Share

Bab 17. Mengamankan Bunga

Penulis: WAZA PENA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-14 21:29:29

Aku langsung berhenti mengunyah. “Lho, buat apa?”

Hampir saja tersedak kalau bukan karena bantuan teh manis yang melancarkan tenggorokan. “Berlebihan banget lo. Entar melanggar hukum baru tahu,” ujarku.

Raka tertawa pendek, nada suaranya enteng tapi matanya tajam. “Gue siapa sampai takut hukum?”

Mendengar itu, aku otomatis memutar bola mata. Kadang aku lupa sahabatku ini hidup di dunia yang sangat berbeda. Dunia di mana ‘cek latar belakang orang’ itu sama gampangnya kayak kita cek cuaca di ponsel.

“Udah, nanti gue cek,” katanya lagi, seolah itu cuma hal kecil. “Siapa tahu ada info yang berguna. Kan ujung-ujungnya juga buat keuntungan lo.”

Aku mendengus, setengah sarkastis. “Iye, iye… untung banget deh punya temen konglo.”

Kami berdua tertawa, suasana kembali cair. Dari sana, obrolan bergeser ke hal-hal remeh, tentang restoran ini, kabar keluarga masing-masing, dan sedikit nostalgia masa lalu yang bikin senyum nggak lepas dari wajahku.

“Eh, keluarga lo gimana, Ka?” tanya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aria Soeleiman
tidak jelas pemakaian poin nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 122. Janji Dan Cemburu

    Aku mengangguk pelan saat Bu Dewi menutup pembicaraan itu. Aku tidak ingin memperpanjang atau menampakkan kebingunganku. "Baik, Bu. Saya mengerti," ucapku singkat.Bu Dewi hanya mengangguk, lalu melirik Bu Rani. "Kalau begitu, saya pamit dulu. Nanti malam kita bicarakan lebih lanjut, Dion."Aku hanya membalas dengan anggukan sopan, menahan berbagai pikiran yang mulai berdesakan di kepala.Begitu Bu Dewi keluar dari ruangan, aku menoleh ke arah Bu Rani. Ia memberi isyarat agar aku juga segera pergi. "Kamu siap-siap aja lagi aja sana, Dion. Nanti kita bicarakan sisanya setelah kamu tenang, ya."Aku mengangguk cepat. "Iya, Bu. Terima kasih."Aku pun keluar dari ruangan itu.Begitu pintu tertutup, aku menghela napas panjang. Rasanya seperti keluar dari ruangan yang penuh tekanan. Langkahku sedikit gontai saat berjalan di lorong kelab yang kini mulai sepi.Pikiranku masih melayang-layang pada perempuan bernama Dewi Anggraeni itu. "Kenapa dia ingin bertemu aku malam nanti?" ucapku dalam hat

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 121. Gosip Beredar

    Begitu sampai di kelab. Aku melangkah ke dalam gedung kelab, entah kenapa suasananya terasa lain. Tidak ada suara tawa para pelatih lain, tidak ada hiruk pikuk anak-anak yang biasa latihan. Lampu koridor redup, dan hanya terdengar suara langkah sepatuku sendiri. Hati ini terasa tidak tenang, seperti ada sesuatu yang berat menungguku di ujung sana.Aku menelan ludah saat berdiri di depan pintu ruang Bu Rani. Tanganku sempat ragu untuk mengetuk. "Ada apa sebenarnya, Bu Rani sampai menelepon pagi-pagi, mendadak?" pikirku. Nafasku terasa berat. Aku hanya berharap ini tidak ada kaitannya dengan Bunga.Kuketuk pelan, dan dari dalam terdengar suara tegas yang sudah sangat kukenal."Masuk..."Begitu pintu terbuka, langkahku terhenti seketika. Di ruangan itu tidak hanya ada Bu Rani. Duduk di hadapannya, seorang perempuan dengan penampilan luar biasa elegan. Rambutnya panjang terurai rapi, kulitnya bersih, postur tubuhnya tegak berwibawa. Busana yang ia kenakan jelas bukan dari kelas biasa, bla

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 120. Tekanan Bunga

    Aku menatap Bunga yang kini berdiri di hadapanku. Wajahnya masih cantik seperti dulu, tapi tatapan matanya... dingin, tajam, seperti menuntut sesuatu yang tak bisa kutolak."Pokoknya aku mau Kak Dion jangan melatih dia!" ucapnya dengan nada tegas. Suaranya bergetar, tapi matanya mantap menatapku tanpa gentar. "Kalau tidak… jangan cari aku lagi."Aku terpaku. Kata-katanya menggema keras di dalam kepalaku. Seolah seluruh udara di ruangan ini menghilang, meninggalkan aku sendirian dalam kekosongan yang menyesakkan."Bunga…" hanya itu yang keluar dari mulutku, lirih dan nyaris tanpa suara.Beberapa hari aku mencari dia, mencarinya ke tempat-tempat lama, menanyakan pada orang-orang yang mungkin tahu di mana dia tinggal. Aku pikir, saat aku menemukannya lagi, semuanya akan baik-baik saja. Tapi ternyata tidak semudah itu.Aku menunduk, mencoba mengatur napas, tapi dadaku terasa begitu berat. Dalam hati aku bergumam, "Aku harus gimana? Kalau aku berhenti melatih Putri, dia bisa macam-macam. D

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 119. Gairah Memanas (21+)

    Aku hanya memperhatikan dengan senang ketika Bunga mulai membuka resleting celanaku dan kemudian menurunkan celanaku, hingga akhirnya tampak tonjolan di balik celana dalamku. Aku tersenyum, Bunga melirik ke arahku dengan senyuman genit."Beneran sudah keras, Kak" ucapnya seolah kagum melihat pemandangan dibalik celana dalamku."Iya, Sayang. Sejak tadi aku sudah nahan, sekarang lakukan lah," balasku tersenyum.Dia memberikan senyuman seraya mengangguk, tangannya kemudian menurunkan celana dalamku sehingga tampaklah kejantananku yang sudah berdiri tegak."Wahhhh keras banget sih, Kak? Aku kangen ini...""Ayo, Sayang. Lakukan," pintaku yang sudah tidak tahan lagi.Yang akhirnya dia memegang kejantananku dan mulai menggerakkan tangannya dengan lembut. "Hhmmm ... Ahhh, enak, Sayang... Terus..."Aku benar-benar merasakan kenikmatan dengan gerakan tangannya. Dia hanya tersenyum melihat ekspresiku yang menikmati gerakan tangannya. Rasanya benar-benar nikmat, tangannya yang lembut dan putih

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 118. Hasrat Yang Tersalurkan (21+)

    Aku menatap wajah Bunga yang kini begitu dekat. Matanya yang lembap masih menyisakan sisa air mata, tapi senyum tipis di bibirnya membuat dadaku bergetar hebat. Aku mengusap lembut pipinya, merasakan hangat kulitnya di telapak tanganku."Bunga," ucapku dengan suara yang nyaris bergetar, "aku janji… aku nggak akan mengulanginya lagi. Aku akan jaga kamu, dan aku akan jaga perasaan ini."Bunga menatapku, seolah mencoba memastikan kalau kata-kataku bukan sekadar janji kosong. Lalu, tanpa kata lagi, ia tersenyum kecil, senyum yang selama ini kurindukan dan perlahan mendekat.Bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut, tapi kali ini tidak seperti sebelumnya. Ada kehangatan yang dalam, ada rindu yang seolah meledak begitu saja. Aku memejamkan mata, membalas dengan perasaan yang selama ini kutahan. Semua luka, marah, dan penyesalan luruh di antara napas kami yang menyatu.Sentuhan itu semakin dalam, tapi tetap lembut, bukan karena hasrat semata, melainkan karena kami berdua tahu betapa berharga

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 117. Ciuman Kerinduan (21+)

    Aku menatap Bunga tanpa berani berkata apa pun. Waktu seolah berjalan lambat, setiap detik membuat jantungku berdetak semakin kencang. Suara hujan samar dari luar jendela menjadi satu-satunya bunyi yang mengisi ruang hening di antara kami. Aku menggenggam lutut, mencoba menahan kegelisahan yang makin menekan dada."Bunga…" suaraku lirih, hampir tak terdengar. "Aku cuma pengin dengar langsung dari kamu. Siapa pria itu? Aku janji nggak akan marah, tapi aku harus tahu."Bunga mengangkat wajahnya perlahan. Tatapannya dalam, tapi tenang. Ada semacam ketegasan yang membuatku justru semakin gugup. Ia menatapku lama, seolah mencari kekuatan untuk menjawab sesuatu yang berat.Akhirnya, dengan nada pelan dan sedikit serak, ia berkata, "Dia itu sopir aku, Kak. Orang suruhan Papah. Sejak aku masih SMA, dia memang selalu ditugaskan untuk nemenin aku ke mana pun."Aku tertegun. Suara itu bergema di kepalaku berulang-ulang. "Sopirku… orang suruhan Papah…"Untuk beberapa detik, aku tidak bisa merespo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status