Home / Romansa / Pelayan Cantik Tuan Arogan / Bab 1 - Bertemu Gian

Share

Pelayan Cantik Tuan Arogan
Pelayan Cantik Tuan Arogan
Author: Pelangi Jelita

Bab 1 - Bertemu Gian

last update Huling Na-update: 2025-08-19 19:27:03

“Siapa kamu?!”

Bentak suara bariton itu menggelegar.

Afie hampir menjatuhkan cangkir kopi. Rasanya jantungnya ikut tumpah bersama cairan hitam itu.

Tangannya gemetar, menahan diri untuk menjawab. Ia berusaha menahan diri untuk tidak terpeleset menjawab.

" Sial. "

Baru beberapa jam di rumah ini, Afie sudah ingin kabur. Kalau cangkirnya beneran mendarat ke muka gantengnya itu, dia juga yang pasti kena imbasnya.

Afie merasa menjadi gadis malang yang hidupnya jungkir balik gara-gara satu kesepakatan untuk menjadi pelayan pribadi pria menyebalkan bernama Gian Reza Rahardian.

Semua demi ibunya karena biaya rumah sakit ditanggung oleh Mamanya Gian, dengan syarat Afie “mengabdi” di rumah ini.

“Halo pak! Aku Amanda Nawalfie, panggil saja, Afie. Singkatnya sih, aku disuruh ibu Clara buat melayani bapak. Dan ta..da ....., aku mendarat di rumah megah ini.” katanya tersenyum cerah

“Pak, ini panas. sempet tumpah sih tapi dikit. Aku nggak bisa lari-lari sambil bawa kopi. ” protesnya.

“Satu lagi, Jangan kagetin aku besok-besok ya pak.”

Matanya menyipit. “Kamu ..???”

Afie tahu seharusnya diam. Tapi lidahnya sudah lebih dulu bergerak. “Aku bukan membantah, Pak. hanya mengingatkan. Ini kopinya aku taruh disini ya.”

Laki-laki itu bergumam rendah, entah menggerutu atau menahan emosi, sebelum menelpon seseorang.

Tatapan dinginnya kembali mengunci Afie.

"Sret."

Membuat bulu kuduknya berdiri, tapi ia menegakkan dagu. Kalau kalah mental sekarang, tamatlah sudah.

“Afie.” Suara Gian berat dan dalam.

Ia menyandarkan tubuh di sofa hitam, sorot matanya menelusuri tampilan Afie dari atas ke bawah.

“Kamu bukan tamu di sini. Kamu pelayan. harusnya pelayan tidak banyak bicara.”

Afie mendengus kecil, lebih ke kesal dengan ucapan tuan barunya yang super duper Arogan..

“Baik, Pak. Tapi pelayan juga manusia. Bisa capek, bisa pegel. Jangan disamain sama robot, nanti aku bisa mogok lo.”

Alis Gian terangkat.

"Oh, bagus sekali. Berani kamu ya ???

Sepertinya Afie baru saja berhasil membuat seorang CEO muda ingin melemparnya keluar hingga ke Merkurius

Gian menggebrak meja. “Kalau kamu di sini hanya untuk cari masalah, keluar sekarang juga!”

Afie tercekat.

Kalau keluar sekarang, ia benar-benar tidak punya tempat tujuan. Ingatan wajah ibunya di ranjang rumah sakit membuatnya menelan ludah.

"Tidak, Afie. Jangan menyerah sekarang."

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menunduk sedikit sekadar formalitas.

“Maaf, Pak. Aku cuma … kebiasaan. Mulutku kadang nggak bisa diem.”

Senyumnya kecut, tak dibalas. Gian bangkit, berdiri tegap dengan lengan bersedekap.

“Kamu tahu apa yang saya benci?” suaranya rendah, penuh tekanan.

“Perempuan yang tidak tahu tempat. Dan kamu, Amanda Nawalfie , adalah contoh terbaiknya.”

Deg.

Kata-kata itu menusuk. Tapi daripada menangis, Afie justru tersenyum tipis.

“Syukur deh, Pak. Minimal ada sesuatu yang bisa Bapak ingat dari aku”

Keheningan menekan.

Detak jantung Afie berdentam di telinganya sendiri. Gian menatapnya terlalu lama, sampai ia merasa benar-benar di telanjangi oleh sorot mata itu.

Lalu, pria itu melangkah mendekat. Sendal kulitnya menghentak marmer, membuat Afie spontan mundur hingga punggungnya sudah menabrak dinding.

“Dengar baik-baik.” Gian menunduk, wajahnya hanya sejengkal dari wajah Afie. Nafas panasnya terasa di kulit.

“Di rumah ini, kamu main api sedikit saja, kamu yang terbakar.”

Jantung Afie meloncat liar. Tapi anehnya, bukannya diam ketakutan, bibirnya justru gatal membalas.

“Ya asal jangan api asmara, kan Pak. Kalau itu sih… bahaya buat Bapak sendiri nantinya.” Mulutnya sukses lagi-lagi mencari mati.

Tapi jelas, kilatan singkat melintas di mata Gian antara marah, geli, atau tertantang.

Dirinya menarik napas lega begitu ia menjauh. Tapi di dalam hati, dia sadar bahwa hidupnya resmi masuk neraka.

" Dosen killer? Senior galak? Semua nggak ada apa-apanya dibanding Gian Reza Rahardian. Tapi kalau dia pikir aku akan menyerah semudah itu… dia salah besar."

**

Keesokan harinya, Afie menatap jam dinding besar yang berdetak seolah mengejeknya.

Baru pukul 06.02 pagi dan dia sudah ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya yang bahkan belum genap 24 jam.

“Afie, kamu hebat. Bisa bertahan semalam di rumah vila rasa penjara ini. Tanpa jeruji, tapi penuh tekanan batin,” gumamnya sambil menyeret sandal hotel yang terlalu besar.

Ia menyusuri koridor rumah Gian yang lebih mirip museum, sepi, luas, dingin, dan penuh barang mahal yang bikin keringat dingin. Salah sentuh bisa bikin utang keluarga naik tujuh turunan.

Tujuan misi pagi ini, Afie akan membuat sarapan.

Ibu Gian, yang, entah kenapa, memintanya jadi pelayan pribadi untuk anak laki laki semata wayangnya sudah mewanti-wanti,

“Gian suka telur setengah matang, kopi tanpa gula, dan jangan ganggu dia pagi-pagi.”

“Baik, Bu. Tapi aku bukan ahli dalam membuat telur.”

“Belajar.”

Afie berusaha mengingat intruksi Ibu Clara, dan melangkah menuju dapur sambil mengamati kompor canggih itu.

"Oke, telur setengah matang. Gampang lah. tapi masalahnya, kompor rumah ini lebih canggih dari mesin uji coba NASA. "

Dengan sikapnya yang awam tentang peralatan tempur dapur membuatnya makin bingung.

"Ada tiga belas tombol, yang mana harus ku pencet ini" ujarnya masih mondar mandir dan melihat lihat siapa tau ada intruksi cara pemakaian kompor.

"Tiga belas! Bahkan tombol pesawat tempur kayaknya nggak sebanyak ini." dengan kebingungan yang begitu nyata.

Dan Afie? Dia nekat saja hingga salah pencet tombol. Maksud hati hanya mau menggoreng telur, malah menyalakan alarm kebakaran.

Tiiiit ....Tiiit ....Tiiit !!!

Afie menjerit panik sambil menari-nari memegang spatula. Asap dari telur gosong mulai menguasai dapur. Dia membuka semua jendela dan mengibas-ngibas udara dengan serbet.

“Padam, padam, pliiiss padam ....”

BRAK!

Sosok tinggi menjulang muncul di ambang pintu dapur dengan mata masih setengah merem.

Gian Reza Rahardian.

Dengan kaus oblong tipis dan celana panjang tidur, rambut acak-acakan, tapi aura CEO-nya tetap tidak bisa ditutupin. Dan matanya sekarang… merah. Entah karena alarm, atau karena dia melihat Afie yang akan membakar rumahnya.

“APA YANG—?!”

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sherly Monicamey
cara bicaranya nggak bisa di rem ya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 69 - Mencoba Lagi

    Setelah pertengkarannya di ruang rapat, siang itu di kantor Venus Enterprise terasa makin panas meski AC menyala. Cahaya matahari menyembul di sela-sela korden, membuat debu terlihat menari di udara. Suara ketukan keyboard, dan bunyi printer mengeluarkan bunyi kecil seakan menghancurkan ketenangan hati Afie, tapi ia tetap duduk di kursinya, menunduk, menahan semua yang ingin keluar. Di balik ketegangan dan kemarahan yang ada selama ini, sesungguh hatinya sangat merindukan Gian. Bukan hanya sebagai bos, tapi sebagai pria yang dulu membuatnya merasa aman. Dia rindu ketika Gian tersenyum, menatap nya dengan penuh cinta, mencium tangannya ketika mereka pulang lembur bersama. semua itu seakan hancur oleh sikap Gian yang makin hari makin kasar.Sikap cemburunya makin diluar nalar, . padahal kalau di fikir fikir dia sendiri yang telah memulai segalanya. Sikap egois yang merasa dirinya tidak bersalah dengan manta

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 68 - Mengundurkan Diri

    Di dalam ruang kaca Venus Enterprise , hati dua insan di saput mendung, bahkan siap meledak. Afie sedang duduk di mejanya, menggenggam mug kopi yang mulai dingin. Laporan klien dari Bali terbengkalai karena revisinya sudah tiga kali ditolak. "Apa maunya dia, atau dia sengaja menyiksaku. Revisi beulang ulang, aku dibuatnya seperi orang bodoh" Tangan kiri Afie mengetik, sementara pikirannya terus melayang ke beberapa hari terakhir. kata-kata yang dilontarkan Gian, tatapannya yang menusuk, kata “tidak becus” yang menggema hingga ke dalam tulang sakitnya. Karena kesal, Afie lalu menutup laptopnya. Ia berusaha meredam amarahnya dengan meneguk kopi, mencoba mengumpulkan ketenangan. Tak lama, ia melihat Gian berjalan cepat melewati lorong. Langkahnya berat, dan sepertinya ia sedang menahan emosi. "Apalagi yang membuatnya kesal. Apa sebentar lagi akan terjadi ledakan" Setelah m

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 67 - Panas lagi

    Sore tiba dengan langit berawan. Lampu-lampu di kantor mulai menyala satu per satu. Udara lembap, suara AC berdengung halus, mewarnai berbagai aktivitas padat di meja kerja karyawan. Afie masih duduk sembari menyelonjorkan kaki yang mulai terasa lelah. tak sengaja indra penglihatannya tertuju pada layar laptop. pesan masuk, presentasi untuk klien luar negeri sudah harus dikirim besok pagi. "Untungnya materi presentasi telah rampung ku buat. terkadang Klienpun membuat orang jadi jungkir balik, sesuka sukanya mereka. ." Afie hampir selesai merampungkan laporan bulanan, tinggal merapikan grafik dan memastikan data final. Kantor sudah sepi kecuali beberapa staff yang lembur. Di ruang rapat , Gian berdiri lalu mengatur dokumen-dokumen proyek, memikirkan ulang rencana kerja selanjutnya. Afie hari ini absen tidak mengikuti rapat internal. Setelah karyawannya keluar, Gian menyand

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 66 - Aku Masih Sama

    Venus Enterprise pagi ini nampak sangat ramai, tapi tidak untuk Gian dan Afie, ada beban tak terlihat yang memenuhi fikiran masing masing. Afie masuk dengan berjuta pikiran yang berkecamuk, rapat eksternal, revisi proposal, timeline yang terus melebar. semua menunggu, dan harus di selesaikan dengan sempurna dan maksimal.. Gian sudah menunggu di ruang rapat, dokumen sudah di tangan, ekspresinya nampak sangat serius. Gian mengangkat kepala ketika Afie masuk. “Afie, duduk di sini,” katanya sambil menunjuk kursi di samping mejanya. Afie ragu, namun tak urung sebagai sekretaris, ia tahu harus menjalankan tugas. Dengan langkah pasti, ia duduk di kursinya dalam diam. Gian membuka laptopnya dan menunjuk ke slide presentasi yang belum selesai. “Kita punya proyek baru untuk klien Borneo, mendesak, nanti aku mau kamu masuk ke tim inti,” katanya na

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 65 - Cara Licik

    Pagi itu udara di Venus Enterprise terasa makin berat bagi Afie. Cahaya lampu ruang kerja dan tumpukan kertas yang menggunung tak cukup mengusir rasa sesak di dadanya. Seolah setiap bunyi keyboard adalah ketukan yang mengingatkan pada bayangan Gian. Afie berjalan menuju mejanya dengan setelan rapi, kopi di tangan kiri, tas kerja di sisi kanan. Wajahnya diam tapi hati berdengung. Di ruangannya Gian duduk menatap layar monitor, rapat sudah menunggu, tapi semua data yang tampak di layar hanya bayangan karena pikirannya tertuju hanya pada Afie. Afie keluar dari ruang sekretariat dengan map terbaru di tangannya. Laporan revisi sudah selesai. Ia hendak menuju ruang rapat untuk menyerahkannya. Tiba‑tiba dari sisi koridor, Kaisan muncul, membawa secarik catatan kecil dari tim klien. “Kau sepertinya betul betul sibuk hari ini Fie” sapanya menyodorkan catatan itu.

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 64 - Suasana Tak Nyaman

    Pagi di kantor Venus Enterprise terasa berat. Suara ketukan keyboard, gelas kopi beradu, tawa ringan di sudut ruangan, semua terdengar biasa. Tapi tidak bagi Gian, setiap suara adalah pengingat bahwa Afie ada di sana, bekerja, bergerak, tapi tak pernah memberi ruang yang dulu pernah ia miliki. Gian melirik jam di dinding. Lima menit menuju jam istirahat. Ia sudah menyiapkan strategi. hari ini, ia akan mencoba lagi beinteraksi. bukan dengan sapa manis, melainkan dengan sedikit tekanan. Afie sedang mengimput data dalam file Excel, dahinya berkerut karena laporan klien memperlihatkan selisih kecil antara proyeksi dan realisasi. Suara pintu diketuk. Gian berdiri di depan mejanya, membawa tumpukan map. “Afie, ini data tambahan dari klien kita. Aku butuh kamu validasi semua angka dan kirim kembali ke mereka hari ini juga plus revisi grafik pendukung.” Nada Gian terdengar biasa, tapi matanya penuh arti. Ia tahu Afie tidak akan menolak dan akan menyelesaikan tugas darinya.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status