Share

Melewati Batas

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-11-01 21:10:45
Moza menyerahkan cangkir berisi teh madu hangat kepada Rezon, lalu duduk di hadapan pria itu. Awalnya, hanya keheningan yang menemani mereka.

Rezon menyesap tehnya perlahan, matanya kosong menatap isi cangkir. Setelah beberapa saat, Rezon meletakkan cangkirnya di meja dengan hati-hati.

"Teh buatanmu enak," pujinya, dengan suara serak. "Kau sangat berbakat dalam memasak.”

Dengan sorot mata yang dalam, Rezon mengamati Moza dari balik cahaya lampu temaram.

"Kau juga terlihat sangat natural merawat anak. Pantas saja Abigail menyukaimu. Kau seperti seorang ibu yang sudah berpengalaman mengasuh anak sendiri."

Moza langsung tersedak mendengar ucapan terakhir Rezon. Dadanya sesak oleh kepanikan yang tiba-tiba. Belum saatnya para Tuan Muda mengetahui bahwa ia telah memiliki seorang putra.

Dengan cepat, Moza menguasai diri, berusaha menutupi rasa cemas yang menggelora.

"Nona Kecil anak yang periang dan cerdas, karena itu saya menyayanginya " jawab Moza, berharap suaranya tidak terdengar gemetar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puji Lestari
semakin membingungkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Darah Langka

    Setelah menghidangkan sarapan untuk Tuan Markus dan Rezon, Moza kembali masuk ke rumah peristirahatan. Di ruang makan, Abigail sudah duduk menunggu dengan wajah penuh antusias."Tante Moza, aku sudah lapar," rengek Abigail sambil mengibas-ngibaskan kakinya yang mungil.Moza tersenyum, lalu duduk di sebelahnya. "Tante temani Nona Kecil makan, ya."Dengan sabar, Moza membantu memotongkan pancake untuk Abigail. Ia jug mengelap mulut gadis kecil itu yang belepotan madu. Memberinya susu hangat, dan mendengarkan celotehnya yang tak henti-hentinya."Tante, habis makan aku mau jalan-jalan ke danau.”Moza membelai rambut Abigail. "Baik, Nona Kecil. Kita ke danau, tapi harus minta izin dulu ke Opa."Begitu selesai makan, Abigail melompat dari kursinya dan menarik tangan Moza.“Ayo, Tante, sekarang!”Mereka berdua menuju teras dimana Tuan Markus masih duduk ditemani Rezon dan perawatnya, menikmati udara pagi yang segar."Opa," panggil Abigail dengan suara manis, "boleh nggak aku jalan-jalan denga

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Memohon Ampun Padaku

    Moza bergegas menuju kamar Abigail, mengikuti Nuri yang berjalan tergesa. Jantungnya masih berdebar akibat pertemuan singkat dengan Rezon.Saat pintu terbuka, Moza melihat Abigail sedang duduk di tepi tempat tidur dengan piyama merah muda. Kedua tangan mungilnya memegang ponsel.Meski wajahnya masih mengantuk, Abigail berbicara antusias melalui video call. Suaranya masih serak dan lucu, khas anak yang baru bangun tidur.Begitu melihat Moza, Abigail berseru gembira pada kamera, "Papa, Tante Moza sudah datang! Aku mau mandi dulu, ya. Nanti aku telepon Papa lagi!"Sebelum Moza sempat mengiyakan atau menolak, Abigail sudah menyodorkan ponselnya, lantas melompat dari tempat tidur.Ia menarik tangan Nuri menuju kamar mandi. Meninggalkan Moza sendirian dengan layar yang kini menampilkan wajah Dastan.Moza terkesima dan sedikit canggung.Dastan mengenakan piyama sutra berwarna navy, kancing atas terbuka, memperlihatkan lekuk dada bidang. Rambutnya masih lembap, acak-acakan, seperti baru saja

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Mungkinkah Dia Pelakunya

    Malam semakin larut, tetapi Moza tak bisa tidur.Setiap kali ia menutup mata, rasa hangat bibir Rezon di balik dinginnya malam masih membekas. Meski darah yang mengalir di tubuh mereka sama, cara mencium Rezon sangat berbeda dari sang kakak. Dastan ibarat api yang menghanguskan, sedangkan Rezon seperti air yang siap menenggelamkan.Moza pun menarik selimut erat, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tak kunjung stabil.Ia tidak ingin terpengaruh. Tidak ingin emosinya dikacaukan oleh kedua lelaki itu.Daripada terus bergulat dengan pikiran, Moza memutuskan untuk menyelidiki Yohan lewat media social. Sebenarnya, setiap kali melihat foto Yohan, ia merasa muak. Teringat bagaimana pria itu menghina dan mencampakkan dirinya tanpa belas kasihan. Namun, malam ini ia harus melihat.Moza membuka aplikasi media sosial, lalu mengetik nama Yohan Pratama.Akunnya masih aktif. Foto profilnya masih sama. Yohan dan Alexa berdiri di depan altar bunga, tersenyum lebar sambil bergandengan tangan.Mo

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Melewati Batas

    Moza menyerahkan cangkir berisi teh madu hangat kepada Rezon, lalu duduk di hadapan pria itu. Awalnya, hanya keheningan yang menemani mereka.Rezon menyesap tehnya perlahan, matanya kosong menatap isi cangkir. Setelah beberapa saat, Rezon meletakkan cangkirnya di meja dengan hati-hati."Teh buatanmu enak," pujinya, dengan suara serak. "Kau sangat berbakat dalam memasak.”Dengan sorot mata yang dalam, Rezon mengamati Moza dari balik cahaya lampu temaram."Kau juga terlihat sangat natural merawat anak. Pantas saja Abigail menyukaimu. Kau seperti seorang ibu yang sudah berpengalaman mengasuh anak sendiri."Moza langsung tersedak mendengar ucapan terakhir Rezon. Dadanya sesak oleh kepanikan yang tiba-tiba. Belum saatnya para Tuan Muda mengetahui bahwa ia telah memiliki seorang putra. Dengan cepat, Moza menguasai diri, berusaha menutupi rasa cemas yang menggelora."Nona Kecil anak yang periang dan cerdas, karena itu saya menyayanginya " jawab Moza, berharap suaranya tidak terdengar gemetar

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Temani Aku Malam Ini

    Ketika Moza melangkah masuk bersama Abigail, ia tidak melihat tanda keberadaan Rezon. Namun dari balik pintu kamar Tuan Markus, terdengar suara pria itu yang sedang berbicara dengan kakeknya.Moza tidak ingin mengganggu. Ia langsung mengajak Abigail ke kamar tamu di sebelah kamar Tuan Markus. Sebuah ruangan kecil yang hangat, dengan tempat tidur ganda dan selimut bermotif bunga."Nona Kecil akan tidur di sini bersama Bibi Nuri.”Abigail spontan menggeleng dengan bibir mengerucut. “Aku mau tidur sama Tante Moza.”“Tante sudah punya kamar sendiri, Sayang.”Abigail tidak menyerah. Ia menoleh pada pengasuhnya, Nuri, yang baru saja meletakkan tas di sudut kamar. “Bibi Nuri saja yang tidur di kamar Tante Moza.”Alih-alih tersinggung, Nuri justru tersenyum penuh pengertian. “Tidak apa-apa, Moza. Kita tukar saja. Nona Kecil memang sangat ingin bersamamu.”Moza ragu sejenak. Namun, melihat mata Abigail yang penuh harap, ia akhirnya mengangguk setuju. Abigail langsung bersorak gembira, melom

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Keanehan Rezon

    Usai panggilan video yang mengusik ketenangannya, Moza beranjak dari batu besar di tepi danau. Ia berjalan pelan menyusuri jalan setapak yang sama. Membiarkan rambutnya yang terurai diterpa angin sepoi-sepoi dari arah danau.Di kesunyian perjalanan pulang, pikiran Moza melayang kepada sang ibu yang telah tiada. Andai saja ibunya masih ada, dia pasti akan melarangnya untuk menikah dengan Yohan. Bila dipikir lagi, senyum manis Yohan, dan niatnya untuk buru-buru menikah terkesan mencurigakan.Firasat Moza mengatakan bahwa Yohan sengaja menjebaknya di resort. Matanya yang ditutup, kepergian Yohan yang cukup lama, dan masuknya pria misterius itu ke dalam kamar, semua telah diatur sedemikian rupa.Akan tetapi, Yohan adalah karyawan level menengah, mana mungkin ia punya hubungan dengan keluarga Limantara?Entahlah, ia perlu menyelidiki hal ini. Ia harus tahu apakah Yohan mengalami peningkatan karier pasca peristiwa tersebut.Sambil memikirkan berbagai kemungkinan, Moza terus berjalan sampai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status