Share

Pelayan Perawan Milik Tuan Muda
Pelayan Perawan Milik Tuan Muda
Author: Norwinda

Bab 01

Dalam suasana yang tegang, seorang wanita muda menunggu sosok pria yang ia harapkan. Tubuhnya gemetar dan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Pikirannya saat ini hanya terfokus pada satu hal, yaitu mendapatkan uang dengan cepat untuk operasi ibunya.

Tiba-tiba, seorang pria muncul dari arah tangga. Ia mengenakan rompi tuxedo abu-abu yang dilapisi dengan jas hitam yang mengkilap. Matanya yang tajam seperti burung elang langsung tertuju pada wanita muda yang berdiri tegang di ruang tamu. Netra coklatnya yang berair bertatap dengan iris hitam yang memancarkan kekuatan dan ketegasan.

Beberapa anak buah pria itu sudah berdiri di beberapa sudut ruangan dengan senjata yang tersisip di celananya. Bunyi langkah sepatu pria itu bagai suara yang mampu membuat jantung wanita muda itu berdegup semakin manggila.

Argio mendudukkan dirinya di single sofa dan menaikkan kedua kalinya di atas meja kaca bening di ruangan itu dengan posisi menyilang. Aroma maskulin langsung menyeruak merasuk ke indra penciuman wanita muda yang sudah berkeringat dingin. Kedua tangannya yang saling bertautan sudah basah oleh keringat.

"Jadi..., ada urusan apa kamu ingin menemuiku?"

Suara bariton nan basah itu terdengar jelas di kedua telinga wanita muda yang menundukkan kepalanya.

Dengan suara yang bergetar, wanita itu mengucapkan kata-kata yang sulit baginya untuk diucapkan, "A-aku ingin menawarkan diriku padamu, Tuan. Aku butuh uang." 

Rasa takut yang tiba-tiba merambat dalam dada Naya membuatnya berusaha meredamnya saat berhadapan dengan Argio.

Jika bukan karena keadaan yang terdesak, Naya tidak akan pernah mempertimbangkan keputusan untuk menjual tubuh dan keperawanannya kepada pria seperti Argio. Argio terkenal di kota ini, bukan hanya karena kekayaannya yang melimpah, tetapi juga karena berita-berita skandal tentang pria itu sebagai seorang casanova.

Argio menatap wanita muda itu dari atas sampai bawah seperti sedang menilai. Ia menggerakkan jarinya mengikuti lekuk tubuh wanita muda itu. Dada rata, badan kurus, dan kantung mata yang menghitam, wajah yang tak terawat, membuatnya tak berminat.

Apalagi tampilan wanita itu sangat tidak menarik. Ia memang pria yang suka mencari kehangatan di atas ranjang dengan wanita berbeda-beda tapi wanita di hadapannya sekarang membuat ia bergidik.

"Tapi sayangnya, saya tidak berminat dengan tubuhmu."

Ucapan Argio membuat Naya langsung menatap pria yang memasang wajah datar itu. Kedua matanya bergulir, ucapan dokter langsung terngiang-ngiang di kepalanya tentang keselamatan ibunya yang harus segera menjalani operasi. Argio bangkit dari sofa dan hendak beranjak dari tempat itu dan tiba-tiba Naya langsung bersimpuh di hadapan Argio yang tampak terkejut dengan apa yang wanita itu lakukan.

"Saya mohon Tuan. Saya butuh uang sekarang, terserah saya mau Tuan apa'kan yang terpenting berikan saya uang!"

Naya bersimpuh sambil memegang kedua kaki Argio dengan kepala tertunduk. Air mata tak sanggup wanita itu bendung, ia benar-benar membutuhkan uang dan hanya ini harapan satu-satunya.

"Saya tidak bisa!" sentak Argio menendang Naya yang langsung terjungkal kebelakang.

Meskipun mendapatkan perlakuan seperti itu, Naya tak pantang menyerah. Ia kembali menghalangi jalan Argio yang hendak melangkahkan kakinya ke tangga.

"Saya mohon, Tuan. Tolong saya, ini demi ibu saya."

Satu alis Argio langsung tertarik mendengar ucapan terakhir wanita berusia 22 tahunan itu.

"Memangnya ibumu kenapa?" tanya Argio tersirat empati.

Dengan sesegukan sambil mengusap cairan kental di hidungnya ia mulai berucap."Ibu saya harus segera di operasi."

Tangisan Naya semakin kencang setelah mengatakan itu seolah menambah rasa kasihan pria itu padanya. Argio terdiam sejenak dan sorot matanya memandangi sekali lagi wanita itu dari atas sampai bawah seperti mencari sesuatu yang menarik dari tubuh wanita itu.

"Baiklah, berapa uang yang kamu butuhkan?"

Tangisan Naya langsung terhenti dan langsung tergantikan oleh wajah yang berbinar cerah.

"50 juta," jawab Naya sesegukan.

"Aldo, berikan uang yang diminta wanita ini!" perintah Argio pada bawahannya tersebut.

"Baik Tuan Argio."

"Ikuti Aldo, dia akan memberikan uang yang kamu minta tadi. Dan kamu harus kembali lagi ke sini!" ucap Argio yang diangguki Naya dengan semangat.

Wanita muda itu langsung mengikuti tangan kanan Argio.

"Ingin kamu apakan wanita itu?" tanya Hendrik setelah menyimak apa yang ia lihat. Ia merasa kasihan jika Argio berbuat macam-macam pada wanita yang terlihat lugu dan polos itu.

"Tentu untuk bersenang-senang," balas Argio dengan senyuman seringainya.

"Berhentilah melakukan kebiasaan burukmu itu. Jangan sampai ayahmu yang turun tangan."

Argio menatap Hendrik dengan senyuman kecilnya."Selama Paman bisa menjaga rahasia ini, ayahku tidak akan tahu. Menurutku hal yang wajar aku butuh kepuasan di ranjang. Apa Paman lupa, umurku sudah 27 tahunan. Dan lagipula aku membayar wanita-wanita itu."

"Dasar bocah!" umpat pria berusia 50 tahunan itu.

Senyuman kebahagiaan mengembang di wajah Naya, kesedihan yang sebelumnya terbingkai di wajahnya langsung sirna seketika. Ia begitu erat memeluk tas hitam yang berisi begitu banyak uang. Dan ia berharap ibunya akan sembuh setelah menjalani operasi.

"Suster! Suster!"

Naya berteriak kala melihat salah satu suster keluar dari ruang rawat ibunya. Ia menghampiri suster tersebut yang menghentikan langkahnya.

"Suster, di mana dokter Renal. Aku sudah mempunyai uang untuk operasi ibuku," ucap Naya seraya memperlihatkan uang di tas ransel hitam miliknya.

Suster itu tersenyum."Dokter Renal belum datang. Tapi saya akan menyampaikan tentang hal ini."

"Baiklah."

"Kalau begitu saya permisi." Suster itu berlalu pergi dari hadapan Naya.

Kini, Naya melangkah masuk ke dalam ruang rawat sang ibu. Wajah Naya langsung mendung menatap wanita paruh baya yang kini tengah terbaring lemah di atas brankar dan belum sadarkan diri.

"Ibu, sekarang aku sudah punya uang untuk operasi ibu. Semoga ibu tidak sakit lagi ya setelah operasi." Ucapan Naya tersirat harapan yang besar.

Naya menggenggam tangan keriput sang ibu. Air mata tak sanggup Naya bendung menatap ibunya. Hanya ibu yang ia miliki. Satu-satunya orang yang berusaha memberikan kehidupan yang layak walaupun pada akhirnya harus jatuh sakit dan menutupi segala kesakitan yang dirasakan selama ini.

"Setelah sembuh ibu tidak boleh bekerja lagi. Sekarang giliran aku yang menjadi tulang punggung. Aku tidak ingin ibu sakit-sakitan hanya untuk mencari uang untuk membayar uang kuliah ku. Hanya ibu yang aku miliki."

Naya memeluk ibu Ani yang terbaring dibrankar. Air mata semakin deras meluruh membasahi wajah wanita muda itu bersamaan dengan rasa sesak yang mencekik. Apapun akan ia lakukan demi keselamatan ibunya. Cinta dan sayang Naya jauh lebih besar daripada penyesalan yang mungkin akan ia dapatkan dikemudian hari karna pilihannya, demi bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mamahnya Rayhan
hadir thor ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status