Share

Bab 17. Mengamankan Bunga

Penulis: WAZA PENA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-14 21:29:29

Aku langsung berhenti mengunyah. “Lho, buat apa?”

Hampir saja tersedak kalau bukan karena bantuan teh manis yang melancarkan tenggorokan. “Berlebihan banget lo. Entar melanggar hukum baru tahu,” ujarku.

Raka tertawa pendek, nada suaranya enteng tapi matanya tajam. “Gue siapa sampai takut hukum?”

Mendengar itu, aku otomatis memutar bola mata. Kadang aku lupa sahabatku ini hidup di dunia yang sangat berbeda. Dunia di mana ‘cek latar belakang orang’ itu sama gampangnya kayak kita cek cuaca di ponsel.

“Udah, nanti gue cek,” katanya lagi, seolah itu cuma hal kecil. “Siapa tahu ada info yang berguna. Kan ujung-ujungnya juga buat keuntungan lo.”

Aku mendengus, setengah sarkastis. “Iye, iye… untung banget deh punya temen konglo.”

Kami berdua tertawa, suasana kembali cair. Dari sana, obrolan bergeser ke hal-hal remeh, tentang restoran ini, kabar keluarga masing-masing, dan sedikit nostalgia masa lalu yang bikin senyum nggak lepas dari wajahku.

“Eh, keluarga lo gimana, Ka?” tanya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 38. Terseret Dalam Urusannya

    Bab 38“Ini tempatnya?” tanyaku pelan, mataku menatap gedung yang berdiri anggun di hadapanku.Sebuah kafe dengan papan nama berwarna putih gading bertuliskan Liora Café dalam huruf kaligrafi elegan. Dinding kacanya tinggi dan jernih, memperlihatkan suasana hangat di dalam: deretan sofa kulit cokelat muda, lampu gantung berwarna kuning keemasan yang remang, serta rak kayu yang penuh dengan biji kopi dalam toples kaca. Dari luar saja, tempat itu sudah memancarkan aura eksklusif, seperti kafe langganan kalangan atas yang terbiasa menyesap kopi sambil membicarakan bisnis atau politik.Aku sempat menghela napas, masih tidak percaya berada di sini bersama Andini.Tadi, setelah tiba-tiba dia menyerahkan kunci mobil di kelab dan memintaku mengantarnya, aku sempat ragu. Jadi, aku menyempatkan diri menghampiri Bu Rani untuk memastikan. Dengan senyum tipis, Bu Rani hanya berkata singkat, “Benar. Hari ini Andini sudah membayar penuh untuk seharian bersamamu.”Walau bibirnya tersenyum, sebelum

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 37. Menarik Tapi Dia Dingin

    Saat sadar bahwa kalimatku terdengar melawan Andini, aku tersentak dan langsung memaksakan senyuman. “K-kami hanya… kenalan semasa SMA. Raka adalah teman baikku, jadi aku juga cukup dekat dengan Anya yang… ya, sepupunya.”Mata Andini menajam, seolah ingin menggali lebih jauh, menembus pertahanan kata-kataku untuk menemukan kebenaran.Aku buru-buru mengalihkan. “Ngomong-ngomong, sudah hampir waktunya sesi kita dimulai. Aku izin siap-siap dulu, ya.”Tanpa menunggu responnya, aku sedikit menundukkan kepala lalu melangkah cepat meninggalkan resepsionis.**“Sesi hari ini selesai. Kerja bagus, Dini.”Seperti biasa, aku mengucapkan hal yang tak jauh berbeda setiap sesi latihan berakhir.Dan seperti biasa juga, Andini hanya mengangguk singkat, lalu dengan langkah tegap ia berbalik tanpa sepatah kata pun untuk pamit. Hanya riak air yang tersisa saat tubuh anggunnya menjauh.Aku menghela nafas, lalu keluar dari kolam untuk meraih handuk yang tergeletak di kursi, mengeringkan rambut dan tubuhku

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 36. Perempuan Licik

    Aku terperangah, bibirku refleks bergerak. “Dari mana kamu—”Anya langsung menyandarkan tubuhnya ke kursi pengemudi, menatap lurus dengan tatapan percaya diri.“Kamu lupa, aku juga perempuan yang berasal dari kalangan atas. Bagaimana mungkin aku tidak tahu tentang hal semacam ini?”Lalu matanya meruncing tajam, menusukku.“Terutama karena hal ini bersangkutan denganmu.”Aku tercekat. Tenggorokanku kering, lidahku kelu. Rasa malu menyesak di dada, membuatku tak sanggup membantah atau sekadar mencari alasan.Di saat itu, jemari halusnya menyentuh bibirku lembut, kontras dengan tatapannya barusan.“Jangan memasang wajah seperti itu,” bisiknya lirih, nyaris menggoda. “Kamu tahu aku tidak akan memberitahukan hal ini pada siapa pun. Tapi…” ia berhenti sejenak, senyumnya miring. “Memikirkan bagaimana aku harus berbagi dirimu dengan wanita lain, rasanya agak… menyebalkan.”Aku memalingkan wajah, menepis sentuhannya. Dengan cepat kutarik handle pintu dan melangkah turun. “Aku… pergi.”BRUK!

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 35. Jebakan Mantan

    Lampu kamera berkilat-kilat, menusuk mata.Aku berjalan cepat dengan jaket tebal menutupi kepala, menunduk rapat agar wajahku tak jelas tertangkap. Namun itu justru membuat mereka semakin beringas.“Dasar pecundang!”“Pembohong! Atlet palsu!”Makian bertubi-tubi menghantam, suaranya bercampur dengan suara klik kamera yang tidak berhenti.Aku mencoba menutup telinga, tapi suara-suara itu semakin keras, menggema dalam kepalaku. Nafasku tersengal, dunia seakan berputar.Lalu, di tengah hiruk pikuk itu, muncul suara tawa. Rendah, dingin, menusuk.Bayangan samar seorang pria berdiri tak jauh di depan, wajahnya buram, hanya garis senyum sinis yang terlihat jelas.“Dasar pecundang.”Tubuhku menegang, langkahku terhenti. Kata itu menusuk lebih dalam dari semua makian lain.Aku mencoba berteriak, tapi suaraku tak keluar. Sampai akhirnya—-“Argh!”Aku terbangun dengan napas terengah.Keringat dingin membasahi pelipis, jantungku berdegup tak karuan. Sekilas masih terdengar gema tawa itu di kepal

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 34. Gairah Dengan Mantan (21+)

    “Anya!” Aku membentak, berniat menyingkirkannya dari atas tubuhku dan menyadarkannya. Tapi—“Ugh!”Saat kuingin mendorongnya, Anya malah mendorongku kembali ke atas kasur dengan tenaga yang entah kenapa sangat kuat!Aku berusaha bangkit lagi, tapi kali ini tidak bisa, dan saat kumenoleh, ternyata Anya sudah dengan cepat dan ahli mengikat kedua pergelangan tanganku dengan ikat pinggangnya!“Anya! Lepasin ini!” seruku, tubuhku meronta keras. “Kamu mabuk! Sadar dulu!”Tapi Anya malah tersenyum dan berkata, “Nggak akan, kamu harus puasin aku dulu ….”“Anya, lo—”Belum sempat aku mengatakan apa pun lagi, tiba-tiba tangan Anya langsung beralih ke resleting celanaku. Dia membukanya, dan menarik pakaian dalamku hingga kejantananku menyembul keluar.“Ugh!” desahan itu lolos tanpa bisa kutahan, tepat saat bibir Anya mulai menyentuh milikku itu dan mengulumnya.Kehangatan itu menyelubungi diriku, lembut tapi kuat, membuatku seperti ditelan gelombang yang terus datang silih berganti.Nafasku mul

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 33. Godaan Mantanku

    “Jadi, itu alasannya Andini punya sifat seperti itu,” jelas Anya di akhir ceritanya.Setelah pernyataan Anya yang mengejutkan mengenai status Andini di keluarga Dharmawan, dia pun menjelaskan padaku mengenai asal-usul Andini yang sebenarnya.Dua puluh sembilan tahun lalu, Armand Dharmawan, pewaris tunggal keluarga inti Dharmawan menikah dengan istrinya. Tapi, selama empat tahun dia tidak juga dikaruniai keturunan, dan setelah diperiksa, diketahui istrinya tidak mampu mengandung. Walau didesak keluarga besar untuk mengambil istri lain demi mendapatkan penerus, Armand lebih memilih untuk mengangkat seorang anak, dan pilihannya jatuh pada Andini, putri dari sepupu jauhnya yang ia yakini memiliki kecerdasan luar biasa.Semua orang menganggap Andini sangat beruntung bisa terpilih sebagai penerus keluarga inti Dharmawan, tapi tidak ada yang tahu bahwa sejak hari itu, Andini seperti menyerahkan jiwanya kepada keluarga angkatnya. Setiap detail kehidupannya diatur agar sempurna. Dari sekolah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status