Share

Teka-teki Untuk Syahira

Author: Al Vieandra
last update Last Updated: 2023-03-30 19:55:38

Mata Syahira sontak terbuka. 

Namun, hatinya sedikit lega begitu mengetahui Samuel berada cukup jauh dari dirinya. 

"Huh ...." Syahira membuang nafasnya kasar. 

Dadanya terasa sangat lega. Ternyata, apa yang dipikirkannya salah. 

Mungkin, hanya rasa takutnya saja yang berlebihan. Berkali-kali, gadis cantik itu menghirup udara dengan rakusnya. Karena sedari tadi, ia menahan nafasnya.

"Hei, kamu kenapa lagi, Syahira? Apa kamu kehabisan nafas, sampai menghirup udara segitunya?" tanya Samuel yang heran melihat tingkah aneh perempuan di hadapannya. 

"Eh, enggak. Gak apa-apa. Maaf." Syahira menjawab dengan sedikit gugup. 

"Ehm!" Samuel menetralkan suaranya. 

"Duduklah!" titahnya kemudian. Arah matanya lalu mengarah ke kursi yang berhadapan dengan meja tempatnya ia bekerja. 

Kemudian, Samuel berjalan menuju kursinya dan mendudukinya. 

Dengan ragu, Syahira akhirnya mengikuti perintah dari Samuel.

Sementara itu, kedua netra Samuel yang menatap Syahira yang berjalan sangat lambat untuk sampai di kursi yang ada di hadapannya. 

"Astaga, Syahira. Kenapa jalanmu lambat sekali? Seperti keong saja!" hardik Samuel. "Cepat sedikit, bisa 'kan?" 

"I–iya, Pak!" jawab Syahira yang semakin gugup karena sedari tadi Samuel terus saja berbicara dengan suara yang cukup kencang, sehingga membuatnya semakin ketakutan.

"Ck!" gumam Samuel pelan, tapi masih terdengar oleh indra pendengaran Syahira. 

'Ish, apaan sih … dari tadi, marah-marah mulu!' Syahira hanya berani menggerutu di dalam hatinya.

Kemudian, gadis cantik berambut panjang itu duduk di kursi yang berada tepat di hadapannya. 

Kini, hanya ada meja yang menjadi pembatas antara Syahira dan Samuel. 

Namun, Samuel tak juga membuka suaranya. Laki-laki bertubuh tegap dan atletis itu justru malah memperhatikan wajah gadis cantik yang ada di hadapannya. 

Hal ini membuat Syahira merasa tak nyaman. "Maaf, Pak. Sebenarnya apa yang akan Bapak bicarakan dengan saya?" 

Syahira memberanikan diri untuk membuka suara. Gadis itu ingin cepat-cepat pulang, karena jika telat sebentar saja sampai rumah, ia pasti akan dimarahi oleh ibu tirinya. Syahira tidak ingin itu terjadi. 

Pertanyaan Syahira membuat Samuel langsung tersentak.

"Ehem, oke.”  Ia menetralkan suaranya, “jadi begini, saya akan menyelamatkan hidup kamu dari tekanan ibu tirimu. Asal kamu mau menikah dengan saya." 

Samuel berbicara langsung pada intinya, hingga membuat mata Syahira membulat dengan sempurna. Gadis itu terkejut. Untuk kedua kalinya, laki-laki yang belum ia kenal itu mengajaknya menikah. 

"Tapi, Pak. Saya bahkan tidak mengenal Anda. Lalu, bagaimana bisa anda langsung mengajak saya untuk menikah? Nama Bapak saja saya baru baca dari kartu nama.”

“Ketemu juga baru tadi pagi.  Kok bisa sih Bapak langsung mengajak saya untuk menikah?" cerocos Syahira tiada henti. 

Samuel mengernyitkan dahi. Dia sedikit terkejut saat gadis cantik yang ada di hadapannya itu terus berbicara tanpa henti. Entah mengapa, Syahira begitu imut di matanya. Namun, Samuel dapat menyembunyikan ekspresinya dengan baik.

"Udah ngomongnya?"

Syahira terdiam dan menganggukkan kepalanya. 

Kemudian, ia menarik nafasnya dalam-dalam–menetralkan kembali emosinya yang sempat naik tadi saat berbicara.

"Siapa bilang kalau saya tidak mengenal kamu? Justru, saya melakukannya karena saya sangat mengenalmu dan ingin menyelamatkanmu. Seharusnya, kamu merasa beruntung karena diajak menikah oleh saya–CEO yang juga pewaris tunggal kekayaan Sastrawinata," ucap Samuel dengan bangga. 

"Aduh, Pak. Saya benar-benar tidak mengerti. Tolong jelaskan kepada saya. Bagaimana bisa Anda mengenal saya tapi saya tidak mengenal anda sama sekali?” 

Tatapan Syahira terlihat tegas. “Saya tidak peduli kalau Bapak ini CEO atau pewaris tunggal. Lagian ya, saya ini belum mau menikah. Umur aja baru 21 tahun. Masih banyak yang harus saya kejar. Saya masih mau bekerja. Asal Bapak tau ya, saya ini cita-citanya mau menjadi wanita karir. Bukan menjadi ibu muda." 

Panjang lebar Syahira kembali berbicara, hingga Samuel menghela nafasnya panjang.

"Ya ampun, Syahira. Bisa gak kalau ngomong itu pelan-pelan. Pakai titik dan koma. Gak nyerocos kayak gitu," tegurnya kemudian. 

Seketika Syahira tersadar. "Hehehe ... maaf, Pak. Udah kebiasaan dari kecil. Bawaan orok kali," jawab Syahira dengan asal. 

"Setahu saya, saat kecil, kamu itu gak terlalu cerewet kayak sekarang. Dulu, kamu itu gadis yang imut. Kenapa sekarang malah jadi amit-amit?" 

Samuel menggerutu pelan. Tapi, sayangnya masih terdengar oleh telinga Syahira, sehingga membuat gadis cantik berambut panjang itu sedikit naik pitam. 

"Apa Bapak bilang tadi?” ucap Syahira kesal, “saya amit-amit? Lagian emangnya Bapak tau kecilnya saya?" 

Samuel menggeleng pelan. "Udah, gak usah dibahas. Intinya, kalau kamu mau selamat dari tekanan ibu tirimu, mau gak mau suka gak suka kamu harus menikah dengan saya. Dan saya akan menyelamatkan hidupmu!" sarkas Samuel. 

"Sebelum saya menjawab mau atau tidaknya menikah dengan Bapak, setidaknya saya harus tau apa alasan Bapak tiba-tiba mengajak saya untuk menikah dan mau menyelamatkan hidup saya dari tekanan ibu tiri saya?"

Samuel menghela nafasnya panjang. Ia merasa gadis ini sangat keras kepala. Sepertinya, amanat sang ayah untuk menikahi Syahira akan sulit.

Padahal, Samuel dikejar waktu. Ibunya yang sudah bercerai dari sang ayah—menginginkan pria itu menikahi Luna. Tapi, Samuel yang tinggal bersama dengan ayahnya–merasa pilihan sang ayah lebih baik.

"Untuk masalah itu, saya akan menjelaskan jika kamu sudah sah menjadi istri saya. Nanti, kamu juga akan tau dengan sendirinya mengapa saya mengajakmu menikah. Sekarang intinya, kamu harus mau menikah dengan saya secepat mungkin.”

“Saya juga akan menyuruh anak buah saya untuk mempersiapkan pernikahan kita," pungkas Samuel pada akhirnya. 

Mata Syahira sontak membola. "Loh, Pak?! Tidak bisa begitu, dong. Setidaknya, beri saya waktu untuk berpikir dan mengenal anda terlebih dahulu. Bagaimana mungkin saya mau menikah dengan laki-laki asing seperti Anda? Kalau Anda ini orang jahat, gimana? Atau, bisa jadi Anda ini mafia yang suka menjual gadis-gadis seperti saya, bagaimana?"

Samuel justru tertawa mendengar perkataan yang keluar dari mulut Syahira. 

"Hahaha ... Syahira, Syahira ... kamu ini tingkat imajinasinya terlalu tinggi. Memang ya, dari kecil kamu itu tidak berubah."

Syahira menautkan kedua alisnya. Menelisik setiap inci wajah laki-laki yang sedari tadi ia sebut 'bapak' itu. Padahal usia Samuel tidak terlalu tua. Hanya berbeda delapan tahun dengan dirinya. 

"Memangnya Bapak ini siapa, sih? Kok, sepertinya kenal banget sama saya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Alnayra
syahira udah diincer nih ternyata
goodnovel comment avatar
Inthary
hahaha mafia ...
goodnovel comment avatar
Nur Cahaya
siapakah Samuel?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pelayan Kampungan Milik CEO Arogan   Terperangkap di Kamar Mandi

    "Ayo cepat mandinya, jangan lama-lama!" seru Romi. Kemudian ia pun kembali ke ruang tengah dan duduk si sofa semula. Sambil menunggu anak dan menantunya bersiap-siap, Romi memainkan ponselnya.Samuel segera mengetuk pintu kamar mandi yang memang hanya ada satu di dalam villa itu. Tok ...tok ... tok ..."Syahira, apa kamu bisa lebih cepat di kamar mandinya?" Samuel sedikit berteriak tepat di depan pintu kamar mandi. "I--iya, ini sebentar lagi juga udah selesai, kok," sahut Syahira dari dalam kamar mandi. Kemudian ia pun segera menyelesaikan ritual mandinya dengan tergesa-gesa. 'Huh, ga enak banget mandi aja di tungguin.' Syahira menggerutu di hatinya. Menit berikutnya, pintu kamar mandi pun terbuka, dan Samuel masih berdiri di depan pintu, membuat Syahira merasa malu, karena saat ini Syahira hanya mengenakan handuk. Tubuh polosnya kini hanya berbalut handuk. Syahira dan Samuel sama-sama mematung dan saling pandang. Samuel sampai meneguk air liurnya b

  • Pelayan Kampungan Milik CEO Arogan   Ganggu Saja!

    "Pagi, pengantin baru," sapa Romi yang sepagi ini sudah berada di depan pintu villa yang ditempati oleh Syahira dan Samuel. Syahira yang baru bangun, sangat terkejut melihat kedatangan ayah mertuanya yang tiba-tiba, dan sepagi ini pria paruh baya yang masih terlihat tampan diusianya itu sudah datang ke villa. Entah untuk apa Romi datang sepagi ini. "Pa ... Pak Romi?" pekik Syahira terkejut. "Ayolah, Syahira. Jangan panggil 'pak'. Panggil Ayah saja. Kamu ini sekarang adalah istri dari Samuel, putra Ayah satu-satunya. Jadi, Ayah juga sudah menganggap kamu sebagai putri Ayah."Romi mengacak rambut Syahira. Pria itu memperlakukan Syahira sudah seperti anak kandungnya sendiri. Karena memang sedari Syahira kecil, Romi sudah menganggap gadis itu sebagai anaknya sendiri. Dan betapa bahagianya Romi saat ini, setelah keinginannya terwujud untuk menikahkan putranya dengan Syahira. 'Ish, kenapa ayah sama anak itu tingkahnya sama saja. Sama-sama suka mengacak rambutku,' g

  • Pelayan Kampungan Milik CEO Arogan   Hadiah Bulan Madu

    "Kamu kenapa, Syahira? Kok ngeliatin aku kayak gitu?" Samuel memicingkan matanya. Menatap wajah perempuan yang baru saja dinikahinya itu. "Eh ... siapa yang ngeliatin Bapak. Kepedean, deh," sanggah Syahira sembari memalingkan wajahnya, menatap hamparan lautan di depannya. Terlihat sekali jika Syahira berusaha untuk menutupinya. Perempuan yang kini sudah sah menjadi istri dari Samuel itu, saat ini pasti sedang merasakan malu.Samuel tersenyum. Laki-laki yang kini berkulit putih itu masih terus memandangi wajah Syahira. Ekspresi wajah istrinya sungguh sangat menggemaskan bagi Samuel. Baginya, Syahira masih sama seperti dulu. Syahira kecil yang manja dan menggemaskan. Rasanya, Samuel masih tak percaya jika saat ini ia telah menikahi gadis kecilnya. "Kenapa jadi sekarang Bapak yang ngeliatin aku kayak gitu?" protes Syahira yang merasa dirinya sedang diperhatikan oleh Samuel. Kali ini giliran Samuel yang terlihat salah tingkah. Ia merasa termakan oleh omongannya s

  • Pelayan Kampungan Milik CEO Arogan   Sisi Lain Samuel

    "Cellin!" pekik Rena begitu terkejutnya, saat ia melihat putri kesayangannya itu tiba-tiba jatuh pingsan di dekatnya.Kedua matanya langsung membelalak lebar. Wajah Rena pun sudah terlihat begitu panik dan kebingungan, tak mengerti kenapa putrinya jadi seperti ini lagi.Rena berjalan cepat menghampiri Cellin yang sudah terpejam tak berdaya. Lekas ia duduk bertekuk lutut di samping sang putri dan menepuk-nepuk pipi Cellin dengan pelan."Astaga, Cellin! Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu jadi seperti ini, Nak?" Rena masih panik dan mengguncang-guncangkan tubuh Cellin supaya mau terbangun."Ayo bangun, Cellin. Jangan buat ibu jadi cemas begini," panik Rena, karena putrinya itu tak kunjung membuka matanya.Rena benar-benar kebingungan dan kalang kabut. Dia tak tahu apa yang telah terjadi kepada putrinya, kenapa akhir-akhir ini Cellin seringkali mendadak pingsan seperti saat ini.Melihat Cellin yang tiba-tiba jatuh pingsan, membuat hati bersih Syahira pun ter

  • Pelayan Kampungan Milik CEO Arogan   Memperkenalkan Syahira

    "Ya ampun, Cellin. Apa yang terjadi sama kamu?"Rena tengah duduk di atas tempat tidur dengan wajahnya yang terlihat begitu cemas. Di sampingnya tampak sang putri kesayangan yang sedang berbaring miring membelakanginya.Selimut tebal nampak menutupi tubuh gadis remaja itu hingga sebatas telinganya. Di balik selimut tebal itu, terlihat bahunya naik turun dan suara isakan pelan terdengar."Hiks, hiks," isak tangis Cellin tergugu, membuat dadanya terasa kian sesak.Menyaksikan putrinya yang sedang menangis tertahan, tentu saja membuat Rena semakin merasa cemas. Perlahan ia menyentuh punggung Cellin dan mengusap-usapnya."Cellin, ada apa, Nak? Katakan sama ibu, apa yang terjadi sama kamu?" bujuk Rena.Akan tetapi, Cellin sama sekali tak mau menjawab pertanyaan ibunya dan memilih untuk tetap diam meringkuk sambil terus menangis. Rena menjadi kebingungan dengan sikap sang putri. Tangannya kemudian terulur meraih kepala Cellin, tetapi tiba-tiba Rena merasa sangat te

  • Pelayan Kampungan Milik CEO Arogan   Manja

    Dengan langkah berjingkat, Syahira berjalan keluar dari kamar. Sengaja ia berjalan pelan seperti itu agar tak menimbulkan suara yang bisa mengganggu istirahat Samuel saat ini."Aku harus segera masak, mumpung dia masih tidur," gumam Syahira, sembari membuka pintu kamar dengan pelan dan menutupnya kembali dengan berhati-hati.Kritt!Begitu pintu kamar tertutup, Syahira kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Ruangan luas yang tampak rapi itu menyambut kedatangan Syahira di sana. Pasti Mbak Siti yang sudah merapikan tempat itu sebelumnya. Syahira pun kemudian mulai berjalan mendekati lemari es yang berada di sudut dapur."Mungkin ada sesuatu yang bisa aku masak pagi ini," gumam Syahira, berucap pada dirinya sendiri.Perlahan tangannya mulai meraih gagang pintu lemari es tersebut dan lekas menariknya. Kulkas pun terbuka lebar, tetapi ketika suhu dingin dari lemari es itu menguar menerpa wajah Syahira, seketika kedua mata gadis itu membelalak lebar. Kedua bibirn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status