Home / Urban / Pelatih Renang Idaman Para Sosialita / Bab 68. Apa yang Dia Inginkan?

Share

Bab 68. Apa yang Dia Inginkan?

Author: WAZA PENA
last update Huling Na-update: 2025-09-08 14:33:17

Aku mendekati Bunga yang masih berdiri dengan wajah memerah, sorot matanya masih menyimpan api emosi. Aku mencoba menyentuh bahunya, tapi dia menghindar sedikit.

"Bunga…" aku menghela napas, berusaha menurunkan nada suaraku agar tenang. "Aku ngerti kamu marah. Aku ngerti kamu tidak suka dengan sikpanya. Tapi tolong, jangan salah paham. Yang barusan kamu denger dari Putri itu… itu cuma soal pekerjaan. Nggak lebih."

Bunga menatapku dengan tajam. "Kerjaan? Kak Dion, dia ngomong seolah-olah bisa beli kamu. Itu kedengarannya bukan cuma ‘kerjaan’."

Aku terdiam sebentar. Tatapannya menusuk, bikin dadaku sesak. Aku akhirnya berkata pelan, "Aku ini cuma pelatih, Bunga. Dan aku paham kok. Apalagi dia artis. Semakin dekat aku sama dia, semakin gampang juga gosip berkembang. Itu hal yang aku hindari. Aku nggak mau namaku, atau nama klub, jadi jelek di media."

Bunga menggigit bibir bawahnya, terlihat berusaha menahan air mata. "Aku… aku nggak suka, Kak. Aku nggak rela kamu deket sama dia. Aku ngga
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 116. Tangisan Bunga

    "Bunga…" suaraku serak saat menatap wajahnya yang kini hanya sejengkal di depanku. "Aku sudah mencarimu ke tempat-tempat lama kamu tinggal. Aku bahkan sempat datang ke rumahmu, tapi satpam bilang kamu nggak pernah pulang."Aku menarik napas dalam, menahan rasa sesak di dada. "Aku benar-benar terpuruk tanpa kamu."Bunga hanya diam. Tatapannya menembusku, seolah ingin memastikan apakah kata-kataku bisa dipercaya. Di balik tatapan itu, ada luka yang belum sembuh, ada kesedihan yang begitu dalam hingga membuatku ingin memeluknya dan meminta waktu berbalik.Aku menggenggam tangannya sedikit lebih erat. "Tolong," ucapku nyaris berbisik. “l"Kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya. Sekali aja."Bunga menunduk. Bahunya bergetar halus. Untuk sesaat, aku takut kalau dia akan menangis, tapi kemudian dia mengangkat wajahnya perlahan. Suaranya terdengar lirih, namun tajam menembus perasaanku."Aku benar-benar kecewa, Kak Dion…" ucapnya pelan. "Seseorang yang aku sayang, ternyata pergi dengan per

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 115. Akhirnya Bertemu

    Mobil akhirnya berhenti di depan gedung apartemen A. Dari balik kaca depan, aku menatap bangunan tinggi yang menjulang dengan jendela-jendela bercahaya, seperti mata yang mengawasi setiap langkah orang yang mendekat.Aku menarik napas panjang, mencoba menata debaran jantungku. "Inilah tempatnya…" bisikku. Ada rasa gentar yang menjalari tubuhku, tapi juga dorongan kuat untuk melangkah maju.Begitu memasuki lobi apartemen, hawa dingin dari pendingin ruangan langsung menyambut. Aroma karpet yang wangi bercampur dengan suara langkah kaki penghuni yang lalu-lalang. Semua terasa asing, tapi langkahku mantap menuju meja resepsionis.Seorang petugas wanita menatapku dengan senyum formal. "Selamat malam, ada yang bisa dibantu, Pak?"Aku berusaha menahan kegugupan. "Saya… saya mencari seseorang. Namanya Bunga."Wanita itu sempat menatapku sejenak, lalu menunduk memeriksa layar komputer. Jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard. Aku menahan napas, berharap-harap cemas. Namun beberapa detik k

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 114. Menunggu Jawabannya

    Aku masih terdiam, berusaha mencerna setiap kata yang baru saja kudengar dari Anya. Apartemen A, setidaknya aku sudah punya petunjuk jelas. Tapi sebelum semangatku meledak dan aku benar-benar bangkit, Raka tiba-tiba mengangkat tangan, seolah ingin menghentikanku."Dion, denger dulu," ucapnya dengan nada tenang tapi tegas. "Gue tahu kamu sekarang lagi kebawa emosi. Tapi jangan gegabah. Datang ke sana tanpa persiapan bisa bikin semua berantakan."Aku menoleh cepat. "Ka, gue nggak bisa diem aja. Gue udah terlalu lama nunggu. Sekarang gue udah tahu di mana dia tinggal, jadi gue harus ke sana."Raka menggeleng pelan. "Dengerin gue dulu, bro. Lo sendiri bilang, lo nggak tahu pasti siapa pria yang bareng Bunga. Kalau ternyata bener tunangannya, apa lo siap lihat itu dengan mata kepala sendiri? Apa Lo udah siap dengar langsung dari mulut Bunga kalau dia udah menentukan pilihannya?"Pertanyaan itu menghantamku keras. Aku terdiam, lidahku kelu. Dadaku terasa sesak, seperti ada batu besar yang m

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 113. Menemukan Bunga

    Aku masih tenggelam dalam pikiran sendiri, selang beberapa saat, tiba-tiba suara langkah mendekat membuatku menoleh. Mataku membesar begitu melihat sosok yang tak asing."Anya?" ucapku refleks.Dia tersenyum tipis, lalu melambaikan tangan seolah kedatangannya hal biasa. Aku belum sempat berkata apa-apa ketika Raka dengan santai berdiri. "Gue yang nyuruh dia datang, Dion. Santai aja."Aku mengernyit, bingung dengan maksud Raka. "Lo yang nyuruh? Buat apa?"Anya melangkah mendekat, lalu duduk di kursi kosong di antara kami. Senyumnya ramah, seperti berusaha mencairkan suasana. "Hai, Kak Dion. Hai juga, Kak Raka. Aku kesini memang karena diminta Kak Raka. Katanya ada hal penting yang harus aku jelaskan."Aku langsung menoleh ke Raka, wajahku penuh tanya. Raka hanya mengangguk pelan, ekspresinya serius. "Iya, Dion. Aku pikir udah saatnya kamu tahu. Anya pernah cerita ke gue."Jantungku berdetak cepat, aku tidak mengerti arah pembicaraan ini. "Tahu apa? Jangan bikin aku makin bingung, Ka."

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 112. Bunga Pergi

    Begitu aku melangkah keluar dari café itu, dunia rasanya jadi kabur. Suara orang-orang yang lalu lalang di trotoar terdengar jauh, seperti gema samar yang nggak nyata. Kakiku terasa berat, tapi entah kenapa aku terus melangkah ke arah mobil.Begitu sampai, aku langsung membuka pintu dan menjatuhkan diri ke kursi sopir. Tanganku otomatis menutup pintu dengan keras, bunyinya menggema menusuk telinga.Aku duduk terdiam beberapa detik, menatap kosong ke arah setir. Napasku berat, dada sesak, dan tangan ini masih bergetar hebat. "Bunga... Kamu beneran sama pria lain?"Aku memukul setir mobil dengan keras. Sekali. Dua kali. Hingga rasa sakit menjalar ke tulang. Tapi rasa sakit itu nggak ada apa-apanya dibanding rasa hancur yang merobek hati ini."Kenapa, Bunga?" suaraku serak, nyaris bergetar. "Kenapa kamu ngelakuin ini ?"Air mata akhirnya pecah, menetes tanpa bisa kutahan. Aku buru-buru mengusapnya kasar, menolak terlihat lemah, meski nggak ada siapa-siapa di sini. Tapi perasaan ini... be

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 111. Bunga Bersama Pria Lain

    Sepanjang perjalanan menuju alamat yang Raka kasih, pikiranku benar-benar kacau. Tanganku gemetar saat menggenggam setir, bahkan beberapa kali aku hampir kehilangan fokus. Rasanya sesak di dada, seolah ada batu besar menekan dan bikin sulit bernapas. Kata-kata Raka terus berputar di kepalaku. "Bunga sering bersama pria lain."Aku menggertakkan gigi, mencoba menepis kalimat itu. "Nggak mungkin. Bunga nggak kayak gitu. Dia bukan cewek yang gampang dekat sama cowok lain." Tapi semakin aku menyangkal, semakin kalimat itu menghantam pikiranku. Apa mungkin Raka salah? Apa mungkin orang yang disuruh ngawasin salah lihat?Mataku panas, hampir meneteskan air mata, tapi aku tahan sekuat tenaga. Campur aduk, marah, takut, kecewa, cemburu. Semuanya bikin kepalaku pusing. Bayangan wajah Bunga terus muncul, senyumnya, suara lembutnya, tatapan matanya. Semua kenangan indah itu mendadak terasa asing, seakan bisa hancur kapan saja.Aku menggeleng keras, bahkan sempat menampar pipiku sendiri. "Nggak mu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status