Home / Romansa / Pelayan Cantik Tuan Arogan / Bab 130 - Tekad Baru

Share

Bab 130 - Tekad Baru

last update Last Updated: 2025-10-25 20:00:15

Pagi di Bali berbeda dari malam yang sepi.

Matahari baru saja muncul di ufuk timur, menciptakan garis cahaya oranye tipis yang perlahan menembus jendela vila tempat Gian menginap.

Suara burung berkicau, angin laut berhembus sejuk, dan aroma asin air laut menyelimuti udara.

Gian membuka matanya perlahan, merasa segar untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir.

Malam panjangnya di tepi pantai kemarin telah memberinya refleksi yang dalam.

Ia menatap langit dari jendela, merasakan kesejukan pagi menyapu pikirannya. Ada sesuatu yang berbeda.

Ada tekad yang membara di dalam dadanya.

Ia bangkit dari tempat tidur, melangkah ke kamar mandi. Air hangat menyapu tubuhnya, menghapus sisa lelah dan kesedihan.

Gian menutup mata, membiarkan air membasuh wajahnya, membasuh rasa bersalah, rasa cemburu, dan kekacauan emosi yang selama ini menumpuk.

Setelah beber
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 145 - Persidangan Perdana

    Hari itu akhirnya tiba.Sejak fajar menyingsing, rumah keluarga besar Afie dipenuhi kesibukan luar biasa.Ryan bolak-balik dari kamar ke ruang tamu, memastikan semua berkas lengkap dan tersusun rapi. Map biru berisi bukti ia genggam seolah itu nyawa terakhir yang harus dijaga.Om Bayu dan Om Radit berdiskusi serius di meja makan, memeriksa ulang salinan dokumen dan kronologi kasus, sementara Afie duduk di sofa dengan wajah tenang, setidaknya di luar.Di dalam dadanya, jantung berdegup kencang, berirama tak menentu.Hari pertama persidangan. Hari yang bisa menjadi titik balik, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk nama baik almarhum ayahnya yang telah lama ternoda oleh fitnah.“Afie, sudah siap?” suara Ryan terdengar serak, sarat dengan kekhawatiran sekaligus semangat.Afie mengangkat wajahnya dan tersenyum lembut.“Siap atau tidak, Kak… ini harus dijalani. Ini bukan lagi tentang aku saja, tapi te

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 146 - Cari Aman

    Ruang sidang itu masih menyisakan hawa tegang bahkan setelah hakim mengetukkan palu dan menutup persidangan hari pertama.Suara kursi yang bergeser, bisik-bisik para wartawan, dan langkah kaki yang tergesa menjadi latar dari keheningan penuh tekanan.Afie duduk tegak di kursinya. Jantungnya berdetak cepat, tetapi wajahnya tetap menampilkan ketegaran luar biasa.Tangannya yang dingin digenggam hangat oleh Gian, yang duduk di sampingnya. Genggaman itu seolah berkata tanpa suara“Kau tidak sendiri.”Di sisi lain, Ryan berdiri dengan rahang mengeras, mencoba menutupi kecemasan yang jelas tergambar di matanya.Ia menatap adiknya dengan bangga sekaligus khawatir ,bangga karena keberanian Afie, khawatir karena tahu pertarungan ini belum berakhir.Sementara itu, di barisan kursi tamu, Risman bangkit dengan langkah berat.Wajahnya pucat, menahan amarah yang berusaha ia sembunyikan di balik senyum tipis yang tampak d

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 144 - Obrolan Ringan

    Sejak kabar pemanggilan Risman oleh pengadilan beredar, suasana kantor utama perusahaan berubah drastis.Ruang yang biasanya dipenuhi tawa dan percakapan ringan kini terasa dingin dan berhati-hati. Semua orang seolah menahan napas, menunggu perkembangan berikutnya.Afie menjadi pusat perhatian. Setiap langkahnya diperhatikan, setiap kata-katanya ditimbang. Para karyawan yang dulu hanya menyapanya sekadar basa-basi, kini menatapnya dengan rasa hormat bercampur kagum.Mereka tahu, badai besar sedang melanda perusahaan dan Afie berdiri di tengahnya, menjadi jangkar yang menahan semuanya agar tidak tenggelam.Namun di balik semua kekacauan itu, satu sosok selalu hadir di sisinya yaitu Kaisan.Ia bukan hanya konsultan keuangan yang datang untuk membantu mengurai benang kusut laporan perusahaan, tetapi juga teman yang tenang. seseorang yang selalu muncul di saat Afie hampir kehilangan pijakan.Pagi itu, sinar matahari menyusup lembut melalui tirai t

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 143 - Pertemuan Keluarga Besar

    Rumah besar peninggalan kakek dari pihak ayah Afie sore itu terasa berbeda.Biasanya rumah itu hanya ramai pada acara-acara tertentu seperti lebaran, ulang tahun, atau arisan keluarga. Namun kali ini, suasananya dipenuhi keseriusan yang kental.Dari ruang tamu hingga halaman belakang, kursi-kursi tambahan disusun rapi untuk menampung seluruh anggota keluarga yang hadir.Afie berdiri di ambang pintu, menatap sekeliling dengan perasaan bercampur aduk. Ia sempat ragu ketika menerima undangan dari Om Bayu dan Om Radit untuk hadir dalam pertemuan mendadak ini.Sejujurnya, ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Selama ini, ia merasa berjuang sendirian dalam menghadapi tekanan Risman.Kini, setiap tatapan tertuju padanya. Ada rasa gugup, haru, sekaligus lega yang sulit dijelaskan.“Afie, duduklah di sini. Ryan mana?” panggil Tante Agnes, kakak perempuan ayahnya, sambil menepuk kursi kosong di sampingnya.Afie tersenyum kecil dan

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 142 - Risman Ketar Ketir

    Pagi itu, udara Jakarta terasa berat, seolah masih menyimpan sisa hujan semalam. Jalanan yang biasanya riuh kini tampak lebih muram, dengan kabut tipis yang menggantung rendah, menutupi pandangan dari kejauhan.Bukan hanya langit yang mendung, badai yang lebih besar sedang bergemuruh di dunia bisnis dan media.Afie duduk di ruang kerjanya yang tenang, hanya suara lembut hujan yang menetes dari talang air menemani. Ia menatap layar laptop di depannya dengan sorot mata serius.Beberapa portal berita bisnis menampilkan headline besar yang membuat jantung siapa pun bisa berdegup kencang.“Dugaan Penyalahgunaan Dana: Nama Risman Mulai Disebut.”“Kebocoran Data Keuangan Perusahaan: Apa Peran Direksi Senior?”Setiap huruf terasa berat. Afie membaca perlahan, satu per satu, memastikan tak ada detail yang terlewat.Wajahnya tetap tenang, tapi di balik ketenangan itu ada debar yang keras bukan karena takut, melainkan kar

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 141 - Ketegangan Rapat

    Pagi itu, udara di ruang rapat utama terasa berat, nyaris menyesakkan. Dinding kaca tinggi yang biasanya memancarkan kesan modern dan megah kini justru memantulkan bayangan-bayangan cemas para penghuni ruangan.Pendingin ruangan berdengung pelan, tapi hawa panas seperti menempel di kulit, menekan dari dalam.Beberapa anggota direksi sudah duduk di kursi masing-masing. Wajah mereka menegang, sebagian sibuk menunduk menatap dokumen, sebagian lain melirik ke arah pintu.Bisik-bisik kecil terdengar, seolah mereka tengah menebak arah angin akan berembus dari mana hari ini.Pintu terbuka perlahan. Afie melangkah masuk.Langkahnya mantap, tidak tergesa, tapi cukup kuat untuk mengubah suasana ruangan. Jas putih krem yang ia kenakan memberi kesan elegan sekaligus tegas.Rambutnya disanggul rapi, hanya menyisakan beberapa helai yang jatuh lembut di sisi wajah. Namun, di balik kelembutan itu, matanya menyimpan badai yang siap meledak kapan saja.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status