Ivander terlihat gelisah, berjalan bolak balik memegang teleponnya.
"Ah, aku harus menelepon orang tuanya Samantha. Aku perlu tahu keberadaan Samantha," ucapnya bermonolog sendiri dengan gelisah.Anna datang dan memandang heran."Ivander, kamu sedang apa?"Ivander menoleh dengan lumayan terkejut."Aku ingin menelepon kedua orang tua Samantha, Anna. Aku harus tahu keberadaan istriku.""Tapi, Ivander, kamu ingat kan, bagaimana reaksi keluarga Samantha, kemarin? Aku takut, jika kedua orang tua Samantha, akan mencemoohku lagi bahkan lebih dari itu, Ivander.""Aku tahu, Anna, tapi aku merasa perlu untuk mengetahui keberadaannya. Aku tidak bisa diam saja seperti ini, aku sangat khawatir dengan keberadaan istriku, dan aku sangat menyesal telah melakukan hal bodoh selama ini, Samantha benar-benar malang," cerocos Ivander dengan semburat penyesalan dan kerinduannya.Terus terang Anna merasa cemburu mendengarnya, seolah IKedua orang tua Ivander datang ke rumahnya dengan ekspresi yang penuh kemarahan dan kekecewaan yang sulit disembunyikan. Mereka telah mendengar kabar yang mengguncang keluarganya dari keluarga Samantha, dan itu mengubah segalanya.Mereka segera berbincang di ruang tamu dengan serius."Ivander, apa semua ini benar, tentang sesuatu yang kami dengar tentangmu? Bagaimana kamu bisa melakukan semua ini pada kami dan pada Samantha?!" Ucap Nyonya Gretha dengan sangat marah pada anaknya tersebut.Ayah Ivander, pun, tidak dapat menyembunyikan kemarahannya dan menatap tajam pada Ivander."Ivander! kamu telah membuat kami sangat malu. Apakah kamu benar-benar tidak tahu diri dan tidak tau diuntung?!" Sahut Tuan Emrick dengan murka.Ivander jelas tersentak dan bingung menghadapi kedua orang tuanya."Ayah, Ibu, aku bisa menjelaskan semuanya. Aku tidak bermaksud untuk...""Tidak ada yang bisa membenarkan tindakanmu ini. Kami telah membe
Ivander, yang putus asa karena tak kunjung menemukan jalan keluar dari situasinya, dirinya segera menghubungi detektif pribadinya yang telah lama ia percayai. Ia memohon pertolongan.Detektif itu terkejut saat mendengar kabar tersebut, karena Samantha adalah teman masa kecilnya yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Ia juga sangat khawatir.Detektif Xavier terlihat berjalan memasuki kafe dan sorot matanya berpencar ke segala arah untuk menemukan Ivander."Ivander, terima kasih sudah mau menunggu lama. Saya mendengar kabar tentang Samantha, dan saya sangat khawatir."Mereka tampak bersalaman."Tidak masalah Xavier, terima kasih sudah datang. Ini adalah situasi yang sangat sulit. Samantha menghilang tanpa jejak, dan saya tidak tahu harus berbuat apa.""Tentu, saya akan mencoba membantu sebisa mungkin. Bisakah kamu memberi tahu saya, lebih banyak tentang kejadian ini? Apa yang kamu ketahui?"Ivander menghela nafas dalam-dal
"Bagaimana bisa, aku sampai di titik ini? Nafsu dalam kesalahan fatal benar-benar telah menjadi temanku, kenapa aku bisa begitunya?" Tanya Anna dalam hati, sambil memandang foto pernikahan siri dirinya dan Ivander.Anna merasakan penyesalan yang mendalam karena langkah-langkahnya yang kelam. Jatuh hati pada Ivander, suami orang, membawa Anna ke dalam pusaran emosi yang rumit. Obsesinya untuk merebut Ivander dari Samantha membawanya ke jalur yang tak terduga, di mana cinta terlarang tumbuh dengan subur.Pandangan mata Anna padanya menjadi mantra berbahaya yang menghancurkan batasan-batasan moral. Keinginan untuk menjadi prioritas utama dalam hidup Ivander membutakan Anna terhadap konsekuensi yang akan datang. Namun, saat perselingkuhan terjadi, realitas pahit mulai merayap masuk.Ivander, suami yang awalnya menjadi incaran Anna, tiba-tiba berubah arah dan sikap. Anna terkejut menyadari bahwa dia tidak bisa mengendalikan hati Ivander sebagaimana yang dia kir
Anna merasa kehilangan. Ivander, yang dulu penuh perhatian dan kelembutan, kini menjadi bayang-bayang dari sosok yang dulu dikenalnya. Setiap hari, sikap dingin dan tajam Ivander semakin memperlebar jurang di antara mereka. Anna mencoba memahami perubahan ini, mencari jawaban dalam setiap kenangan yang mereka miliki.Suatu hari, di bawah cahaya bulan yang redup, di halaman rumah Ivander yang luas. Anna mengajak bicara Ivander."Ivander, apa yang terjadi padamu? Kita dulu begitu bahagia dan menciptakan banyak momen romantis, sekarang kenapa kau jadi seperti ini? Kita dulu selalu bahagia walaupun hanya hidup berdua," tanyanya dengan suara lembut."Anna, kau tahu betapa sulitnya melupakan kesalahan, dan kesalahan yang telah kita lakukan sangatlah fatal. Aku sendiri tidak bisa melupakan bahwa aku pernah menjadi orang jahat pada istriku, kau sendiri juga telah berusaha untuk menjadi seorang penghancur dalam hubungan pernikahan kami," tukas Ivander menatapnya ta
Ivander membawa Anna ke butik mewah dengan harapan menemukan pakaian yang sesuai untuk acara pesta yang akan datang. Mereka berdua memasuki butik yang dipenuhi dengan gaun-gaun elegan dan setelan malam."Anna, bagaimana kalau kita mencoba memakai pakaian yang senada untuk acara pesta nanti? Itu akan membuat kita terlihat seperti sepasang teman yang kompak," ucap Ivander sambil tersenyum."Sepasang teman? Kamu yang benar saja, Ivander. Aku adalah istrimu, mengapa kamu tidak mengakui aku sebagai istrimu?" Tanya Anna tidan terima."Anna, kau harus sadari semua perjalanan hidup ini. Semua rekan bisnisku dan orang-orang yang mengenalku, hanya tau istriku adalah Samantha. Sedangkan kau dan aku, hanya sebatas pernikahan yang tidak sah, Anna," Ivander menjelaskan dengan sangat gemas.Anna menghela nafas kesal, dirinya tidak berani menyatakan perlakuan lebih lanjut soal status mereka."Oke, baiklah. Aku percaya padamu, kita bisa mencari pakaian yang cocok sekarang."Mereka mulai memilih gaun da
Malam telah menyapa kesunyian, semilir angin berhembus menyelimuti keadaan. Anna terdiam santai tengah sibuk dengan dunianya."Anna, bisakah kamu tolong bantu aku untuk menyiapkan pakaian meeting pentingku besok di kantor?" Ivander menghampiri Anna yang tengah duduk di pinggir kolam renang.Ivander memandangi punggung tubuh Anna yang tengah bermain ponsel."Kenapa tidak meminta tolong pacarmu yang lain saja, saat di pesta kemarin?" Jawab Anna dengan nada sinis."Pacarku yang mana? Anna, aku sedang serius. Ini penting, dan aku butuh dukunganmu.""Aku sungguh heran denganmu, Ivander. Kau masih sempat-sempatnya berani untuk meminta bantuanku, setelah perlakuanmu beberapa hari yang lalu begitu menghina diriku, sejak kepulangan dari pesta penting itu. Apa, kamu pikir aku akan lupa begitu saja?" Sungut Anna dengan marah tanpa mengubah posisi.Ivander memandang punggung tubuh Anna dengan kesal, ia mendengus."Anna, karena kau m
Saat pagi yang cerah, Anna memasuki ruang makan rumah tersebut dengan senyum ceria. Namun, keceriaan itu berubah menjadi kegelapan saat Anna melihat Ivander, suaminya, sedang berbincang akrab dengan Noreen, seorang pelayan di rumah mereka.Dengan hati yang penuh kecurigaan, Anna mengamati setiap interaksi antara Ivander dan Noreen. Setiap tawa, setiap tatapan, semuanya membuat hati Anna semakin penuh dengan rasa cemburu yang tak terkendali. Tanpa memberikan kesempatan bagi logika untuk menenangkan pikirannya, Anna segera melangkah menuju Noreen dengan pandangan tajam. "Ivander, kenapa kau begitu akrab dengan pelayan ini?" Tanya Anna dengan nada tajam.Ivander dan Noreen menoleh pada Anna, sambil senyum hangat."Noreen hanya membantu dengan pekerjaan rumah tangga, Anna. Jangan salah paham.""Aku tidak suka melihatmu begitu dekat dengannya. Apa kau tidak menyadari? Tidak sepantasnya seorang majikan berbincang hangat dengan seorang pelayan,
Anna tiba di kampung halamannya dengan hati yang penuh nelangsa, sepanjang perjalan di dalam bus Anna sesekali menghapus air matanya yang tiada henti meluncur. Anna telah resmi bercerai, karena memang dengan mudahnya Ivander menceraikan Anna yang hanya dinikahi secara siri. Dan tanpa sepeserpun harta warisan yang ia peroleh dari Ivander, karena memang dirinya tidak memiliki hak apapun.Anna terlihat memasuki kampung halamannya dengan hati yang berat. Anna berjalan seraya menarik dua buah koper besar dan ransel yang ia kenakan."Eh, Anna? Lama tidak berjumpa," ucap seseorang yang kenal dengan Anna, seraya memandang Anna dengan semua barang bawaannya."Iya, sudah lama tidak berjumpa, ya," balas Anna tersenyum kikuk."Bagaimana kabarmu, Anna? Apakah baik-baik saja?" Tanyanya kembali denhan detail."Ah, kabar baik kok. Hanya saja, aku memutuskan ingin kembali ke kampung halaman."Sosok tersebut tersenyum dengan tidak puas. Tiba-tiba