"Sekarang ayo ucapkan niat dulu" ucap Leya."Niat itu apa? bagaimana melakukannya" tanya Emly.Hah.Leya mengernyitkan keningnya dia tidak tau kalau Emly bahkan tidak tau caranya melakukan sholat, bahkan untuk Niat pun Emly tidak bisa."Nona, Niat menurut syara adalah Keinginan untuk melakukan sesuatu yang diikuti dengan perbuatan, dan Menurut para ulama arti kata niat adalah keinginan yang disertai dengan perbuatan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang, ibarat begini Nona mau makan, dalam hati Nona punya keinginan untuk makan dan setelah adanya niat itu, Nona langsung makan, begitulah kira kira" ucap Leya menjelaskan."Bagaimana cara berniat itu" tanya Emly memandang pada Leya."Ushollid fardhozh zhuhri arba'a roka'aatin mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta'aalaa. Ini untuk sholat Dzuhur, kalau sholat Ashar, Nona tinggal ganti niatnya" ucap Leya."Dan dalam hati Nona katakan (Saya niat salat fardu Dzuhur empat rakaat dengan menghadap kiblat karena Allah Ta'ala) Allahu
Ririn datang ke sana, panik menyelimuti gadis yang sedikit lebih tua dari Leya itu, Ririn takutnya Leya akan kenapa kenapa."Ada apa Le" tanya Ririn."Ini kak Rin, kepala aku sakit sekali, Astaghfirullah aku kenapa" sahut Leya memegang kepalanya yang benar benar sakit itu.Ririn panik namun saat Ririn akan meminta bantuan pada Ibu Ani, Leya sudah pingsan di kolam renang yang baru saja beres di bersihkan itu."Leya" teriak Ririn panik, wajah Ririn langsung cemas dia takut kalau orang tua Leya akan menyalahkan dia.Beberapa jam kemudian."Bagaimana apa Leya sudah sadar" tanya Aldrich yang saat ini membawa satu botol minuman keras yang sangat mahal."Belum tuan" ujar Ririn dengan gelengan kepala.Emly hanya duduk di samping Leya yang saat ini di baringkan di atas Sofa.Ririn dan Ibu Ani akan sibuk di dapur apa lagi saat ini mereka harus makan banyak karena anak buah Aldrich bertambah banyak di sana."Kak bawalah ke rumah sakit" ujar Emly."Kata Ririn dia hanya sakit kepala jadi apa yang
"Hah, apa itu tuan" Leya terkejut saat melihat badan Aldrich.Ada luka sayatan yang hanya di tutup dengan kain kasa, darahnya bahkan masih basah bahkan kaos yang Aldrich pakai pun mulai terlihat basah."Aku terluka, ayo obati aku jangan banyak bicara" sahut Aldrich yang langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang.Bahkan luka tusukan saat menyelamatkan Emly juga masih ada dan sekarang di tambah lagi dengan luka sayatan di tubuh mulus pria jahat itu.Dengan perlahan tapi pasti Leya mengobati luka itu.Mata Aldrich terpejam dia merasa sangat lelah apa lagi perjalanan dia ke luar negeri memakan waktu yang cukup lama apa lagi ada beberapa insiden yang terjadi selama dua hari di sana."Kenapa tuan terus menerus terluka" tanya Leya."Entah, mungkin kulit aku rapuh" jawab Aldrich dengan mata yang masih tertutup merasakan nyaman saat merebahkan badan di tempat tidur."Bilang pada Van, aku butuh wanita, dua jam lagi aku akan berangkat ke Villa AF" ucap Aldrich."Untuk apa wanita tuan" tanya
"Nilam" sahut Leya."Kau" geramnya dengan tatapan nyalang pada Leya yang akan mendekat pada Nilam."Mau apa kau di sini" tanya Nilam."Nilam kenapa kamu menjadi seperti ini" tanya Leya menatap pada Nilam yang saat ini memakai rok pendek."Lantas aku harus menjadi siapa? Menjadi kamu?, Wanita yang di cerai suaminya karena kurang menarik jangan so soan menasehati aku" geram Nilam, dia bahkan malu apa lagi ada kedua laki laki tampan di sana."Kenapa kamu banyak berubah Nilam" tanya Leya lagi."Kenapa, apa kau tidak merasa Leya, hidup itu terlalu kejam kalau aku tidak melakukan ini maka nasib aku akan sama seperti dirimu, aku dengar dari orang orang kamu itu wanita korban kdrt bahkan kamu juga di selingkuhi, apa kamu tidak mau membalas perbuatan suami kamu itu, hah, Leya jadilah seperti aku, aku mampu melawan dunia dengan menjadi seperti ini" ujar Nilam."Aku tau kehidupan aku hancur tapi Nilam setidaknya jangan jadi murahan" ucap leya."Ck kau tau, dulu suami mu datang pada ku dia membay
Saat mereka akan pulang, Emly datang ke sana dia berteriak meminta ikut pada kakaknya."kak aku ikut" teriak Emly."Gak ini untuk laki laki" sahut Aldrich."aku ikut" ucap Emly."Nona nginap saja di rumah aku" sahut Leya yang langsung menatap pada Emly.Senyuman manis tergambar di bibir tulus Leya, entah ada apa dengan Aldrich dia seolah terhipnotis oleh senyuman yang menyesatkan itu."Wah terima kasih, aku takut di sini sendiri" sahut Emly yang langsung memakai jaketnya."Dasar setan kecil" gumam Aldrich tersenyum tipis pada adiknya itu.Iblis jantan seperti aldrich itu tak gampang menunda rasa sayang, bahkan selama dia bersama dengan gadis simpanannya, tak pernah Aldrich sedikit pun mempunyai perasaan pada mereka.Namun saat ini layaknya pohon yang di terpa angin, hati sekeras baja itu langsung luluh saat melihat Leya."Terimakasih Leya, malam nanti pas kakak akan pulang, maka kakak harus menjemput aku di rumah Leya" sahut Emly."Ya bawel" geram Aldrich.Leya dan Emly berjalan lebih
Pagi ini Leya kembali bekerja, seperti biasa Leya berangkat bersama dengan Ririn dan Bu Ani, mereka berangkat pagi pagi sekali karena banyak yang harus mereka lakukan sekarang."Semalam tuan Al ke rumah kamu" tanya Ririn sambil mengutak atik ponselnya yang sejak tadi ada di tangannya."Ya, semalam Nona Emly di rumah aku" ujar Leya."Kamu dekat dengan mereka, aku heran kalau selanjutnya kamu pasti akan di jadikan pelayan kesayangan" sahut Ririn menampakkan wajah tak suka saat bicara seperti itu.Leya hanya diam tak pernah dia bayangkan kalau akan ada orang yang tak suka padanya, padahal Leya hanya melakukan pekerjaannya saja."Sudahlah, sekarang kamu Rin, bekerja di ruang tamu, Leya membereskan kamar tuan Al" titah Bu Ani yang menentukan pekerjaan untuk hari ini."Ya Bu" ucap Leya."Tidak, aku gak mau, sekarang aku yang membersihkan kamar tuan Al" ungkap Ririn yang memperlihatkan wajah kesalnya."Ya tak apa kak, aku yang akan membereskan rumah tamu" ujar Leya.Bu Ani mendekat pada Riri
Leya di bawa ke salah satu tempat, bahkan saat ini Leya hanya percaya saja pada orang yang tengah membawanya itu."Pak, apa tidak apa apa kalau Nona kita tinggalkan sendiri" tanya Leya yang merasa takut Emly akan marah padanya."Nona akan di jemput oleh supir yang lain" ujarnya."Oh baiklah" ucap Leya.Namun pada kenyataannya Leya di bawa ke sebuah mansion yang sangat besar,"Rumah siapa ini pak" tanya Leya menatap pada rumah besar itu."Ini rumah tuan Granida teman tuan Aldrich" jawabnya.Leya di bawa masuk ke dalam mansion yang mewah bahkan besarnya pun melebihi Villa Aldrich yang saat ini telah Leya naungi untuk bekerja."Ayo masuk saja" ucapnya.Leya ikut masuk ke dalam mansion bak istana itu, Leya tersenyum saat melihat keindahan di setiap sudut ruangan itu, bahkan dinding dindingnya dihiasi oleh lukisan yang lumayan mahal."Rumah ini besar sekali" gumam Leya."Selamat datang Nona Aldrich" sahut seorang laki laki dengan perawatan tinggi tegap tengah duduk di sofa mewah itu.Laki
BrughhLeya terjatuh ke lantai, Leya tertidur karena sebelumnya di minuman yang dia minum ada obat tidur yang sengaja di masukan oleh Granida."Bawa dia ke kamar aku" titah Granida pada anak buahnya."Baik tuan".Anak buah yang sejak tadi berdiri di sana langsung memangku Leya menuju ke kamar tuannya itu, Kamar Granida ada di lantai bawah walaupun rumah itu mempunyai tiga lantai tetap saja Granida melakukan apa pun di lantai dasar.Granida berjalan ke arah kamarnya itu dia mengunci pintu kamarnya saat anak buahnya sudah keluar dari kamar dia.Hanya menyisakan dirinya dan Leya saja di sana.Langkah Granida terhenti saat dia melihat Leya berbaring di ranjang dia mengingat kalau dahulu istri Van yang bernama Maya juga meninggal dalam keadaan berbaring lemah tak berdaya, bayang bayang kecelakaan itu bergambar jelas di benak Granida apa lagi dialah saksi utamanya.Flash back onDerap langkah terdengar di telinga pria dewasa yang saat ini hanya berdiam di sebuah loby hotel.Suara tembakan t