Home / Romansa / Pelan-Pelan, Pak Dosen! / Bab 73. Apa dia marah?

Share

Bab 73. Apa dia marah?

Author: Anggun_sari
last update Last Updated: 2025-11-04 16:39:19

“Tapi….” Bola mata Zoe bergerak gelisah, tidak berani membalas tatapan Xavier.

Xavier menghela napas panjang dan berat. Jari tangannya mengusap rambut Zoe yang diikat asal. “Kenapa? Apa kamu takut aku meninggalkanmu?” tebak Xavier tepat sasaran.

Bibir Zoe tertutup rapat, tapi ekspresinya dapat dibaca oleh Xavier dengan baik. Setelah melihat bagaimana sikap kedua orang tuanya, mustahil jika Zoe tidak mengalami kesulitan. Apalagi sampai saat ini dia masih belum memberikan kepastian terhadap Zoe.

“Mau pulang saja?” tawar Xavier. Tetap berada di tempat ini dengan suasana yang tidak lagi nyaman, juga percuma. Zoe terlihat tidak nyaman, memaksakan kehendaknya untuk tetap tinggal dan melewati malam-malam menggairahkan tentu akan membuatnya terlihat seperti laki-laki egois.

“Apa boleh?” sahut Zoe, manik mataya ia angkat menatap Xavier takut-takut.

Xavier menganggukkan kepalanya. Ia bangkit, menuntun Zoe keluar dari Villa. Untuk beberapa detik langkahnya sempat terhenti kala melihat lampu vill
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 73. Apa dia marah?

    “Tapi….” Bola mata Zoe bergerak gelisah, tidak berani membalas tatapan Xavier.Xavier menghela napas panjang dan berat. Jari tangannya mengusap rambut Zoe yang diikat asal. “Kenapa? Apa kamu takut aku meninggalkanmu?” tebak Xavier tepat sasaran.Bibir Zoe tertutup rapat, tapi ekspresinya dapat dibaca oleh Xavier dengan baik. Setelah melihat bagaimana sikap kedua orang tuanya, mustahil jika Zoe tidak mengalami kesulitan. Apalagi sampai saat ini dia masih belum memberikan kepastian terhadap Zoe.“Mau pulang saja?” tawar Xavier. Tetap berada di tempat ini dengan suasana yang tidak lagi nyaman, juga percuma. Zoe terlihat tidak nyaman, memaksakan kehendaknya untuk tetap tinggal dan melewati malam-malam menggairahkan tentu akan membuatnya terlihat seperti laki-laki egois.“Apa boleh?” sahut Zoe, manik mataya ia angkat menatap Xavier takut-takut.Xavier menganggukkan kepalanya. Ia bangkit, menuntun Zoe keluar dari Villa. Untuk beberapa detik langkahnya sempat terhenti kala melihat lampu vill

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 72. Malam ini cukup pikiran aku.

    “Coret saja. Lakukan apapun yang Papah mau. Bukankah tadi aku sudah mengatakannya. Lakukan apapun yang kalian inginkan, aku sama sekali tidak peduli,” balas Xavier, tenang tak terusik sama sekali.Bukan takut, Xavier justru menatap papah dan mamahnya dengan semiriknya. “Jika tidak ada lagi yang ingin kalian katakan, aku masuk dulu. Kami lelah dan butuh istirahat!” Putus Xavier mengakhiri perbincangan.Nora terus menggelengkan kepalanya saat Xavier membalikkan tubuhnya, berjalan masuk ke dalam villa pribadinya meninggalkan mereka. Tubuh Nora limbung, otot-ototnya seakan tak mampu menopang berat tubuhnya. Harapannya hancur, bayang-bayang kemiskinan dan hidup serba kekurangan mulai menghantui pikirannya.“Tante, Tante baik-baik saja?” Aluna berlari kecil menghampiri Nora, mencoba menolong wanita itu.Air mata Nora menetes. Matanya menatap sendu Aluna yang mencoba memberikan senyum kepadanya. Padahal dia sendiri tahu bahwa Aluna sama terpukulnya dengannya. Jawaban yang diberikan Xavier s

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 71. Situasi menegangkan

    “Siapa dia? Siapa wanita ini, Xavier?!”Mata Zoe membulat, begitu juga dengan Aluna dan Nora, melihat apa yang dilakukan Dimitri kepada Xavier. Zoe semakin mengeratkan genggamannya, tubuh kecilnya bersembunyi di balik punggung lebar Xavier. Wajah tegang serta mata tajam penuh kilatan amarah dari Dimitri, membuat hati Zoe menciut.Zoe memang kerap menerima perlakuan kasar bahkan pukulan dari ayahnya, tapi belum pernah ia melihat kemarahan seseorang yang terlihat begitu menyeramkan seperti saat ini. Tatapan penuh kebencian itu seakan menekankan bahwa Xavier bukan putra dari Dimitri.Dibalik rasa takut yang menguasai hati Zoe, matanya melirik takut-takut Xavier. Bukan terpukul, pria itu justru tersenyum miring dengan tangan mengusap ujung bibirnya. Senyum itu seolah menantang Dimitri.“Begitu ingin tahu?” cibir Xavier. “Bagaimana jika aku menolak untuk menjawabnya,” imbuh Xavier dengan nada meremehkan.“Silahkan pikirkan apapun yang ada di pikiranmu, arena aku sama sekali tidak berniat

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 70. Siapa dia?

    Zoe melirik tangan Xavier yang menggenggam erat tangannya. Sepertinya janji Xavier tadi pagi, usai bersiap-siap mereka benar-benar pergi jalan-jalan.Tempat pertama yang mereka kunjungi tentu pantai. Xavier dan Zoe berjalan di pinggiran pantai sambil sesekali bermain air. Senyum tipis dan percakapan ringan mengiringi langkah kaki keduanya. Wajah rupawan Xavier dan Zoe, menarik banyak perhatian pengunjung sekitar. Keduanya berjalan bergandengan tangan, sesekali melemparkan senyum, adegan saling menggoda dan masih banyak lagi, membuat orang-orang menyangka bahwa Xavier dan Zoe adalah pasangan.Banyak pasang mata menatap iri interaksi Zoe dan Xavier, tanpa mereka tahu bahwa kenyataan yang ada tidak seperti yang mereka pikirkan. Xavier dan Zoe hanya dua orang yang terikat karena sebuah kesepakatan. Tanpa status, tanpa ikatan. Namun, mampu menjerumuskan keduanya ke dalam perasaan rumit yang tak bisa dikendalikan. “Aku haus,” ucap Zoe ketika mereka sudah berjalan cukup jauh dari bibir pan

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 69. Bolehkan aku menyukaimu?

    “Belum bisa menghubunginya?”Wajah Dimitri mengeras. Urat-urat di tangannya terlihat menonjol. Hari ini adalah hari dimana keluarganya dan keluarga Aluna, bertemu. Namun, hingga waktu yang sudah ditentukan, Xavier tak juga muncul. Parahnya putranya itu tak bisa dihubungi. Baik nomornya maupun nomor istrinya diblokir oleh Xavier.“Kamu terlalu membebaskannya. Harusnya kamu bisa lebih keras kepada Xavier. Jika pertunangan ini batal, uang bernilai triliunan akan lenyap begitu saja!” dengus Dimitri. Matanya menatap tajam Nora yang duduk di samping kanannya.Nora hanya bisa menghela napas panjangnya. “Aku akan pergi ke apartemen Xavier….”Braakk…!Gebrakan tangan Dimitri pada meja, membuat ucapan Nora terhenti seketika. Tubuh Nora bergetar, tatapan penuh amarah yang dilayangkan oleh Dimitri, menimbulkan ketakutan tersendiri dalam hatinya.Tidak berbeda dari Xavier, Nora juga kerap kali mendapatkan amukan serta bogem mentah dari Dimitri. Pria itu tak pernah segan menyakitinya, meski nanti a

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 68. Boleh lain kali?

    “Li–live di depanmu?” Zoe menelan ludahnya susah payah. Jari-jari tangannya saling meremas, gugup. Live di depan Xavier, sungguh sesuatu yang tak pernah dibayangkannya.Tanpa melakukan hal yang sensasional saja, pria itu selalu membawanya ke atas ranjang. Lantas bagaimana jika ia live di depan Xavier. Membayangkan saja membuat tubuhnya merinding.Xavier bukan tipe pria yang tahan dengan godaan. Ia tak yakin jika dirinya bisa bertahan dengan selamat selama melakukan live. Tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan oleh pria itu nantinya.“Iya,” jawab Xavier singkat. “Sudah sejak lama aku menginginkannya, Angel. Dan malam ini lakukanlah hal itu untukku,” imbuhnya. Mata Xavier memancarkan hasrat terpendam akan sesuatu yang sudah lama dismannya.“Bo–bolehkan aku melakukannya lain kali? Aku tidak membawa topengku dan juga baju yang bisa digunakan untuk live?” tawar Zoe, mencari alasan.Xavier tidak langsung menjawab, otaknya sedang menimang dan menimbang keinginan Zoe sebelum akhirnya, m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status