hiruk pikuk keramaian tercetak dengan jelas pada netraku. Aku tengah duduk manis di samping Umi."Berangkatnya jam berapa Zam?" tanya Umi."Satu jam lagi Umi," sahut Gus Azzam."Kamu disana nanti jadi ikut temenmu yang dokter itu?""Iya nanti Azzam mau nunut kosan Mas Rayyan dulu. Walau kampus beda tapi kan sama-sama di Melbourne.""Dokter Rayyan yang wajahnya kayak bule itu ya Zam?" tanya Umi."Iya Umi.""Kok Mas Azzam bisa kenal sama itu bule, Mas?" sekarang Gus Azmi yang bertanya."Mas Rayyan anaknya Pak Surya, salah satu arsitek dan kontraktor terkenal di Purwokerto. Mas Azzam kan sering kerja bareng beliau. Jadi kenal semua anaknya.""Oooo," jawab Gus Azmi.Kami sibuk bercerita, Abah dan Kang Bimo sedang ke mushola untuk sholat dhuha. Keluarga Abah Ilyas memutuskan tidak menghadiri acara pernikahan Gus Fadil.Selain alasan kurang setuju juga dikarenakan berbarengan dengan keberangkatan Gus Azzam ke Melbourne. Ja
*Tiga Tahun Kemudian*"Mbak Cacaaaaaaaaa," teriak Gus Kecil. Meski usianya sudah 15 tahun kami tetap memanggilnya Gus Kecil. Dia masih sangat manja padaku tapi kami sudah tak bisa bersentuhan lagi. Maklum Gus Azmi udah baligh. Hihihi."Daleeemmmm Gus? Kenapa? Kok teriak-teriak sih?" ucapku sambil membuat soto kuning bersama Ipeh. Nurul sudah menikah tiga bulan yang lalu. Sedangkan Ipeh sudah menolak menikah selama empat kali. Aneh, padahal calonnya berkualitas semua. Saat aku tanya alasannya, katanya masih mau ngaji. Ya sudahlah."Lapar," rengeknya."Sabar nggih Gus, sebentar lagi mateng sotonya.""Oke ... irisan ayamnya yang banyak ya Mbak. Jangan terlalu pedas.""Siap Gus."Aku tengah menyiapkan soto untuk Abah, Umi dan Gus Kecil. Sedangkan Ipeh tengah meladeni Kang Bimo di dapur. Kang Bimo walau dianggap seperti anak, tak pernah mau semeja dengan Abah sekeluarga, rikuh alias gak enak katanya. Dia hanya mau semeja dengan Abah kalau ada Gus Azzam.
*Cahaya Mustika*Haish aku malu sekali rasanya. Demi apa aku harus menyaksikan keuwuan Abah dan Umi. Aku kan jadi pengin punya suami tahu. Mana belum punya calon lagi, haish. Lagian kenapa juga dengan hatiku? Melihat keromantisan Abah sama Umi, kok aku jadi rindu-serindunya sama musuhku yang jauh disana. Huft."Mbak.""Astaghfirullah. Ipeh ngagetin aja!""Lagian Mbak Caca lari-lari kayak dikejar maling.""Hehehe. Kamu belum tidur Peh?""Belum Mbak.""Kenapa?""Bapak Ibu minta aku menerima lamaran Kang Hasbi.""Hasbi salah satu ustaz di pondok putra?""Huum.""Boleh aku tahu, kenapa kamu gak mau menerima dia?""Gak tahu Mbak, habisnya hatiku gak sreg aja.""Wah kalau itu susah. Ya kamu sampaikan kepada kedua orangtuamu apa keinginanmu. Harusnya kamu bersyukur loh udah ada 4 orang yang melamar malah yang satu masih ngebet buat nikahin kamu. Coba kamu jadi aku. Ngenes gak ada yang mau.""Mbak Caca itu buk