Accueil / Romansa / Pelayan Cantik Milik Tuan Muda / 6. Lakukan Tugasmu Mulai Hari ini

Share

6. Lakukan Tugasmu Mulai Hari ini

Auteur: CeliiCaaca
last update Dernière mise à jour: 2025-12-12 01:07:19

Pagi datang terlalu cepat bagi Diana. Wanita itu kembali mengenakan seragam pelayan berharap Daniel tidak jadi memecatnya.

“Tolong antarkan kopi untuk Tuan Daniel,” ucap Angela sambil memberikan nampan berisi kopi kepada Diana.

Wanita itu menerima nampan tersebut dan berjalan menyusuri lorong panjang menuju ruang kerja Daniel. Tangannya gemetar meski dia berusaha menggenggam nampan kopi itu sekuat mungkin.

Aroma kopi hitam yang masih mengepul hangat tidak mampu menenangkan debar jantungnya.

Setiap langkah mendekati pintu itu membuat kepalanya semakin penuh dengan ingatan malam sebelumnya, kata-kata Daniel, pintu yang terkunci, tawaran yang tak pernah benar-benar dia pahami sepenuhnya.

Ia menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu.

“Masuk.”

Dia lalu membuka pintu perlahan dan melangkah masuk. Daniel duduk di balik meja kerjanya, mengenakan kemeja rapi dengan lengan digulung setengah.

Rambutnya tersisir rapi, wajahnya bersih bahkan Diana sempat terpana karena penampilan Daniel jauh lebih baik daripada semalam yang tampak lusuh, mata merah, dan tatapan yang tajam.

Diana menunduk sopan. “Selamat pagi, Tuan. Kopi Anda.”

Dia melangkah mendekat dan meletakkan cangkir kopi di sisi meja. Tangannya bergetar kecil, tapi dia memaksa diri untuk tetap tenang. Dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan pria itu.

Daniel tidak langsung menyentuh kopi itu. Matanya justru mengangkat menatap Diana tanpa senyum, tanpa emosi yang mudah dibaca.

“Kenapa kamu tidak datang ke kamarku semalam?” tanyanya dengan datar dan dingin.

Pertanyaan itu jatuh langsung begitu saja dengan tajam dan tanpa basa-basi.

Diana langsung membeku.

Jantungnya seperti terhantam dinding. Dia tahu pertanyaan itu akan datang, tapi tidak menyangka Daniel akan mengatakannya secepat dan setegas itu dan enggorokannya terasa kering.

“Saya ….” Diana menarik napas dan memaksa suaranya keluar. “Saya minta maaf, Tuan.”

Daniel menyandarkan punggung ke kursinya sambil melipat tangan di depan dada. “Aku sudah mengatakan dengan jelas. Aku menunggumu tapi kamu tidak datang. Kenapa?”

Diana menunduk lebih dalam. “Karena semalam Anda kedatangan tamu, Tuan.”

Daniel mengangkat alisnya sedikit. “Dan?”

“Wanita itu,” lanjut Diana dengan suara pelan namun berusaha tegas, “datang ke ruang kerja. Dia terlihat sangat yakin bahwa dia berhak ada di sini. Saat saya membawakan minuman itu, dia mengusir saya dan jangan datang ke ruangan Anda lagi.”

Daniel menghela napas pendek, seperti seseorang yang sudah menduga jawaban itu.

“Dia menyebut Anda dengan kata ‘Sayang’,” ucap Diana hati-hati, lalu memberanikan diri mengangkat pandangan. “Saya pikir dia adalah kekasih Anda.”

Daniel menatap datar wajah Diana. “Dia bukan kekasihku,” katanya memberitahu.

Diana mengerutkan kening tanpa sadar. “Tapi—”

“Aku tidak pernah mengatakan aku menyukainya,” potong Daniel. Nada suaranya tenang, namun ada ketegangan tersembunyi di baliknya. “Dia yang menyukaiku. Bukan sebaliknya.”

Diana langsung terdiam. Kata-kata itu terasa dingin, seolah hubungan manusia bisa dipisahkan hanya dengan satu kalimat sederhana.

Daniel melirik jendela sejenak sebelum kembali menatap Diana. “Sera mengenal orang tuaku. Keluarganya dekat dengan keluargaku. Setelah tunanganku pergi ….”

Daniel berhenti sejenak dan rahangnya mulai mengeras. “Orang tuaku meminta seseorang untuk ‘mengalihkan perhatianku’. Agar aku melupakan wanita yang sudah pergi meninggalkanku.”

Diana tidak berkata apa-apa, lebih tepatnya tidak tahu harus bereaksi bagaimana.

“Dia mau melakukannya,” lanjut Daniel datar. “Itu saja.”

“Tapi, Tuan. Jika sudah ada wanita lain di hidup Anda, kenapa Anda menginginkan saya menjadi pelayan pribadi Anda? Melayani Anda untuk memuaskan hasrat Anda?” tanya Diana dengan hati-hati dan juga sebenarnya dia sangat ingin tahu.

Dia kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan mengitari meja lalu mendekati Diana. Setiap langkahnya membuat Diana refleks menegakkan tubuh, sementara jantungnya kembali berpacu.

Daniel berhenti tepat di hadapannya. “Karena aku tidak menginginkannya.”

“Lalu, dengan saya?” tanya Diana kembali.

“Karena kamu butuh uang dan aku butuh wanita yang hanya akan kujadikan sebagai teman tidurku. It’s so simple, Diana.”

Diana langsung menelan ludahnya dan akhirnya dia paham. Bahwa pria itu hanya menginginkan tubuhnya, hanya ingin melampiaskan hasratnya dengan cara membayarnya dengan harga yang sudah mereka sepakati semalam.

“Jadi, kamu tidak bisa lari dariku lagi karena kamu sudah menyepakati perjanjian itu semalam, Diana,” ucap Daniel dengan suara dinginnya.

Diana menelan ludah. “Saya tidak bermaksud melanggar janji, Tuan. Saya hanya melihat situasi semalam sangat tidak memungkinkan karena wanita itu tidak pulang hingga pukul satu pagi.”

Daniel menatap wajah Diana lekat-lekat. “Aku tidak mau mendengar alasan apa pun dari mulutmu,” katanya. “Aku tidak peduli siapa yang datang dan apa yang terjadi semalam. Kamu sudah mengatakan kamu setuju.”

Diana menelan ludahnya kembali dan menatap wajah Daniel. “Lalu, apa yang harus saya lakukan sekarang, Tuan?” tanyanya dengan pelan.

“Lakukan tugasmu seperti perjanjian semalam,” ucap Daniel dengan nada yang tidak memberi ruang tawar-menawar.

“Selesaikan pekerjaanmu sampai sore, kemudian datang ke kamarku malam ini. Pukul sepuluh malam!” 

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Pelayan Cantik Milik Tuan Muda   9. Sudah Menjadi Milikku

    Diana duduk di tepi ranjang kamarnya dengan tubuh yang terasa asing baginya sendiri. Tangannya bergetar ketika dia menurunkan pandangan ke satu lembar kertas di atas meja kecil di dekat ranjang kecilnya.Sebuah cek kosong. Angka belum diisi. Hanya satu tanda tangan tegas di sudut kanan bawah—tanda tangan Daniel.Nama pria itu tercetak jelas, seolah menertawakan segala yang baru saja dia korbankan beberapa menit yang lalu.Diana menelan ludahnya. Dadanya terasa sesak. Dia tidak tahu apakah ini akan berlangsung seminggu, sebulan, atau entah sampai kapan.Daniel tidak pernah memberinya batas waktu. Tidak ada perjanjian tertulis. Tidak ada akhir yang jelas.Hanya satu hal yang pasti bahwa malam ini adalah yang pertama. Dan itu cukup untuk membuatnya merasa kehilangan sebagian dari dirinya sendiri.Dia lalu memejamkan mata, menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Ia tidak boleh menangis sekarang. Tidak di sini. Tidak setelah semuanya terjadi.Ponselnya tiba-tiba bergetar di

  • Pelayan Cantik Milik Tuan Muda   8. Kamu harus Siap Setiap Kali Aku Meminta

    Pria itu kemudian menuntun Diana ke ranjang luas yang rapi dan elegan. Matanya menatap bibir merah Diana yang sudah menjadi incaran Daniel sejak tadi.Tangannya menyusuri garis rahang Diana lalu bibirnya mulai menyentuh bibir wanita itu.Ciuman yang semula lembut bahkan tidak menuntut, namun berhasil membuat tubuh Diana begitu tegang.Daniel bisa merasakan betapa tegangnya Diana yang kini sedang dia kuasai. Tangannya mengusap punggung Diana dengan lembut dan bibirnya menyusuri lidah Diana dan bergerliya hebat hingga suara cecapan itu kian terdengar.“Umh ….” Diana mulai mengeluarkan desahan dan berhasil membuat Daniel menggila.Bibirnya kembali masuk ke dalam, memainkan lidahnya lalu merebahkan tubuh Diana dengan perlahan. Tangan Diana memegang lengan kokoh Daniel dengan erat.Napasnya hampir habis karena ciuman membara yang dilakukan Daniel padanya.Bibir Daniel turun ke bawah, menyusuri garis leher Diana dengan lidahnya. Memberikan sensasi panas menguasai tubuh Diana.Perempuan itu

  • Pelayan Cantik Milik Tuan Muda   7. Ganti Bajumu

    Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Jantung Diana sudah tidak bisa berdebar seperti biasa lagi setelah berdiri tepat di depan kamar Daniel. Malam ini juga Diana harus melakukan apa yang diminta oleh pria itu. Diana menelan ludahnya berkali-kali sembari menetralisir kegugupannya.Diana kemudian mengetuk pintu kamar tersebut dan beberapa detik kemudian membuka pintunya.“Selamat malam, Tuan,” sapa Diana dengan pelan.Daniel yang sedang duduk di tepi tempat tidur menatap Diana dengan tatapan gelapnya. Kemeja hitam dengan dua kancing sudah terbuka, memperlihatkan dada bidang Daniel.Daniel beranjak dari duduknya lalu memberikan sebuah lingerie warna merah darah mencolok transparan.“Gunakan ini,” titah Daniel dingin.“A-apa, Tuan?” ucap Diana dengan gugup.Daniel hanya menarik tangan Diana dan memberikan baju itu padanya. Dari tatapannya terlihat jelas kalau Daniel enggan mengatakan dua kali.Diana pamit untuk mengganti pakaian itu ke kamar mandi.Beberapa menit kemudian, kini, tub

  • Pelayan Cantik Milik Tuan Muda   6. Lakukan Tugasmu Mulai Hari ini

    Pagi datang terlalu cepat bagi Diana. Wanita itu kembali mengenakan seragam pelayan berharap Daniel tidak jadi memecatnya.“Tolong antarkan kopi untuk Tuan Daniel,” ucap Angela sambil memberikan nampan berisi kopi kepada Diana.Wanita itu menerima nampan tersebut dan berjalan menyusuri lorong panjang menuju ruang kerja Daniel. Tangannya gemetar meski dia berusaha menggenggam nampan kopi itu sekuat mungkin.Aroma kopi hitam yang masih mengepul hangat tidak mampu menenangkan debar jantungnya.Setiap langkah mendekati pintu itu membuat kepalanya semakin penuh dengan ingatan malam sebelumnya, kata-kata Daniel, pintu yang terkunci, tawaran yang tak pernah benar-benar dia pahami sepenuhnya.Ia menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu.“Masuk.”Dia lalu membuka pintu perlahan dan melangkah masuk. Daniel duduk di balik meja kerjanya, mengenakan kemeja rapi dengan lengan digulung setengah.Rambutnya tersisir rapi, wajahnya bersih bahkan Diana sempat terpana karena penampilan Daniel jau

  • Pelayan Cantik Milik Tuan Muda   5. Daniel sudah Punya Kekasih?

    “Pu-puaskan, Tuan?”“Ya.” Daniel mengangguk singkat. “Puaskan hasratku sampai tuntas.”Diana menelan ludahnya dan keringat dingin membasahi keningnya. “Ta-tapi, saya–”“Aku tidak butuh pelayan yang tidak berguna. Kalau tidak mau melayani sesuai perintahku, angkat kaki dari rumah ini sekarang juga. Kalau mau, kamu tetap akan dapat gaji, dan aku akan memberimu bonus jika berhasil membuatku puas.” Dia lalu menyandarkan tubuh ke sofa dengan malas, seperti seorang hakim yang hanya menunggu vonis dijatuhkan.Mata gelapnya menatap Diana tanpa berkedip. Alkohol membuat sorot itu semakin tidak stabil, tetapi juga semakin berbahaya.“Jika kamu mau,” lanjut Daniel pelan dan berat, “kamu tetap bekerja di sini. Malam harinya, kamu datang padaku dan melayaniku. Pagi harinya, kamu kembali bekerja seperti biasa.”Diana terperangah mendengar ucapan Daniel barusan. Bagaimana mungkin Diana melakukan hal itu sedangkan dia sama sekali belum pernah melakukan hubungan intim dengan siapa pun. Bahkan menjali

  • Pelayan Cantik Milik Tuan Muda   4. Puaskan Aku

    Tanpa berkata apa pun, Daniel kembali berjalan masuk ke dalam dan duduk di sofa sambil melipat tangan di dadanya.Kemeja kerjanya terbuka dua kancing di atas, lengan yang tergulung asal, dan sebuah botol whiskey kaca setengah kosong di meja kopi.“Tuan, saya bisa belajar. Saya bisa memperbaiki semua kesalahan saya. Tolong jangan pecat saya. Saya melakukan ini untuk keluarga saya. Saya … saya akan melakukan apa saja asalkan tetap bekerja di sini.”Kata terakhir itu seperti terlepas tanpa bisa ia tarik kembali.“Apa saja.”Daniel akhirnya mengalihkan pandangan menatap Diana. Dia memandangnya dari atas ke bawah secara perlahan.Bukan tatapan kejam seperti siang tadi, tapi tatapan seseorang yang tidak sepenuhnya sadar karena terpeleset di antara mabuk dan kesedihan yang menahun.Wanita di foto itu masih berada di tangannya.“Apa saja, huh?” gumam Daniel seraya menyunggingkan senyum penuh misterius.Diana menelan ludahnya karena dia tidak mengerti arah pembicaraan ini, tetapi ketakutan dan

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status