Share

15. Geng sekolah

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-06-01 02:56:14

"Jalang ...!" Anthony meraung dan mengangkat tangannya untuk membalas pukulan Laiba.

"Anthony!" Suara Bram otomatis menghentikan tangan Anthony di udara.

"Tapi ...?" Anthony melihat ke arah Bram dengan tatapan tidak puas, pipinya sangat merah bahkan hidungnya sangat sakit mungkin ada retakan.

"Kita tidak memukul wanita," jawab Bram sambil menatap ke arah Laiba, ada jeda sebentar sebelum Bram tersenyum penuh arti dan bergumam di dalam hati, "Gadis yang menarik."

Laiba sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan karena sudah menyinggung geng itu, kembali melepaskan sepatunya yang lain dan mengarahkan sepatu di tangannya ke depan wajah mereka secara bergantian. "Dia adalah orang ku, jika kalian berani menyentuhnya aku akan menginjak leher kalian."

Sejak datangnya dua pemuda kemudian disusul kedatangan Laiba di tempat itu baru sekarang pemuda yang sedari tadi sibuk dengan game di ponselnya mengangkat pandangannya, Makky melihat ke arah teman-temannya yang sedang menghadapi seorang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    29. Masih ada kencan buta lagi?"

    Laiba sedang duduk sendirian di sebuah restoran bertema outdoor dirinya memiliki janji bertemu dengan seorang klien, wanita itu memainkan daun ginkgo yang terbawa angin hingga jatuh di mejanya, jari jemari itu memutar daun ginkgo berwarna kekuningan itu kemudian mencari darimana datangnya daun itu karena tidak umum ditemukan pohon ginkgo disini karena biasanya hanya ada di Tiongkok, Korea dan Jepang tidak tahu bagaimana caranya orang yang menanam pohon itu dapat tumbuh begitu subur disini.Ketika Laiba sedang memperhatikan pohon besar itu pandangannya tanpa sengaja menemukan pengunjung lain yang duduk tepat di depannya berjarak beberapa meter nampaknya pemuda itu juga baru melihat Laiba mereka berdua saling berpandangan kemudian pemuda itu tersenyum kecil mengatakan beberapa kata pada laki-laki lainnya sebelum menghampiri Laiba."Hallo ... lama tidak bertemu," sapa Fang sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan."Hallo." Laiba menerima sapaan hangat itu. Laiba tidak tahu meng

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    28. Betina dan Binatang purba.

    "Lalu bagaimana Fang bisa mengenal ayah Anthony?""Anthony masih harus berkunjung ke rumah kakek neneknya jadi kadang membawa salah satu dari kami," jawab Makky sambil membuang sisa rokoknya."Kami sudah dari sekolah menengah pertama ikut berkunjung ke rumah kakek neneknya dan tentunya sudah sangat akrab tapi setelah kedua orang tua itu meninggal Anthony tidak lagi pernah pergi ke rumah itu dan juga rumah itu sudah dijual.""Bagaimana dengan ayahnya.""Tentu saja dia pergi semua tugasnya telah selesai tapi kasih sayang laki-laki itu begitu tulus aku dan Fang memiliki nomornya hanya untuk memberikan informasi apa yang dia tanyakan.""Anthony tahu tentang ini?""Jika ayahnya dan Fang tidak bicara tidak ada pihak lain yang tahu kecuali kamu.""Bahkan Bram.""Emm."Laiba terdiam bagaimana dirinya tidak tahu jika Makky adalah orang yang sangat dapat dipercaya dan memegang setiap janjinya."Tapi mengapa kamu memberi tahu aku?""Bukankah kamu seekor betina? Kamu bukan spesies manusia normal.

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    27. Ran dan Alkatiri

    Di awal saja Laiba sudah dibuat terkejut ketika tahu jika jarak mereka bukan 20 tahun melainkan 16 tahun."Mereka masih kelas 10," lanjut Makky dengan suara lirih. Saat ini laki-laki itu hanya mengulang apa yang pernah didengarnya akan tetapi seperti ikut menanggung tanggung jawab dan beban di pundaknya."Bagaimana bisa?" suara Laiba melemah.Kedua orang tua Anthony adalah teman masa kecil sekaligus tetangga rumah mereka sangat dekat, ayahnya bernama Alkatiri sedangkan ibunya Ran. Ibu Alkatiri sudah meninggal dan hanya tinggal bersama ayahnya sedangkan ayahnya sering berlayar meninggalkan putranya sendiri di rumah."Alkatiri, datanglah," panggil ibu Ran yang tidak tega melihat Alkatiri duduk termenung sendiri di depan rumah menunggu kepulangan ayahnya yang tidak pasti kapan datangnya.Hubungan dengan keluarga Ran cukup baik hingga keluarga Ran sering mengundang anak itu untuk makan malam seiring waktu Alkatiri menganggap jika Ran seperti adiknya sendiri dan selalu menjaganya tapi gad

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    26. Hujan tidak akan menyakitiku

    "Apa anak itu masih mengganggumu?" tanya Makky ketika panggilan itu terhubung."Tidak, dia sudah pergi.""Lalu?""Aku hanya ingin mendengarkan suaramu." Ketika Laiba mengatakan itu tepat ketika staff itu menyapanya dan Laiba hanya mengangguk pelan sebagai balasan dalam hitungan detik pandangannya bertemu dengan mata milik Dedalu."Jangan membuat asam lambungku naik," seru Makky ketika mendengar omong kosong Laiba.Laiba hanya tertawa kecil sambil terus masuk dan menaiki tangga untuk ke ruangannya karena tidak tahu harus mengatakan apa Laiba teringat tentang Fang dan mengatakan pada Makky jika baru saja melihat pemuda itu bersama dengan laki-laki itu + betapa nyamannya mereka berdua."Berapa lama tidak bertemu dengannya?""Cukup lama.""Bagaimana pendapatmu tentang hubungan mereka.""Tidak ada pendapat. Itu urusan mereka aku punya banyak hal yang harus aku perhatikan.""Dia sahabatmu.""Lalu? punya hak apa aku mengatur kehidupannya? Diapun sebenarnya tidak ingin terjerat dalam hubungan

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    25. Laki-laki bermulut perempuan

    "Bagaimana apakah itu sesuai selera mu?""Ini baik-baik saja," jawab Laiba dengan malas dan mengambil suapan kecil tanpa gairah."Aku hanya memesan beberapa yang menurutku itu baik apakah perlu aku pesankan yang lainnya?""Ini cukup.""Kamu tidak perlu sungkan lagi pula tidak apa-apa jika seorang wanita memiliki nafsu makan yang banyak."Ingin rasanya memasukkan semua makanan ini ke mulutnya agar berhenti bicara Laiba baru saja bangun tidak memiliki banyak tenaga untuk meladeni pemuda ini lagi pula otaknya belum benar-benar terkumpul dan sudah harus bergulat dengan Bram yang terus bicara tanpa henti."Aku akan ke toilet," ucap Laiba dan menyerahkan semua makanan itu pada Bram, "Aku sudah selesai."Laiba pergi dan duduk di dalam toilet menyandarkan kepalanya yang sedikit pusing menggunakan dua jarinya untuk memijat pelipisnya pelan, perjalanan masih ada beberapa jam lagi dan bagaimana Laiba harus menghadapi pemuda bermulut perempuan itu. Laiba mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    24. Kesempatan yang diciptakan

    Dua bulan setelah Laiba menghadiri acara ulang tahun Bram kini wanita itu sedang menghadiri sebuah event di Paris sama sekali tidak berharap jika Bram kini sudah duduk di depannya jauh-jauh menyusulnya ke sini dengan alasan ada pekerjaan."Masih ada pekerjaan yang belum diselesaikan di sini?" tanya Bram sambil terus memandangi Laiba yang hanya terhalang meja di depannya."Tidak ada," jawab Laiba jujur semuanya sudah selesai hari ini."Kapan kembali ke Surabaya?""Besok.""Tidak ingin pergi berkeliling dulu banyak tempat yang menarik di sini?""Kami sudah membeli tiket pulang untuk besok pagi.""Sayang sekali." Bram berhenti sejenak kemudian seperti mendapatkan ide. "Bagaimana jika aku mengganti tiket pesawat kepulangan kalian?""Itu cukup merepotkan mu," jawab Laiba lugas, "Kami berlima itu terlalu banyak dan mahal lagi pula kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus kami segera selesaikan tidak ada waktu untuk bermain-main."Bram sedikit canggung dengan sikap Laiba yang lugas da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status