Share

Meraba dalam Gelap

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-10-22 00:04:30
Setelah Thalia pergi meninggalkan dapur, Moza kembali fokus pada tugasnya. Ia mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat kue keju panggang.

Saat ia mulai menuangkan adonan ke dalam loyang tahan panas, salah satu pelayan muda bernama Raina mendekat. Matanya menatap Moza penuh kekaguman.

“Aku lihat kau sangat pandai dalam urusan memasak, Moza.”

Moza tersenyum tipis sambil terus meratakan permukaan adonan. “Aku pernah punya usaha kecil-kecilan di bidang kuliner.”

"Pantas saja. Kau seperti seorang chef profesional," puji Raina.

Belum sempat Moza menjawab, suara sinis memotong dari sudut dapur.

“Moza bukan hanya pandai di dapur, tapi juga pandai menjerat hati para Tuan Muda. Belajarlah darinya bila kau ingin naik kasta,” sarkas Lira yang baru selesai membersihkan kamar mandi.

Moza menahan napas, tetapi ia tidak bereaksi. Toh, keberadaannya di sini untuk melakukan misi penting, bukan untuk beradu mulut dengan perempuan seperti Lira.

Justru Raina yang mendengus kesal. “Lira, jangan buat k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Janji Suci - Bukan Sandiwara

    Moza melangkah dari salon dengan keanggunan yang menyita perhatian siapapun yang memandangnya. Salah satu asisten MUA dengan sigap mendampingi Moza, membantu memegangi ujung gaunnya agar tidak kusut.Di luar, Pak Nata telah menunggu di depan pintu mobil yang terbuka lebar. Setelah memastikan Moza duduk dengan nyaman, Pak Nata segera melajukan mobil membelah jalanan ibu kota. Kali ini, Moza tidak bersuara. Detak jantungnya berdegup begitu kencang, hingga lidahnya terasa kaku untuk sekadar menyapa Pak Nata. Lagi pula, ia sudah tahu tujuan mereka adalah kantor catatan sipil—tempat yang kering dan formal untuk sebuah pernikahan tanpa cinta. Akan tetapi, setelah tiga puluh menit berlalu, kening Moza berkerut. Jalanan di depannya bukan menuju pusat kota, melainkan mengarah ke daerah pinggiran yang lebih asri."Pak Nata, maaf... kita tidak ke kantor catatan sipil?" tanya Moza dengan nada bingung."Tuan Dastan mengganti lokasinya, Nyonya," jawab Pak Nata sopan tanpa mengalihkan pandangan da

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Menuju Takdir Baru

    Dalam kebimbangan hatinya, Moza memaksakan diri memakan beberapa potong buah. Hari ini, ia membutuhkan tenaga besar untuk menghadapi peristiwa yang akan mengubah garis hidupnya. Menikah dengan Dastan Limantara bukanlah perkara sepele. Ia tidak tahu badai apa lagi yang akan menerjangnya setelah janji suci itu terucap.Baru saja ia meletakkan garpu, ponsel di atas meja berkelap-kelip.Melihat nama Pak Nata muncul di layar, Moza segera mengangkatnya. "Halo, Pak Nata?""Selamat pagi, Nyonya. Mohon maaf mengganggu, saya sudah menunggu di lobi bawah," suara Pak Nata terdengar sangat sopan dari seberang sana."Baik, Pak. Saya akan turun sekarang."Moza bangkit dan menoleh pada Isna yang sedang sibuk di dapur. "Bi Isna, saya akan pergi sekarang. Tolong bantu bereskan peralatan makan ini.""Tentu, Nyonya. Itu sudah menjadi tugas saya," jawab Bi Isna sambil membungkuk hormat."Terima kasih, Bi." Tanpa menunda lagi, Moza bergegas mengambil tas tangannya lalu melangkah keluar.Di lobi apartemen

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Nyonya Limantara

    Di sisi lain ibu kota, sebuah mobil berhenti tepat di depan gerbang rumah berlantai dua.Yohan mematikan mesin mobilnya, tetapi tangannya masih mencengkeram kemudi dengan ragu. Ia menoleh ke arah Alexa yang sedang mematut diri di cermin kecil. "Alexa, apa kau yakin kita harus menemui Papa malam-malam begini?" tanya Yohan dengan nada khawatir.Alexa menutup cerminnya dengan bunyi klik yang tajam. Tatapannya dingin dan penuh ambisi."Hanya Papa, satu-satunya orang yang bisa menghalangi Moza menjadi bagian dari keluarga Limantara," sahut Alexa sinis.Tanpa menunggu jawaban Yohan, Alexa membuka pintu mobil dan turun lebih dulu. Sepatu hak tingginya berbunyi nyaring di atas aspal. Yohan menghela napas panjang, merasa tidak punya pilihan selain mengikuti sang istri dari belakang. Alexa menekan bel pintu dengan tidak sabar. Tak lama kemudian, seorang pelayan pria paruh baya membukakan pintu dengan wajah mengantuk. "Nona Alexa? Apa Anda datang untuk makan malam?" ujar pelayan itu bingung.

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Pria yang Terluka

    Moza menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam detak jantungnya yang menggila.Motif apa yang tersembunyi di balik pertanyaan Dastan? Bisa jadi itu jebakan, bisa pula ujian kejujuran. Namun, kemungkinan paling berbahaya adalah pria itu benar-benar tidak tahu dan sedang mencari kebenaran.Karena itulah, ia tidak boleh bersikap naif. Sebelum hasil tes DNA keluar, Moza bertekad memagari dirinya dengan pertahanan yang kokoh.Perlahan, ia pun mengangkat wajahnya, memberanikan diri menatap langsung ke dalam manik mata Dastan. Mata Moza berkaca-kaca, memantulkan cahaya lampu kamar yang temaram.“Kalau saya berkata bahwa saya tidak tahu siapa ayah Kayden, apa Anda akan percaya, Tuan Muda?” tantang Moza dengan suara parau.Raut wajah Dastan berubah seketika. Kilat keterkejutan melintas di matanya. Bibirnya terkatup rapat, seolah ada kata-kata yang tertahan di kerongkongan.Moza tersenyum getir. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya.“Anda tidak percaya, bukan? Tapi itulah kenyataannya,” p

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Untuk Malam Pengantin Kita

    Ucapan Dastan masih bergema di telinga Moza, seperti perintah yang tak terbantahkan.Dengan hati berdebar-debar, Moza lekas mengeringkan tangannya yang masih lembap. Setelah memastikan peralatan makan tertata rapi, Moza melangkah menuju kamar Kayden karena kopernya masih tertinggal di sana. Ia mengetuk pintu dengan ragu, lalu mendorongnya perlahan. Seketika, pemandangan di depannya menghentikan detak jantung Moza. Di atas ranjang mobil yang tidak terlalu besar untuk orang dewasa, Dastan berbaring menyamping. Ia bersandar pada bantal, dengan tubuh Kayden yang mungil terbaring di sebelahnya. Pria itu memegang ponsel, tampak sedang membacakan sebuah dongeng yang ia cari di internet.Kayden sudah setengah tertidur, tetapi ia masih mendengarkan suara Dastan.Melihat kehadiran Moza, Dastan berhenti membaca dan menoleh dengan tatapan yang sulit diartikan. "Mama mau tidur di sini juga?" panggil Kayden, membuka matanya sedikit."Tidak, Sayang. Mama akan mandi di kamar sebelah. Kayden tidur

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Tunggu Aku, di Kamar

    Dastan masih menggendong Kayden, menikmati kehangatan kecil yang merembes melalui jasnya."Apa kau suka kamar ini?" tanya Dastan dengan suara rendah yang menenangkan.Kayden mengangguk mantap, tangannya masih melingkar di leher Dastan. "Suka sekali, Pa! Banyak mobilnya, tapi aku juga suka sepak bola. Aku punya bola di rumah Nenek Mara."Dastan menarik sudut bibirnya tipis, menampilkan senyuman yang hampir tak terlihat. "Nanti Papa akan tambahkan dekorasi bola di sini."Mendengar ucapan Dastan, mata Kayden berbinar senang. Namun, detik berikutnya raut wajah bocah lelaki itu berubah menjadi sendu. "Papa kerja sampai malam terus, ya? Apa kantor Papa jauh sekali dari sini? Aku nungguin Papa dari tadi,” tanya Kayden penuh rasa ingin tahu."Lain kali, Papa akan usahakan pulang lebih cepat," sahut Dastan. Harapan langsung bersinar di wajah Kayden. Ia menyandarkan kepala di bahu Dastan sambil merengek lebih manja."Aku mau tidur ditemani Papa. Aku takut kalau tidur sendirian di kamar baru."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status