Share

Bab 02

Penulis: Norwinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-11 11:02:00

Argio keluar dari mobil sedan hitamnya dengan langkah yang goyah. Matanya terlihat sayu. Argio tampak sedikit tidak seimbang saat berjalan, karena ia telah mengonsumsi banyak minuman beralkohol sebelumnya.

"Sebaiknya kamu berhenti melakukan kebiasaan burukmu itu, Argio. Orang tuamu mungkin akan marah dengan hobi burukmu yang sangat senang ke club dan bermain wanita."

Hendrik terus menggerutu ketika mereka berdua sudah sampai di mansion. Entah sudah berapa kali Hendrik memperingatkan Argio tapi sepertinya anak itu memang kepala batu, sangat keras kepala, dan sulit diatur.

"Sstt ... diamlah Paman. Aku sudah dewasa tidak seharusnya Paman terus mengekangku seperti ini! Aku tahu mana yang baik dan buruk!" balas Argio tanpa menghentikan langkah lebarnya memasuki mansion.

Hendrik mendengus."Dasar keras kepala. Dulu ayahmu tidak seperti ini!" gerutu Hendrik yang dibalas lirikkan malas oleh Argio. 

Pria berusia 27 tahunan itu melepaskan jas hitam yang melekat di tubuhnya lalu melempar ke arah Hendrik yang dengan sigap menangkapnya. Pria paruh baya itu mendumel kesal. Hidup dengan gelimang harta dan selalu dimanja sejak bayi membuat Argio bersikap arogan dan keras kepala. Selalu membenarkan apapun yang ia lakukan demi kesenangan pribadi termasuk bermain-main dengan para wanita. 

"Sudah kamu siapkan air hangat di bath up?" tanya Argio pada salah satu pelayan pria yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya. 

"Sudah Tuan, semuanya sudah saya siapkan. Malam ini Tuan ingin makan menu apa?" 

Argio mengibas-ngibaskan tangannya."Tidak perlu, aku sudah kenyang. Cukup antarkan secangkir kopi panas ke kamarku. Hari ini aku lembur!"

Pelayan pria itu mengangguk patuh."Baiklah Tuan, kalau begitu saya permisi."

Setelah kepergian pelayan tersebut Argio masuk ke dalam kamar. Ia segera menanggalkan pakaian yang melekat di tubuh kekarnya. Argio bernapas lega dengan begitu nyaman kala tubuhnya berendam di air hangat. Seharian sibuk dengan rutinitasnya membuat tubuhnya terasa penat dan lengket.

Argio memejamkan matanya merasakan air hangat membalut tubuh atletisnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi pria itu untuk berolahraga setiap paginya termasuk gym, membuat tubuh Argio begitu proporsional dan berbentuk. Namun, tak lama mata Argio kembali terbuka. Ia teringat dengan wanita muda yang ia pinjamkan uang. Seharusnya wanita itu kembali lagi ke mansion ini. Ia tidak sebaik itu memberikan secara cuma-cuma meski tersirat kasihan.

Sekitar 20 menitan Argio keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan badannya. Aroma harum shampo yang Argio kenakan menguar dalam kamar megah tersebut. Tampak dalam kamar yang didominasi warna abu-abu tersebut, seorang pelayan pria menyiapkan pakaian yang akan Argio kenakan. Bahkan sekecil apapun, pelayan harus ikut campur termasuk dalam menyiapkan pakaian untuk sang tuan muda yang sudah terbiasa hidup serba ada dan dilayani.

"Apa perempuan muda yang tadi pagi datang ke sini kembali lagi?" tanya Argio sambil mengenakan baju kaos hitam miliknya.

"Tidak, Tuan." 

Argio terdiam sejenak. Raut wajahnya tampak menyiratkan sesuatu.

"Keluarlah dari kamarku."

"Baik, Tuan." Pelayan pria itu segera keluar dari kamar Argio.

"Awas saja perempuan itu membohongiku." Meski uang yang ia berikan cukup sedikit di matanya tapi tetap saja ia tidak mau rugi.

Matahari pagi belum sepenuhnya muncul tapi para pelayan di mansion tampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Suara dentingan pisau dan aroma sedap makanan yang berasal dari dapur tampak tercium sampai ke area meja makan. Dan pagi-pagi sekali Argio sudah tampak rapi dengan pakaian formal yang selalu membuat ia terlihat tampan dan berwibawa.

"Sudah Paman siapkan jadwalku hari ini?" Argio melontarkan pertanyaan sembari melangkah menuruni anak tangga. Hari ini ia akan menemui salah satu kolega bisnisnya.

Sekadar informasi perusahaan yang kini di bawah pimpinan Argio bergerak di bidang jasa dan perhotelan. Sebelumnya perusahaan itu di pimpin oleh Arga, ayah dari Argio dan setelahnya di pindah tangan pada putra semata wayangnya. Saat ini Arga dan istri tengah menikmati masa-masa tua dan kebersamaan mereka di Surabaya, tempat kelahiran sang istri.

"Sudah. Pagi ini bertemu klien, siang nanti ada rapat dan setelah itu melihat peninjauan proyek."

Argio manggut-manggut. Kini, pria itu menarik kursi di meja makan lalu mendudukkan dirinya. Di atas meja sudah terhidang berbagai menu makanan yang tampak mengepulkan asap.

Baru saja hendak mengambil makanan ucapan seorang pelayan membuat pergerakan Argio terhenti.

"Tuan Muda, ada seorang perempuan yang ingin menemui anda."

"Katakan pada perempuan itu untuk menunggu. Biarkan Argio makan lebih dulu." Bukan Argio yang membalas melainkan Hendrik.

"Kalau begitu saya akan_"

"Tidak perlu!" sela Argio. Ia menoleh menatap Hendrik."Aku akan menemui perempuan itu," ucap Argio bangkit dari tempat duduknya.

"Hei! Argio!" 

Pria itu menghiraukan panggilan Hendrik. Ia melangkah lebar ke arah ruang tamu. Sebelah alis Argio terangkat kala melihat sosok wanita yang tengah duduk membelakanginya. Wanita itu tampak menelisik ruangan megah miliknya.

Suara ketukan sepatu pada lantai membuat wanita itu menoleh. Argio dengan wajah datar dengan sorot mata yang tajam, melangkah menghampiri wanita tersebut. Naya, wanita itu langsung bangkit dari tempat duduknya kala menyadari kehadiran Argio.

Argio mendudukkan dirinya di single sofa yang berhadapan langsung dengan Naya yang tampak kikuk dan gugup. Mendadak suasana dalam ruangan itu menguar aura tak nyaman bagi Naya. Ia sempat merutuki keputusannya menjual sesuatu dalam dirinya. Dan sekarang ia benar-benar takut untuk memberikan keperawannya.

"Aku kira kamu tidak akan kembali lagi," ucapnya dengan raut wajah angkuh dan tersirat sindiran dari ucapan tersebut.

Naya memberanikan diri menatap manik hitam kelam milik Argio."Te-tentu saja saya akan kembali, Tuan sudah sudah sangat baik meminjamkan uang."

"Meminjamkan?" 

Raut wajah Naya semakin pias mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Argio. Apa ada yang salah dengan ucapannya? gumam Naya dalam hati.

"Aku tidak meminjamkan uang tapi menukar sesuatu yang kau tawarkan."

Kedua mata Naya semakin membulat sempurna. Suaranya langsung tercekat di tenggorokan. 

"Maksud Tuan, saya harus menyerahkan__"

"Ya!"

Kedua mata Naya seketika bergulir ke sana kemari. Argio bangkit dari tempat duduknya melangkah mendekati Naya. Pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga wanita muda yang diliputi ketakutan.

"Malam ini datanglah kembali ke mansion." Bisikan dan deru napas pria itu membuat sekujur tubuh Naya meremang.

Apakah ia harus memberikan keperawannya? Ia benar-benar belum siap tapi uangnya sudah ia pakai untuk mengobatkan ibunya. Naya melirik Argio yang tampak menampilkan senyuman yang lebih mirip seringai jahat bagi Naya.

Argio menipiskan bibirnya melihat gelagat wanita itu tampak ketakutan termasuk dari raut wajahnya. Ucapannya mampu menciptakan rasa takut yang bersarang dalam benak wanita itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 81

    Empat tahun kemudian …Suara tawa dan teriakan anak kecil mengisi sebuah kamar yang memiliki tiga kasur di dalamnya. Dua bocah berusia empat tahunan tampak berlari-larian dalam sana, mereka saling mengejar membuat sang kakak yang tengah fokus mengerjakan PR terlihat sangat terganggu."Jeva, Javier! Jangan teriak-teriak, kakak sedang mengerjakan tugas," tegur Levin lembut.Meskipun begitu, dua bocah kembar itu tak menggubris bahkan semakin menjadi-jadi membuat Levin frustasi dibuatnya. Levin yang kini berusia sepuluh tahun, tampak menggelengkan kepalanya. Dua adik kembarnya bukan hanya lucu tapi juga nakal.Levin membawa buku-buku pelajarannya keluar dari kamar. Ia akan mengerjakan tugasnya di perpustakaan pribadi milik ayahnya. "Kamu mau ke mana, Sayang?" Suara sang mama membuat Levin berbalik badan. Tinggi badan Levin hampir menyamai Naya, dulu terlihat kecil kini dengan cepat tumbuh besar. Levin semakin menyerupai Argio."Levin mau ke perpustakaan, mau ngerjain tugas," balasnya."

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 80

    Saat semua tengah tertidur nyenyak, Naya terlihat gelisah dan tidak karuan berbaring di kasur. Beberapa kali ia berpindah-pindah posisi dari telentang, miring ke kanan dan ke kiri, namun tidak membuat rasa sakit di perutnya mereda.Argio yang berbaring di samping Naya, tampak terusik tidurnya. Perlahan ia membuka matanya dan mendapati Naya meringis kesakitan sambil memegangi perutnya."Kamu kenapa, Sayang?" "Perutku sakit, Mas. Perih."Argio segera bangun dari kasur lalu menyentuh perut Naya."Sebelumnya kamu makan apa? Tidak mungkin kamu akan melahirkan, usia kandunganmu belum sembilan bulan."Naya yang merintih kesakitan langsung terdiam. Ia mengingat-ingat sebelumnya makanan yang dikonsumsi dari pagi sampai malam."Sepertinya gara-gara makan mangga mentah. Soalnya sebelum tidur aku minta Merry mengupasnya mangga lagi."Argio geleng-geleng kepala mendengar jawaban Naya."Kan aku sudah bilang, jangan makan mangga kebanyakan, Sayang. Sekarang lihatlah sakit perut' kan.""Mas, marah?" M

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 79

    "Adek jangan nakal diperut Mama, kasihan Mama." Omelan lucu keluar dari bibir mungil Levin. Tangan mungilnya menepuk-nepuk perut Naya lembut. Meskipun kondisi Naya saat ini lemah, namun ia tidak bisa menahan tawanya mendengar omelan putranya. Dan tidak lama Argio masuk ke dalam kamar dengan membawa teh jahe hangat. "Minum dulu, Sayang. Kata Bunda ini bagus untuk perempuan hamil yang mual-mual."Dengan penuh perhatian Argio membantu Naya meminum teh jahe tersebut. Pria itu benar-benar menaruh seluruh perhatiannya pada Naya. Dengan dibantu oleh Argio, Naya meminum teh jahe yang diberikan. "Terima kasih.""Sama-sama, Sayang.""Itu apa, Yah?" Levin menatap penasaran pada air yang baru saja diminum oleh sang bunda."Ini teh jahe supaya Mama tidak mual-mual lagi, Nak. Levin mau coba?" tawar Argio.Dengan cepat Levin menggeleng. Melihat warna minuman itu saja sudah membuat bocah itu tidak berminat. "Hari ini aku ada urusan mendadak, Sayang. Mungkin sore baru pulang. Tidak apa-apa' kan j

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 78

    Pada akhirnya, Argio mengalah dan memutuskan untuk menuruti apa yang diinginkan oleh istrinya. Meskipun ia merasa kebingungan sendiri karena tidak pernah menyentuh peralatan dapur, apalagi memasak nasi goreng sebelumnya.Argio membuka aplikasi YouTube di ponselnya dan mencari konten yang menunjukkan cara memasak nasi goreng. Sementara Naya duduk dengan tenang di kursi dapur, sambil memakan biskuit kesukaannya, menunggu nasi goreng yang akan dibuat oleh Argio.Awalnya Argio tampak bingung, namun dengan pelan-pelan ia membuat nasi goreng itu dan sekitar 30 menitan nasi goreng yang Argio buat sudah jadi. Aroma wangi dari masakan Argio, membuat Naya bangkit dari tempat duduknya."Sudah jadi?" Naya menatap nasi goreng yang tak karuan tampilannya, tetapi sangat menggoda baginya.Argio mengangguk ragu. Ia memindahkan nasi goreng itu ke dalam piring."Kalau nasi gorengnya tidak enak, tidak usah di makan ya?"Naya mengangguk mengiakan ucapan suaminya. Mata Naya berbinar-binar menatap nasi gore

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 77

    Setelah mengetahui bahwa Naya tengah mengandung. Tanpa berpikir panjang, Argio segera pergi dengan mobilnya entah ke mana. Beberapa jam kemudian, Argio kembali ke mansion dengan membawa begitu banyak belanjaan, termasuk rujak yang ia beli di pinggir jalan.Argio tahu betul bahwa wanita hamil seringkali memiliki selera makan yang berbeda, dan banyak yang menyukai makanan yang asam-asam. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk memanjakan Naya dengan makanan yang ia sukai, seperti rujak. Argio berharap dengan memberikan perhatian seperti ini, bisa membuat kehamilan kedua Naya menjadi lebih istimewa dan berbeda dari yang pertama.Anggap saja hal yang ia lakukan sekarang sebagai penebus atas kesalahan yang ia lakukan saat Naya hamil pertama dulu."Sayang, aku bawakan sesuatu untukmu!" seru Argio masuk ke dalam kamar dengan membawa piring berisi rujak.Naya duduk bersandar di bahu ranjang dengan wajah yang tampak pucat. Wanita itu merasa tubuhnya masih terasa lemah."Masih pusing?" Argio melet

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 76

    Argio keluar dari mobil dengan terburu-buru, saat mendapatkan kabar Naya pingsan. Ia segera pulang ke mansion tanpa memperdulikan pekerjaannya yang belum selesai. Wajah pria itu terlihat sangat panik bercampur khawatir."Bagaimana bisa dia pingsan?" bentak Argio yang tampak marah pada para pelayan."Saya tidak tahu Tuan, tiba-tiba Nona Naya sudah tergeletak di lantai. Awalnya Nona Naya mengeluh tidak enak badan," jawab Merry, sedangkan pelayan lain tertunduk ketakutan.Argio mendengus dengan perasaan campur aduk antara khawatir dan panik, ia melanjutkan langkahnya dengan tergesa-gesa menuju kamar, dan dengan kasar membuka pintu kamar. Langsung ia menghampiri Naya yang belum sadarkan diri di atas kasur.Saat melihat Naya yang lemah dan tidak sadarkan diri, Argio merasa hatinya teriris melihat wajah pucat Naya. Argio duduk di samping Naya dan memegang tangannya dengan lembut."Sayang, bangun," ucap Argio lembut. Ia mencium tangan Naya berkali-kali.Takut, itulah yang Argio rasakan saat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status