Share

Bab 05

Naya hanya bisa tertunduk dengan kedua tangan yang saling bertautan setelah Merry membawanya pergi dari ruang makan. Raut ketakutan tampak jelas di wajah wanita itu.

"Maafkan Bibi, seharusnya Bibi tidak memintamu untuk mengantarkan kopi_"

"Tidak!" Naya mendongak menatap Merry."Bibi tidak salah, aku yang kurang hati-hati. Aku benar-benar gugup saat mengantarkan kopi pada tuan muda dan itu yang membuat aku tidak sengaja menumpahkan minuman kopi panas itu," lirihnya, tersirat rasa bersalah apalagi sampai mengenai bagian celana Argio.

Naya merasa, ia memang pantas mendapatkan kemarahan itu. Tapi kemarahan yang ditunjukkan tuan muda sangat menakutkan untuknya.

Merry menghela napas berat."Lain kali lebih hati-hati lagi. Dan kalau butuh bantuan atau tidak paham dengan pekerjaanmu bisa tanya Bibi."

Naya mengangguk cepat. Sungguh, ia sangat beruntung bertemu dengan bibi Merry. Semoga kedepannya ia bisa lebih baik lagi bekerja di tempat ini.

Argio mengancingkan kemejanya setelah bergantian pakaian. Raut wajah pria itu masih terlihat sangat kesal. Kekesalan yang merambat dalam hatinya semakin menjadi-jadi dengan suara dering ponsel yang sejak tadi terus berbunyi. Ia menoleh ke arah kasur di mana benda pipih itu ia letakkan. Ia meraih ponsel tersebut lalu mengangkat sambungan telpon dengan perasaan dongkol.

"Ada apa?" Suaranya terdengar serak dan tak bersahabat.

"Apa kamu sudah melihat berita hari ini?" Ucapan seseorang di sambungan telpon membuat Argio mengernyitkan keningnya.

"Maksudmu apa?"

"Berarti kamu memang belum tahu, ya? Aku baru melihat berita tentangmu. Kamu tahu, dalam berita itu kamu dikabarkan sudah meniduri beberapa perempuan. Dan sepertinya orang-orang sudah membaca berita ini. Sebaiknya kamu harus bergerak cepat untuk menghilangkan berita bohong itu karna bisa saja merusak image mu."

Tanpa sadar tangan Argio meremas ponsel yang ia genggam."Siapa yang membuat berita sampah itu?" ucapnya tersirat kemarahan.

"Mana aku tahu. Kamu yang menjadi bahan berita kenapa harus aku yang repot mencari orang yang menyebarkan berita itu. Lagi pula memang benar kan?" 

Pria dalam sambungan telpon itu tampak tertawa membuat Argio berdecak.

"Aku tidak seperti itu! Aku memang suka menjalin hubungan dengan beberapa perempuan tapi bukan berarti meniduri mereka bodoh!" Umpatan keluar dari mulut Argio membuat orang dalam sambungan telpon semakin mengeraskan tawanya.

"Semerdeka kamu saja ingin bicara apa. Aku hanya ingin mengatakan itu saja."

Tut

Sambungan telpon seketika langsung terputus. Argio segera mengutak-atik ponselnya mencari berita yang disebut sahabatnya itu. Dan benar saja, kurang dari dua menit ia sudah mendapatkan sebuah artikel berita tentang dirinya bahkan ia tidak tahu menahu tentang berita kebohongan yang sepertinya ingin menjelekkannya.

"Kurang ajar!" Argio membanting ponselnya ke kasur dengan sangat kasar."Awas saja bila tertangkap."

Argio membuka pintu kamarnya dengan kasar lalu melangkah menuruni anak tangga. Baru menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir, ia menatap sejenak Naya yang kembali melanjutkan pekerjaannya. Wanita muda itu membersihkan kekacauan yang ia buat. Membersihkan lantai dan meja yang terkena tumpahan kopi.

Seolah sadar tengah diperhatikan Naya menoleh, namun Argio lebih cepat mengalihkan pandangannya lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Paman!" Suara keras Argio yang mengema membuat Hendrik yang tengah duduk santai di ruang tamu dan tengah menikmati secangkir kopinya tampak terkejut dan hampir menyemburkan kopi di mulutnya.

"Ada apa memanggilku?" sahutnya tampak kesal sambil membersihkan area mulutnya dengan tissu.

Argio melangkah menghampiri Hendrik dengan raut wajah yang tak mengenakkan, tentu Hendrik menyadari itu.

"Cepat urus berita sampah ini! Kalau perlu Paman bawa orang yang menyebarkan berita bohong ini ke hadapan ku!" 

"Heh, kamu ini kenapa? Tiba-tiba datang memintaku untuk mengurus masalah yang aku belum tahu. Memangnya kenapa?"

Argio menghela napas kasar lalu memperlihatkan artikel berita online di ponselnya."Lihat! Seseorang menyebarkan berita bohong tentangku. Aku tidak ingin orang tuaku sampai melihat berita ini, Paman!" decaknya.

Hendrik memutar bola matanya malas lalu mengambil alih ponsel yang Argio pegang. Pria itu membaca artikel berita yang menyatakan tentang Argio sudah kerap kali tidur dengan beberapa wanita. Tentu, hal itu membuatnya ingin tertawa.

"Tapi berita ini memang benar' kan? Kamu suka tidur_"

Argio dengan cepat memotong ucapan Hendrik."Tidak! Aku memang suka bermain-main dengan perempuan tapi tidak dengan meniduri mereka. Paman tahu sendiri aku tidak berani melakukan itu."

Hendrik mengangkat sebelah alisnya dengan senyuman menggoda."Benarkah? Aku kira kamu sudah sering melakukan itu. Bukankah kamu laki-laki dewasa?"

Kekesalan Argio semakin meradang dengan godaan Hendrik yang semakin menjadi-jadi. Pria itu seolah tidak tahu situasi saat ingin bercanda apalagi masalah ini tidak bisa dianggap sepele. Ini menyangkut harga diri dan image nya.

"Sudah kamu bersihkan di meja dan lantai?" 

Naya mengangguk seraya mencuci tangannya di wastafel dapur.

"Sudah, Bi. Apa ada pekerjaan lagi yang harus aku kerjakan?" tanya Naya menatap Merry.

Wanita itu menoleh menatap ke arah Naya."Ada bahkan masih banyak. Pekerjaannya di mansion ini tidak akan ada habisnya, Nay. Sekarang kamu ambil pakaian kotor tuan muda di kamarnya."

"Kamar?" beo Naya.

"Iya. Kamar tuan Argio di lantai dua, kamu belok kiri nanti ada pintu berwarna hitam, itu kamar tuan Argio. Kamu ambil semua pakaian kotor di keranjang kotornya agar segera di cuci."

Naya tidak langsung menjawab ucapan Merry. Hatinya langsung merasa tak enak mendengar sesuatu yang bersangkutan dengan pria itu. Karna itu mengingatnya dengan  kebodohan yang satu jam lalu ia lakukan. Mengingat itu membuat ia malu sendiri.

Kini, Naya menaiki tangga sesuai arahan Merry. Sesekali ia menatap beberapa pelayan yang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Dari semua pelayan di mansion ini hanya Merry yang selalu mengajaknya mengobrol. Ia bukan tipe orang yang suka memulai percakapan dengan orang asing.

Langkah kaki Naya terhenti di depan pintu kamar Argio. Dengan ragu-ragu ia menggenggam tuas pintu besi tersebut lalu memutarnya dengan perlahan. Baru membuka pintu kamar, ia di sambut aroma maskulin yang terasa lembut memasuki indra penciumannya, membuat Naya tampak terlena sesaat. Tak ingin memperlambat pekerjaannya Naya segera masuk ke dalam kamar mewah nan megah itu.

Mata coklatnya berdecak kagum melihat isi kamar sang tuan muda bahkan ia mematung sejenak demi melihat barang-barang mewah yang tertata rapi di kamar yang didominasi warna abu-abu.

"Bagus sekali kamar ini." 

Naya melangkah mendekati meja yang tersusun rapi barang-barang milik Argio. Tanpa ragu tangannya terulur menyentuh botol parfum lalu membuka tutupnya guna mengendus aroma parfum tersebut. Naya yang tampak menikmati aroma parfum mahal milik Argio tertegun sejenak kala matanya tak sengaja menangkap begitu banyak foto wanita di bak sampah.

"Kenapa foto ini dibuang? Masih sangat bagus. Mereka terlihat sangat cantik." 

Naya memandangi lembaran foto wanita cantik yang entah memang sengaja dibuang. Beruntung Argio sudah tidak ada di mansion jika tidak mungkin pria itu akan marah besar bila mengetahui pelayannya menyentuh barang pribadinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status