Home / Romansa / Pelakor XXL / 1. Juniar dan Reya

Share

Pelakor XXL
Pelakor XXL
Author: Reistya

1. Juniar dan Reya

Author: Reistya
last update Last Updated: 2022-07-25 10:16:41

Seorang gadis bertubuh gemuk terbangun seraya menutupi tubuhnya dengan selimut. Itu adalah Reya Yasmitha, 22 tahun pemilik tubuh gempal dan tinggi seberapa. Bukan tipe ideal untu seorang pelakor. Jika kalian membaca pelakor, itu benar. Dua tahun belakangan ia sibuk menjadi simpanan Juniar Adi Pranaja, pria berusia 42 tahun yang mungkin lebih pantas dikatakan ayahnya sendiri.

Juniar seorang pengusaha sukses, Adidaya Raja Tekstil adalah perusahaan turun menurun milik keluarganya yang kini menjadi tanggung jawabnya. Jangan tanya tentang kekayaan, ia juga memiliki banyak usaha lainnya termasuk kerjasama dibidang resor juga dunia hiburan.

Reya membuka matanya menatap pria di sampingnya yang kini terpejam. Om Jun, begitu Reya memanggil kekasihnya, ungkapan sayang dari gadis itu. Katakan saja Reya gila, tapi Jun punya sejuta pesona yang ia punya selain uang yang memang jangan ditanya jumlahnya berapa. Tatapannya mengintimidasi, rahang tegas, tubuh yang paripurna, terlebih perhatiannya. Boleh dikatakan kalau Jun tak terlalu tampan, tapi lesung pipi saat tersenyum punya magnet luar biasa. Oke baiklah, tampan itu relatif. Namun, Jun memang sesempurna itu di mata Reya. Kini segalanya tenang Jun itu luar biasa.

Gadis bertubuh tambun itu baru saja akan bangkit dari rebah setelah lelahnya pergumulan yang ia lakukan. Tangan Jun menahan meski matanya terpejam.

"Istirahat dulu," kata Jun.

"Katanya, Om mau aku masakin makan siang?" tanya Reya. Saat datang tadi,Jun mengatakan ia ingin makan siang. Menyantap masakan yang dimasak langsung oleh Reya.

Jun membuka mata, tersenyum kemudian. "Saya mau makan nanti. Mana tega saya biarin kamu capek-capek masak setelah saya buat kamu capek. Hmm? Istirahat dulu ya, sayang."

Reya mengambil selimut dan melilitkan ke tubuhnya, lalu melangkah ke kamar mandi. "Om tidur aja, aku tetap mau masak."

Jun hela napas. Memang susah bicara dengan si keras kepala satu ini, batinnya. "Ya udah terserah kamu." Ia kemudian kembali merebahkan tubuh dan memejamkan mata.

Reya memakai pakaian dan kini berjalan ke dapur di apartemen mereka. Jun suka masakan rumahan sederhana. Dulu mendiang ibunya suka membuatkan masakan rumahan. Ketika ia mencicipi masakan Reya ia ingat masakan sang ibu. Bukan berarti ia tak menyantap masakan rumahan di rumah utamanya. Hanya saja, ia merasa rasanya berbeda ketika Reya yang membuat. Ya, bisa saja itu hanya rayuan gombal si Om, tapi sepertinya Reya jadi sedikit besar kepala dengan pujian Juniar.

Aroma masakan menyeruak, terutama saat kini Reya menumis sambal sebagai langkah akhir dari kegiatannya memuaskan kekasihnya. Dari dalam kamar terdengar suara bersin yang buat gadis itu terkekeh geli.

Tak lama Jun berjalan ke luar dari kamar lalu menghampiri Reya. Berdiri tepat di samping gadis itu, lalu menyibak poni Reya menunjukkan kening lebar kekasihnya dan segera ia kecup. Sementara Reya dengan segera menutup kembali poni yang menutupi aibnya.

Reya tak suka poninya disibak menunjukkan kening lebarnya dan itu buat ia membecik, menggemaskan. "Om ih, kebiasaan."

"Kenapa sih? Selalu bermasalah sama jidat? Jenong gitu saya kan sayang sama kamu," kekeh Jun sambil mencubit bibir Reya.

"Enggak jenong ya Om. Cuma lebar."

"Lalu apa bedanya?"

"Jenong itu menonjol ke depan. Jidat aku enggak," protes Reya dengan tatapan kesal hingga buat keningnya bertaut.

Juna tertawa geli sendiri melihat kelakuan Reya. Reya menggerakkan matanya seolah meminta pria itu duduk di meja makan. Jun menurut dan ia kini berjalan, lalu duduk di kursi menunggu Reya menyajikan makan siang.

Reya segera membawa sajian terakhir menuju meja makan. Tadi ia sudah selesai membuat sup ayam, pergedel, dan telur dadar. Tak membuat masakan yang sulit karena tak sempat berbelanja. Lalu dengan telaten ia menyajikan ke atas piring. Sudah hapal betul porsi makan kekasihnya.

"Ini," katanya kemudian meletakkan piring ke hadapan Jun. "Ah, lupa minum. Tunggu sebentar Om."

"Biar saya yang ambil," kata pria itu kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil air putih dalam botol dan juga gelas yang sudah disiapkan Reya, kemudian dengan segera berjalan kembali ke meja makan.

"Terima kasih Om sayang," ucap Reya.

Jun mengacak rambut Reya segera kembali duduk. Ia menyantap makan siang yang tersaji.

"Ibu Indi sehat kan?"

Jun menatap, tak suka. "Saya lagi makan lho ini."

"Om aku kan cuma tanya," rengek Reya.

"Baik," jawab Jun.

Reya melanjutkan kegiatan makan mereka meski ia ingin bertanya lebih lanjut. "Om enggak ada masalah kan?"

Jun gelengkan kepalanya. "Enggak, memang kenapa kamu mikir gitu?"

Reya menatap pada pria di hadapannya, mencoba cari jawaban dari tatapan Jun. "Soalnya waktu datang tadi muka Om kusut banget."

Jun tersenyum di sudut bibirnya. Reya memang pandai membaca situasi dan apa yang terjadi dalam dirinya. "Ada sedikit masalah di kantor, tapi bukan masalah besar. Jangan khawatir," jawabnya sambil mengusap bahu Reya.

"Syukurlah." Reya menyahut kemudian terdiam. "Om," sapanya.

"Hmm?" tanya Jun seraya mengusap bibirnya dengan tisu setelah selesai makan,

"Aku .., Aku kayaknya mau cari kerja." Reya katakan itu takut-takut.

Jun terhenti, meletakan tangannya ke atas meja sebagai penopang wajahnya, kemudian menatap Reya dengan tatapan kesal. "Uang dari saya enggak cukup buat kamu?"

Reya menggelengkan kepala. "Kadang ibu tanya kenapa aku sering ke Bandung. yang ibu tau kan aku kasih workshop kepenulisan. Ya, kadang ibu tanya mana foto-fotonya. Aku enggak pernah kasih karena memang enggak ada kegiatan itu."

"Kalau kamu kerja malah kamu enggak ada waktu ketemu saya. Gitu mau kamu?"

"Enggak gitu Om."

"Gini aja, kamu bilang kerja di mana gitu. Saya sewakan apartemen di Jakarta. Kamu bisa di sana, pura-pura kerja, Kalau saya ke Jakarta kita bisa bertemu di sana."

Reya menatap Jun, ia ingat dulu Jun yang meminta untuk tak saling bertemu di Jakarta karena takut jika tanpa sengaja bertemu dengan orang yang mungkin mereka kenal.

"Sesekali, kita ketemu," kata Jun lagi. "Lagian kalau kamu kerja, siapa yang jagain ibu kamu? Arka? Kamu bilang adik kamu enggak bisa jagain ibu."

"Iya sih, cuma kemarin ada teman yang ngajakin aku kerja." Reya masih kekeh dengan keinginannya.

Jun hela napas, ia tak ingin terlalu kesal pada wanitanya. "Siapa? Kamu niat kerja gini emang mau cari apa?"

"Cari uang sih Om. Aku kan enggak mungkin nyusahin Om terus."

"Siapa bilang kamu nyusahin saya? Saya kirim bulanan itu kurang buat kamu sama biaya berobat ibu? Saya tambah kalau memang kurang. Enggak usah macem-macem lah. Saat saya butuh nanti kamu harus ada. Kalau kamu kerja, nanti kamu alasan a,b,c lah. Saya enggak kasih ijin." Jun katakan itu tegas.

Lagi Reya selalu kalah jika meminta ijin untuk bekerja. Ya, meskipun salah satu tujuan berkencan dengan Om Jun adalah utuk membantu finansialnya, tapi entah mengapa setelah ia memiliki rasa pada Juniar. Reya malah merasa tak enak hati dan merasa selalu merepotkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelakor XXL    Bonus 4

    Reya dan Kira tidur di tempat tidur, sementara saat ini Yuji tidur di sofa. Reya dan Yuji merebahkan diri dan saling berhadapan. Sejak tadi mereka mengobrol satu sama lain."Mas, besok Ibu Indi ngajak aku untuk ke panti asuhan." Reya memberitahu. "Ke panti asuhan? Mau ngapain ke sana?" Pria itu bertanya karena cukup heran juga. Kenapa mereka akan ke panti asuhan besok.Reya duduk, kemudian menatap kepada Yuji. Yuji juga ikut duduk dan mereka berdua saling berhadapan. "Ibu Indi ada niat buat ngangkat anak dari panti asuhan. Buat nemenin dia di rumah.""Ya udah, nggak apa-apa kalau kamu mau ikut.""Tapi besok katanya kamu mau ngajak aku ke panti asuhan tempat kamu gede dulu?""Kita masih punya waktu beberapa hari di sini kan? Bisa lusa atau habis pulang dari panti asuhan juga bisa kan?" Reya menganggukkan kepalanya mengerti. "Sebenarnya nggak apa-apa ya kalau kita di sini?"Yuji bangkit, mengambil tongkat yang berada di sampingnya, lalu berjalan mendekat. Ia kemudian duduk di samping

  • Pelakor XXL    Bonus 3

    "Nginep sini aja Rey." Indi membujuk. Kini semua sedang duduk di ruang tamu. Membujuk Reya untuk menginap di rumah Jun saja. Sebenarnya hal itu membuat Reya jadi sedikit merasa tidak nyaman. Namun, bagaimana lagi dia tidak bisa menghindar."Iya, kalau kamu butuh apa-apa atau mau ke mana-mana di sini ada sopir yang siap nganterin ke mana kamu mau." Kuki kini menimpali. Sementara Jun duduk sedikit menjauh, dia tidak berbicara apa-apa dari tadi dan juga tidak berusaha membujuk. Pria itu ingin menghargai Indi takut jika sang istri cemburu atu berpikir aneh-aneh. Ia juga tau Reya tak nyaman berada dekat dengannya. "Iya, aku tidur di sini." Reya akhirnya mengalah dan ia memutuskan tinggal di sana selama di Surabaya.Kira turun dari pangkuan Lili lalu berlari menghampiri Reya. "Ibu nen." Kira seperti biasa setelah ia melihat sang Ibu sudah selesai dengan pembicaraannya meminta untuk disusui. "Enggak boleh di sini kan banyak orang sayang," kata reya. Kira membecik, menggembungkan pipi

  • Pelakor XXL    Bonus 2

    Indi bersama dengan Lili dan Lis sedang duduk bersama di ruang makan. Kuki, Jun dan Kira sedang berjalan-jalan menggunakan mobil untuk berkeliling komplek pagi ini. Kira sudah berada di sana selama dua hari, anak itu senang sekali. Apalagi setiap pagi sang kakak tiri, dan juga sang papi mengajaknya berjalan-jalan.Jika di Jakarta, Kira lebih banyak menghabiskan waktu bersama Yuji jika pagi sampai sore hari dikarenakan sang ibu yang harus berkuliah. Di Surabaya, Kira juga sangat senang mendapatkan banyak perhatian."Reya benar-benar enggak mau datang ke sini ya?" Indi bertanya, agak kecewa juga karena kemarin saat ulang tahun Reya tak datang.Lili menggelengkan kepalanya kemudian menjawab pertanyaan sang tante. "Iya, dia bilang nggak enak kalau datang. Tante tahulah, dia anaknya emang gitu. Tapi nanti kan dia mau ke sini untuk jemput Kira sama Mas Yuji.""Padahal sebenarnya aku kemarin minta dia datang ke sini loh. Mas Jun juga udah nggak apa-apa kok. Kalau ditelepon atau video call d

  • Pelakor XXL    Bonus bab 1

    Lili kini berada di rumah Reya. Dia sedang bermain dengan Kira. Sudah cukup lama tak bertemu dengan Kira membuat Lili begitu kangen dengan anak itu. Saat ini, Lili dengan Kira berada di ruang tengah. Sementara Reya memasak makan siang. Yuji ingin makan sayur lodeh, ikan asin dan telur dadar. "Masih Yuji ke mana?" Lili bertanya sambil sibuk bermain dengan Kira. "Kemarin, Mas Yuji itu ada rencana mau buka restoran. Jadi, dia lagi cari tempat buat restoran kita berdua. Sekarang, nggak bisa andelin uang dari endorse aja. Lo tau kan gue kuliah, ada cicilan mobil juga." Reya mengeluh. "Om Jun kan kirim uang? Lo pakai aja sedikit." Lili memberi saran."Nggak mau, itu kan emang uang untuk Kira. Semua uang dari Om Jun itu masuk ke tabungan pribadinya Kira. Gue nggak mau ngacak acak ataupun ganggu uang anak gue. Gue enggak tau gimana ke depan, uang itu buat biaya Kira sampai kuliah Li." Reya tidak mau memakai uang Kira Reya selama ini memang tak pernah mengganggu uang yang diberikan Jun u

  • Pelakor XXL    Dua tahun kemudian (tamat)

    Dua tahun kemudian...Indi berada di dapur sibuk memasak sayur lodeh, ayam goreng dan juga telur dadar. Menyiapkan makan siang sang suami. Makanan kesukaan Jun selalu tersaji hasil tangan sendiri. "Mbak tolong masukin ke kotak bekal, saya mandi dulu ya. Minta tolong juga Pak Boris buat panasin mobil." Indi berkata, kemudian berjalan menuju kamar untuk segera mandi dan bersiap menuju kantor Jun.Selesai mandi, segera dia berangkat bersama sang sopir untuk menuju kantor suaminya mengantar makan siang. Sudah jadi kebiasaan dua tahun terkahir. Perjalanan hari itu sedikit terburu-buru karena dia terlambat bangun tadi. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 10 menit Sampai akhirnya dia tiba di kantor. Indi segera turun dari mobil, dan berjalan masuk ke dalam. Seperti biasa mendapat banyak sapaan ketika ia masuk ke dalam. Banyak karyawan yang menyapanya dengan ramah dan juga ia menjawab dengan sangat ramah."Selamat siang Bu, "ucap salah seorang karyawan."Selamat siang, sudah jam maka

  • Pelakor XXL    Untung ada dia

    Jun terdiam cukup lama, menatap pada Reya yang hanya memejamkan mata. Menggenggam tangan Reya sambil entah memikirkan apa. Beberapa kali hela napas, tak berhenti berdoa agar Reya lekas sadar. "Li, Om pulang. Kalau ada apa apa hubungi saya."Lili menatap sekilas, lalu anggukan kepala. "Iya Om. Enggak apa-apa, aku juga enggak sendirian."Akhirnya, ia memutuskan pulang ke apartemen meski Reya belum sadarkan diri. Ia berjalan masuk dan melihat Indi yang masih terbangun, sedang membuat susu untuk Kira. "Kamu pulang Mas?"Pria itu anggukan kepala, lalu duduk di kursi makan. "Mau aku buatin minum?""Kopi boleh," jawab Jun."Aku nyelesain buat susu Kira dulu ya." Indi kembali melanjutkan kegiatannya. Lalu ia menyiapkan kopi untuk sang suami. Sambil menunggu kopi ia menuju kamar, mengantarkan susu untuk Kira. Jun bangkit kemudian berjalan menuju kamar kecil untuk membersihkan diri. Mungkin saja jika membersihkan diri akan membuat tubuhnya terasa lebih segar. Apa yang terjadi pada Reya bena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status