Sepanjang perjalanan dalam mobil Argio terus menggenggam tangan Naya yang tampak malu-malu. Pria itu sedetik pun tak mengalihkan tatapannya dari wanita yang kini berstatus sebagai istrinya. Ia seperti anak muda yang kasmaran. Dan memandang Naya adalah keindahan yang takkan pernah membuatnya bosan."Setelah ini kamu akan membawa Naya ke mana?" tanya bu Ani yang tengah duduk di jok depan dan menoleh menatap mereka.Argio yang mendengar itu menatap bu Ani yang sudah berubah status sebagai mertuanya."Untuk sekarang aku akan menginap di rumah Ibu, tapi setelahnya akan membawa Naya dan Levin ke Jakarta.""Tapi bagaimana dengan toko bungaku?" Naya dengan cepat menimpali. "Kamu tenang saja, toko bungamu itu akan diurus anak buahku, apa perlu membuka toko bunga di Jakarta?" Argio balik bertanya.Naya terdiam sejenak dengan tawaran Argio. Namun, tak lama bu Ani kembali bersuara."Ibu setuju dengan usulan Argio, Nay. Kenapa tidak buka toko bunga lagi di Jakarta. Toko bunga kamu yang ada di sini
Naya mengusap dadanya berusaha menenangkan dirinya. Kedua tangannya gemetar dan tubuhnya terasa lemas karna rasa gugup yang ia rasakan memberikan reaksi seperti itu. Di tambah ia sangat terkejut ketika putranya masuk ke dalam kamar.Ia menyalakan keran air di wastafel lalu membasuh wajahnya. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin. Ada ketakutan dalam benaknya, ia merasa belum siap melayani Argio. Walau sudah 5 tahun berlalu, namun ingatan buruk itu masih membekas dalam kepalanya, meski kondisinya saat itu tengah mabuk.Naya menutup wajahnya, mencoba menyembunyikan ekspresi kesedihannya. Selama 5 tahun, ia telah berusaha dengan gigih untuk meredam bayangan buruk atas apa yang Argio lakukan padanya. Tapi kenapa saat Argio mencumbunya ia kembali mengingat kejadian buruk itu?Naya menghela napas berat. Ia harus melupakan itu semua, ia tidak ingin terus terjebak dalam masa lalu buruk itu. Lagipula Argio sudah menjadi suaminya dan pria itu berhak atas dirinya. Setelah cukup lama berada di k
Pagi, pukul 08:00Naya mencuci tangannya setelah selesai menggoreng ikan dan memasak beberapa menu makanan lainnya untuk sarapan pagi mereka. Ia merasa puas dengan hasil masakannya dan menatap ke arah bu Ani yang tengah sibuk membuat teh hangat dalam sebuah teko kecil."Bu, aku mandi dulu," ucap Naya sambil mengeringkan tangannya dengan serbet."Sekalian kamu antar teh untuk Argio," balas Bu Ani sambil menuangkan teh ke dalam cangkir."Nanti saja, Bu. Argio juga lagi keluar," jawab Naya."Keluar ke mana?" tanya Bu Ani dengan rasa penasaran."Katanya ngajak Levin jalan-jalan," jawab Naya sambil menggidikkan bahu. Wanita paruh baya itu mengangguk mengerti sambil tersenyum. Sementara itu, Naya bergegas ke kamarnya untuk segera membersihkan tubuhnya.Naya yang baru selesai membersihkan tubuhnya lalu keluar dari kamar mandi, ia tampak terkejut ketika mendapati Argio tengah duduk santai di kasur. Pria itu terlihat sibuk dengan macbook di tangannya. Naya menelan salivanya kasar dengan hati b
Argio memilih masuk ke dalam rumah, kegiatannya terganggu karna wanita asing itu. Ia melangkah masuk ke dalam kamar, senyumannya mengembang kala melihat Naya tampak sibuk memasukkan pakaian mereka ke dalam koper. Argio meletakkan macbook di atas meja, kemudian mendekati sang istri."Aku bantu, ya?" ucap Argio membuat Naya menoleh."Tidak usah, sebentar lagi selesai," balas Naya."Aku hanya membawa sebagian pakaian saja."Argio mengangguk. Ia diam memperhatikan wajah Naya. Kulit putih, bulu mata lentik, dan bibir merah berisi yang membuat ia tidak akan bosan memandangi dan menikmati keindahan yang ada pada istrinya. Argio masih ingat saat pertama kali bertemu dengan Naya, wanita itu terlihat biasa saja bahkan kulitnya tak seputih sekarang mungkin karna Naya sudah pandai merawat dirinya.Kening Naya mengernyit ketika melihat Argio terus memandanginya. "Kenapa melihatku seperti itu?" tanyanya penasaran.Argio menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, kamu cantik," puji Argio sambil tersen
Mobil yang Argio kendarai berhenti disebuah pantai yang tampak sepi, membuat kening Naya mengernyit. Levin langsung menatap keluar jendela mobil melihat hamparan pantai yang begitu indah di tambah pemandangan matahari yang mulai tenggelam. "Kenapa kita ke sini?" tanya Naya menoleh ke arah suaminya."Kita istirahat dulu, kamu pernah ke pantai?" Argio balik bertanya. Naya menganggukkan kepalanya."Dulu pernah, tapi sekarang tidak pernah ke pantai lagi.""Ayah, kita ke pantai mau apa? Menangkap ikan?" Celotehan lucu Levin membuat Argio tertawa. Ia mencubit gemas pipi bulat putranya."Tidak, hanya beristirahat saja. Memangnya Levin mau menangkap ikan?"Dengan cepat Levin mengangguk. Bocah itu langsung membuka tas ransel miliknya lalu mengeluarkan pancingan mainan yang ia bawa. Argio yang melihat itu kembali tertawa, bisa-bisanya Levin membawa itu."Ayo sekarang kita turun." Argio lebih dulu turun lalu membukakan pintu mobil untuk istri dan anaknya.Hembusan angin pantai yang segar menerp
Naya melangkah keluar dari kamar mandi setelah melihat keadaan sekitar kamar yang tampak sepi, sepertinya Argio kembali keluar dari kamar. Ia melangkah sambil memeluk dirinya, kini ia mengenakan lingerie yang mertuanya berikan. Naya melihat pantulan dirinya di dalam cermin dan mengulum bibirnya. Lingerie yang ia kenakan sangat transparan, sehingga membuat celana dalam dan bra yang ia kenakan terlihat jelas. Rasa malu menyelimuti wajahnya."Lebih baik aku tidak mengenakan ini, aku malu," gumam Naya dengan wajah yang memerah.Ia berencana untuk kembali ke kamar mandi, tetapi suara pintu yang terbuka membuat bola matanya membulat sempurna. Tanpa pikir panjang, Naya langsung melompat ke kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, sehingga hanya kepala yang terlihat. Naya merasa sangat malu dan berharap Argio tidak melihatnya dalam keadaan seperti ini.Argio masuk ke dalam kamar sambil membawa laptop miliknya. Pria itu tersenyum pada Naya yang bersandar di bahu ranjang, wajah Naya
"Silahkan di makan, Nona," ucap pelayan yang mengantarkan makanan untuk Naya.Pelayan berusia 30 tahunan itu tampak tersenyum-senyum melihat banyak bercak merah dibagian leher sang nona muda, membuat pelayan itu tidak bisa untuk tidak berpikiran kotor dengan apa yang ia lihat.Naya terlihat malu saat melihat arah tatapan pelayan. Ia menutupi seluruh tubuhnya sampai leher dengan selimut. "Terima kasih."Pelayan itu mengangguk lalu pamit undur diri dari kamar tersebut. Seharian Naya mengurung dirinya dalam kamar, ia benar-benar malu untuk sekadar menunjukkan wajahnya. Berbeda dengan Argio, pria itu seperti bunga mekar yang baru disiram air di pagi hari, dan saat ini Argio tengah pergi ke perusahaan karna ada sedikit masalah di sana.Dengan gerakkan lemas Naya mengambil makanan yang tersaji di meja. Dan saat ini ia tengah duduk bersandar di bahu ranjang. Dengan lahap ia menyantap makanan itu, bukan hanya kelaparan, namun tenaganya juga terkuras. Argio seperti singa yang sudah beberapa h
Argio keluar dari mobil dengan terburu-buru, saat mendapatkan kabar Naya pingsan. Ia segera pulang ke mansion tanpa memperdulikan pekerjaannya yang belum selesai. Wajah pria itu terlihat sangat panik bercampur khawatir."Bagaimana bisa dia pingsan?" bentak Argio yang tampak marah pada para pelayan."Saya tidak tahu Tuan, tiba-tiba Nona Naya sudah tergeletak di lantai. Awalnya Nona Naya mengeluh tidak enak badan," jawab Merry, sedangkan pelayan lain tertunduk ketakutan.Argio mendengus dengan perasaan campur aduk antara khawatir dan panik, ia melanjutkan langkahnya dengan tergesa-gesa menuju kamar, dan dengan kasar membuka pintu kamar. Langsung ia menghampiri Naya yang belum sadarkan diri di atas kasur.Saat melihat Naya yang lemah dan tidak sadarkan diri, Argio merasa hatinya teriris melihat wajah pucat Naya. Argio duduk di samping Naya dan memegang tangannya dengan lembut."Sayang, bangun," ucap Argio lembut. Ia mencium tangan Naya berkali-kali.Takut, itulah yang Argio rasakan saat