Share

Pelayan Hasrat Tuan Majikan
Pelayan Hasrat Tuan Majikan
Author: Liza zarina

Bab 1

Author: Liza zarina
last update Last Updated: 2025-11-11 12:18:42

“Ahhh .. damn! Hmmm… shit!” Suara desahan Axel yang sedang mendesah nikmat nyaring terdengar.

Pria itu berdiri di bawah shower yang lupa dinyalakan, memegang miliknya yang berdenyut sambil memejamkan mata. Tangan bergerak pelan dengan napas yang memburu, satu tangan menopang tubuh, setiap hentakan tangan membuatnya melayang.

Pria itu melenguh lagi ketika hampir sampai ke puncak kenikmatan. Gerakan tangannya semakin cepat, hingga puncak hasrat itu pecah dalam kehangatan yang memabukkan dan dibarengi desahan panjang.

Tanpa Axel sadari, seorang wanita berdiri di depan pintu kamar mandi dengan tangan terangkat, hendak mengetuk pintu. Mata gadis itu terbelalak, kepalan tangannya menguat, wajahnya menegang mendengar suara yang tak seharusnya didengar.

Gadis itu mematung, suara seksi Axel membuatnya meremang. Tetapi, dia pun merasa ketakutan, segan dan … panas. Kendati suara gemercik air terdengar, ia belum berpindah. Justru menangkup pipinya yang panas.

“Hari pertama bekerja, aku sudah mendengar suara desahan Tuan.” Gadis itu segera mengedarkan pandang sambil menelan ludah yang menusuk kerongkongan. “N-nyonya nggak ada, kan? Aku takut dikira ngintip.”

Beberapa menit dia mematung di sana, suara pintu terbuka membuatnya panik. Seorang pria berusia 33 tahun melangkah keluar, hanya berbalut handuk putih yang melingkar di pinggangnya. Rambut hitamnya masih basah, beberapa tetes air jatuh perlahan melewati garis rahangnya yang tegas, menelusuri dada bidang berotot.

Otot perutnya persis roti sobek yang sering dicelupin teh hangat. Bahunya lebar, dadanya kokoh dan wajahnya memikat.

Wanita itu terpana. Pandangannya terhenti pada wajah sang pria, begitu tampan, dengan sorot mata yang dingin. Kehadiran pria itu di depan matanya seperti potret kesempurnaan yang hidup, membuat jantungnya berdetak tak terkendali.

“Siapa kau? Apa yang kau lakukan di kamarku?” Suara bariton Axel menyadarkan gadis itu.

“Aaaaa!” Suara teriakannya membuat Axel mengernyit. Dahayu bergegas menutup muka dengan tangan, memejamkan mata begitu erat hingga kelopak matanya berkerut. Menggeleng cepat untuk menyangkal, “Aku nggak dengar apa-apa, Tuan. Maafkan aku.”

Dahayu bergegas balik badan, tak mau berlama-lama berhadapan dengan Axel yang terus menatapnya tajam, seperti akan dimangsa. Mengingat suara desahan tuannya, Dahayu langsung mendekap tubuh, bergidik ngeri.

“Permisi, Tuan,” katanya tanpa menurunkan tangan kanan yang menutup mata.

“Tunggu!” Suara bariton Axel membekukan seluruh tubuh Dahayu.

Gadis itu terpaksa menunggu. Suara langkah kaki Axel yang mendekat, seirama dengan detak jantungnya. Dahayu menggigit bibir, menusuk jari dengan kuku, benar-benar panik.

Dahayu bisa merasakan kehadiran Axel yang berdiri tepat di hadapannya. “A-ada apa, Tuan?”

“Kau belum menjawab pertanyaanku,” tukas Axel.

Dahayu menurunkan tangan, tersenyum kikuk ketika bersitatap dengan Axel. Dengan cepat dia membungkukan badan, tetapi kepalanya malah menyundul perut sixpack Axel yang langsung meringis.

“Maaf, Tuan, saya nggak sengaja.” Dahayu mengurungkan niat ingin memeriksa keadaan perut Axel. Dia yang merasa bersalah, memukul pelan kepalanya.

“Kamu siapa?” Suara Axel meninggi, tampaknya dia kesal.

“Saya Dahayu Bestari, Tuan. Pelayan pribadi Anda yang baru.” Dahayu menundukkan pandangan.

“Pelayan pribadi?” Axel balik tanya dan hanya ditanggapi dengan anggukan.

“Siapa yang memperkerjakanmu?” tanya Axel, dahinya semakin berkerut. Selama ini dia tidak pernah meminta dicarikan pelayan pribadi.

“Nyonya.” Dahayu belum berani menatap wajah Axel.

Jawaban yang dilontarkan Dahayu membuat Axel kehilangan kata-kata. Dia mengusap wajah, timbul rasa kesal dalam hati, tangannya terkepal melihat foto pernikahan mereka yang tanpa senyuman.

“Naomi?” tanya Axel tanpa mengalihkan tatap.

“Benar. Nyonya Naomi.” Wanita yang rambutnya dikepang dua itu merapikan kacamata karena gugup.

“Ck.” Axel berdecak. “Kenapa kau lancang masuk ke kamarku?” tanya Axel, giginya bergemeretak. Wajahnya memperlihatkan ketidaksukaan yang sangat jelas.

“Maaf, Tuan. Saya hanya menjalankan perintah. Kata Nyonya, setiap Anda pulang, saya harus menyiapkan semua keperluan Anda. Saya sudah mengetuk pintu, tapi nggak ada jawaban. Mungkin karena Anda sedang—” Dahayu menghentikan ucapan, mengulum bibir setelah sadar dia hampir kelepasan bicara.

Tatapan tajam Axel hunuskan pada Dahayu yang semakin terancam. Dia kembali menunduk, menggigit bibir bawah, merutuk dirinya yang tidak bisa menjaga mulut. Bagaimana kalau Axel tersinggung setelah tahu dia mendengar suara desahannya? Apakah dia akan dipecat?

‘Tapi, mengapa Tuan bermain solo? Padahal punya istri secantik Nyonya Naomi,’ batin Dahayu, mengamati Axel dari atas ke bawah.

“Apa yang kau lihat?” tanya Axel, tatapannya tambah garang.

Dahayu menyadari kesalahannya. Buru-buru menggelengkan kepala. “N-nggak, Tuan. Saya nggak lihat apa-apa, kok.”

Axel melangkah mendekat, membuat Dahayu refleks mundur selangkah, tetapi punggungnya sudah terhimpit meja. Jemarinya mengangkat dagu gadis itu, memaksa mata mereka bertemu.

“Berapa usiamu?” tanyanya, dengan tatapan mengintimidasi.

“24 tahun, Tuan.” Dahayu meremas rok, takut Axel akan melakukan sesuatu yang tidak pantas.

Axel tersenyum tipis.

‘Dia sengaja mengirim gadis muda untukku? Naomi, kau istri yang buruk,’ batin Axel, geram.

“Kemasi barangmu. Aku tidak butuh pelayan pribadi.” Axel hendak pergi setelah itu.

“Tuan….” Dahayu menggenggam tangan Axel. “Jangan pecat saya. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini.

Axel menatap Dahayu, tatapannya turun pada tangan gadis itu yang berani menyentuhnya.

“Maaf.” Dahayu segera menarik tangannya. “Jangan pecat saya, Tuan.” Gadis itu menangkupkan tangan di depan wajah.

“Saya berjanji akan bekerja dengan baik. Tolong, Tuan.” Dahayu terus mengiba, hatinya cemas karena pekerjaan ini menjadi satu-satunya sumber pengharapan untuk menjalani hidup bagi Ibu dan adik-adiknya di kampung.

“Hmm!” Axel mengangguk pelan. “Keluar.”

Dahayu tersenyum lebar. Membungkuk berulang kali sambil mengucapkan, “Terima kasih, Tuan.”

“Keluar!” tukas Axel, dia merasa sangat terganggu dengan keberadaan Dahayu.

Dahayu begitu senang karena dirinya tidak jadi dipecat. Ia hendak berlari keluar, namun lantai yang basah oleh tetesan air dari rambut Axel membuat langkahnya tergelincir. Gadis itu panik, tangannya meraih apa saja untuk menahan diri supaya tidak jatuh, tetapi yang terpegang justru handuk Axel.

Dahayu menariknya tanpa sadar, hingga tubuhnya jatuh ke lantai. Gadis itu meringis. Handuk di genggaman sang gadis membuat Axel tertegun beberapa detik, menatapnya dengan ekspresi sulit diartikan.

“Kau…!” suara Axel terdengar berat.

Dahayu mendongak. Matanya melebar, wajahnya pucat bercampur malu melihat milik Axel yang sedang tidur. Dia mengangkat handuk yang dipegang, dan menjerit setelah menyadari ini bukanlah ilusi.

‘Astaga! Besar dan panjang sekali.’ Dahayu menjerit dalam hati.

Axel menghela napas panjang. “Kau benar-benar pembuat masalah.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelayan Hasrat Tuan Majikan   Bab 9

    “Kenapa, Kak?” tanya Dario sambil menggoyang pelan tangan Dahayu. Bocah itu ikut menoleh ke belakang, berusaha mencari tahu apa yang dilihat Dahayu.Dahayu tersentak, lalu cepat-cepat tersenyum kecil sambil menggeleng. Ia tak ingin membuat Dario khawatir. Hatinya mencoba menepis perasaan aneh itu, menganggapnya hanya rasa takut berlebihan karena membawa anak pria paling kaya ke tempat umum.‘Mana mungkin ada yang berani berbuat jahat di tempat seramai ini,’ batinnya, berusaha menguatkan diri.Mereka pun masuk ke toko ice cream. Meski sudah berulang kali menegaskan pada diri sendiri bahwa takkan ada apa-apa, Dahayu tetap waspada. Ia sengaja memilih meja di tengah ruangan agar lebih mudah mengawasi sekitar, lalu memesan dua ice cream coklat. Satu untuknya, satu untuk Dario.Begitu pesanan mereka datang, Dahayu tidak langsung mengizinkan Dario melahapnya. Sambil tersenyum, ia lebih dulu mengambil sedikit ice cream milik bocah itu dan mencicipinya. Setelah yakin aman, barulah ia menganggu

  • Pelayan Hasrat Tuan Majikan   Bab 8

    Axel dan Dahayu sama-sama menoleh ketika Dario tiba-tiba berlari ke arah mereka. Panik, Dahayu ingin segera menolak Axel yang berada di atasnya, takut bocah itu salah paham. Namun, sebelum sempat bergerak, Dario lebih dulu melompat dan menduduki punggung papanya.Axel yang sedang menopang tubuhnya dengan kedua tangan kehilangan keseimbangan. Tubuhnya ambruk, membuat dirinya dan Dahayu benar-benar menempel tanpa celah.Bruk!Bibir mereka bertabrakan. Kedua pasang mata langsung melotot, membeku dalam posisi yang tak bisa dihindari.Jantung Dahayu berdegup kencang, begitu keras hingga terasa ingin meloncat keluar dari dadanya. Nafas gadis itu tersengal, wajahnya panas karena tubuh Axel menindihnya.“Hmmm!” Dahayu yang terbungkam berusaha menyadarkan Axel dengan suaranya. “Hmmhh!” Suara Dahayu yang tercekik terdengar seperti desahan lirih di telinga Axel. Dalam posisi terhimpit itu, tubuh pria yang kepalanya ditekan Dario justru bereaksi. Dahayu membelalak ketika merasakan milik sang maj

  • Pelayan Hasrat Tuan Majikan   Bab 7

    Matahari mulai merangkak di ufuk timur, sinarnya masih malu-malu menyingkap kabut. Hari tampak menjanjikan cerah. Dari dapur, aroma kopi yang baru diseduh menguar memenuhi ruangan.Dahayu menggenggam erat-erat cangkir kopi, seolah bisa menenangkan hatinya yang bergejolak. Napasnya ia atur pelan, namun tetap saja ia merasa gelisah.Setiap kali berhadapan dengan Axel, tidak pernah ada hal baik yang ia dapatkan. Pria itu selalu membuatnya gentar, tatapannya menusuk, dan kata-katanya bagai pisau. Bahkan, Axel kerap menuduhnya dengan hal-hal yang bahkan tak pernah Dahayu pahami.Gadis itu menatap nanar lantai dingin yang ia pijaki, berdecak kecil ketika menoleh ke lantai atas karena pagi ini dia harus berhadapan dengan pria itu lagi. Hati kecilnya menolak, tetapi tanggung jawab yang diemban memaksanya tetap disana.Sesekali Dahayu memeriksa jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jangan sampai telat membangunkan majikannya. Getar ponsel di saku roknya mengejutkan Dahayu. Lagi-lagi, b

  • Pelayan Hasrat Tuan Majikan   Bab 6

    Dahayu menelan ludah, lalu menggeleng mantap. “Sepertinya Tuan salah paham. Saya permisi.” Dengan cepat ia membalikkan badan, melangkah pergi tanpa menoleh lagi.Axel tersenyum sinis memandangi kepergian Dahayu. Mengingat mata yang berkaca-kaca dan gadis itu yang langsung mundur, kelihatannya Dahayu benar-benar kaget dan takut. Axel terkekeh dengan tangan mengepalkan tinju, mana mungkin dia percaya dengan gadis yang dianggapnya pandai bersandiwara itu.“Kau terlalu pintar berpura-pura. Aku mau lihat, apa kau bisa dijinakkan dengan uang?” Setelah berganti mengenakan setelan olahraga, Axel melangkah keluar kamar. Ia menuju ruang olahraga di lantai atas, lalu berdiri menghadap kaca besar. Pandangannya terarah ke luar jendela, membiarkan sinar matahari pagi menyapu tubuhnya.Axel sedang berlari di atas treadmill, kaus tanpa lengan menempel pada tubuhnya yang basah oleh keringat. Nafasnya berat dan teratur.Dahayu masuk perlahan, membawa nampan berisi mangkuk buah segar. Dia melangkah hat

  • Pelayan Hasrat Tuan Majikan   Bab 5

    Dahayu menautkan alis, matanya memerah karena cengkraman Axel meninggalkan rasa sakit yang tak tertahan. Posisi mereka cukup dekat, mungkin detak jantungnya yang cepat bisa dirasakan Axel. Dahayu menggeleng, berusaha membantah tuduhan majikannya yang tak dimengerti. Gadis itu menolak pelan dada Axel, tetapi pria itu malah semakin merapatkan diri dan menguatkan cengkraman.“Sa-sakit…,” ucap Dahayu lirih. Air mata yang sejak tadi menganak, jatuh di pipinya yang merah.Axel menolak Dahayu yang menunduk sambil menahan tangis. Tidak menyangka Axel akan memperlakukannya sekasar ini padahal dia tidak mengerti apa-apa. Dahayu ingin melangkah pergi, melarikan diri dari tempat mengerikan ini.Namun, langkahnya terhenti kala ia teringat suara batuk ibunya yang membutuhkan uang untuk pengobatan. Bahkan, dia belum mendapatkan pinjaman untuk membayar biaya sekolah adiknya. Setetes air menitik di pipi, mengisyaratkan luka batin yang memaksanya menetap.“Keluar.” Axel lebih memilih menatap benda-ben

  • Pelayan Hasrat Tuan Majikan   Bab 4

    Lima menit setelah Axel pergi, sebuah mobil sport hitam masuk garasi. Wanita berusia 26 tahun berpakaian seksi turun dari mobil dengan sedikit terhuyung. Dia mengangkat kacamata hitamnya, matanya menyipit karena silau. Aroma alkohol tercium dari tubuh wanita muda itu.Suara heels membentur lantai. Dia menutup mulut dengan tangan, menahan mual yang bergejolak. Semua orang membungkuk hormat ketika berhadapan dengannya. Tak ada sapaan, bahkan wanita itu terkesan tak peduli pada siapapun.“Mama!” Dario berteriak memanggil Naomi. Tuan muda kecil itu berlari dan memeluk kaki mamanya, berharap mendapat pelukan hangat. “Lepas, Dario!” sentak Naomi, mendorong-dorong pelan Dario menjauh. “Mama lelah, mau istirahat.” “Ma, aku—”Dario tidak sempat mengucapkan apa-apa. Naomi sudah mendorongnya dengan kuat sampai tubuh kecilnya terjerembab ke lantai. Sambil menahan pusing, Naomi menatap tajam putra semata wayangnya.“Jangan manja, Dario. Minta pada maid. Mama lelah!” tegas Naomi, tanpa mempedulik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status