Home / Romansa / Pelukan Dingin Tuan Muda / 29. Masih ada kencan buta lagi?"

Share

29. Masih ada kencan buta lagi?"

Author: Qima
last update Huling Na-update: 2025-06-03 01:45:18

Laiba sedang duduk sendirian di sebuah restoran bertema outdoor dirinya memiliki janji bertemu dengan seorang klien, wanita itu memainkan daun ginkgo yang terbawa angin hingga jatuh di mejanya, jari jemari itu memutar daun ginkgo berwarna kekuningan itu kemudian mencari darimana datangnya daun itu karena tidak umum ditemukan pohon ginkgo disini karena biasanya hanya ada di Tiongkok, Korea dan Jepang tidak tahu bagaimana caranya orang yang menanam pohon itu dapat tumbuh begitu subur disini.

Ketika Laiba sedang memperhatikan pohon besar itu pandangannya tanpa sengaja menemukan pengunjung lain yang duduk tepat di depannya berjarak beberapa meter nampaknya pemuda itu juga baru melihat Laiba mereka berdua saling berpandangan kemudian pemuda itu tersenyum kecil mengatakan beberapa kata pada laki-laki lainnya sebelum menghampiri Laiba.

"Hallo ... lama tidak bertemu," sapa Fang sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Hallo." Laiba menerima sapaan hangat itu. Laiba tidak tahu meng
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    114. Rahasia besar

    "Kenapa kamu datang?" tanya Makky."Ge," panggil Bram lagi karena bukan itu yang diharapkan keluar dari mulut Makky.Makky menoleh dengan menggunakan tatapannya yang menghipnotis membuat Bram tidak lagi bisa protes. Laki-laki besar itu dengan wajah cemberut yang kini memiliki beberapa luka di wajahnya mengambil undangan yang ada di balik jasnya yang kusut, Bram menyerahkan selembar undangan itu pada saudaranya hanya dengan sekali pandang Makky sudah dapat melihat apa isinya. Tangannya mencengkram kuat undangan itu tatapannya hanya tertuju pada satu nama di sana. Saat Makky terus menatap undangan itu laki-laki di sampingnya sudah tidak tahan lagi."Ini undangan milikmu yang aku ambil di meja kerjamu," ucap Bram dengan tatapan rumit bergantian melihat undangan di tangan Makky juga wajah saudaranya."Lalu?" sahut Makky tanpa mengalihkan pandangannya dari undangan di tangannya."Kamu mendapatkannya, kenapa hanya kamu sedangkan aku tidak mendapatkannya?""Mungkin milikmu belum sampai," ja

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    113. Bertikai setelah bergulat

    Bram datang dengan membawa undangan pernikahan Laiba di tangannya menuju tempat tinggal Makky dan Dahayu. Melihat mobil Makky yang terparkir di depan rumah menandakan jika sang pemiliknya ada di rumah. Bram sudah beberapa kali datang ke tempat ini ketika datang untuk kesekian kalinya Bram tidak lagi mengetuk pintu lagi ketika akan masuk, tidak perlu begitu banyak sopan santun tempat itu adalah kediaman keluarganya sendiri.Karena terbawa suasana hati yang buruk Bram langsung membuka pintu itu tanpa banyak berpikir, hanya saja Bram tidak pernah mengira jika hal pertama yang dilihatnya bukanlah saudaranya ataupun iparnya malah seorang laki-laki yang sedang telanjang bulat bermain gila di ruang tengah. Awalnya Bram berpikir jika itu saudaranya namun tidak mungkin Makky tidak cukup punya malu bercinta di tempat terbuka seperti ini meskipun di rumahnya sendiri tapi pintu tidak dikunci dan masih terlalu dini untuk melakukan hal itu di sini."Sejak kapan gege menjadi bodoh," umpat Bram samb

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    112. Menjadi orang asing

    Laiba duduk berhadapan dengan ayah Dedalu mereka cukup tenang memainkan permainan itu, jauh lebih tenang daripada biasanya karena laki-laki itu sedikit bicara dan tidak begitu antusias, permainan laki-laki itu juga sedikit buruk."Apakah ayah sakit?" tanya Laiba sambil memperhatikan raut wajah laki-laki di depannya."Tidak," jawab ayah Dedalu."Itu berarti ayah sengaja mengalah dariku, permainanmu begitu buruk hari ini.""Mungkin ayah kelelahan atau ayah sudah lapar saatnya kita makan malam," sahut laki-laki itu mencoba mencairkan suasana, laki-laki itu sedikit canggung karena mengetahui permasalahan yang telah terjadi pada anak-anaknya.Laki-laki itu tertawa canggung Laiba hanya memperhatikan ayah Dedalu yang mencoba menghiburnya."Anak itu sudah bicara padamu?" tanya ayah Dedalu ragu-ragu."Tentang apa?""Kapan kamu siap tinggal bersama kami?""Aku belum memikirkan itu ayah," jawab Laiba sambil tersenyum tipis dan tidak lagi menatap mata laki-laki tua di depannya."Jangan pikirkan a

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    111. Berkompromi dengan keadaan

    Gelas berisi air itu jatuh berserakan di lantai sampai Zumi terkejut bukan main saat Laiba menjatuhkan gelas ketika akan minum."Ada apa?" tanya Zumi pelan pada Laiba yang berdiri menatap lantai yang berantakan karena kecerobohannya.Laiba hanya menggeleng pelan dengan keningnya yang berkerut tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, awalnya Laiba hanya ingin minum namun tiba-tiba tangannya kehilangan kekuatannya sampai tidak bisa menopang beratnya gelas yang hanya beberapa gram."Mungkin kamu kecapean, istirahatlah dulu."Laiba menurut membuat dirinya duduk di kursi namun pandangannya masih tertuju pada lantai yang dikotori olehnya, Zumi segera membersihkan kekacauan ini."Jika tubuhmu masih belum sehat tidak perlu memaksakan untuk pergi bekerja lagipula masih bisa online. Tubuhmu masih digunakan untuk waktu yang lama pekerjaan apapun tidak akan pernah ada habisnya." Zumi terus bicara sambil membersihkan lantai."Aku bosan di rumah sendirian," sahut Laiba pelan sambil memutar kursi

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    110. Berkompromi

    Laiba terpaku di tempatnya begitu juga Dedalu yang ada di belakangnya, dua orang di dalam terkejut melihat seorang wanita berdiri di depan pintu depan wajah yang sulit untuk diartikan, tatapannya sekilas menakutkan namun segera berganti dengan tatapan sendu."Ibu," ucap Dedalu dengan raut berkerut. Segera keluar untuk menemui ibunya namun segera tangannya di tangkis saat akan menyentuh tangan ibunya hal itu membuat Dedalu semakin terkejut.Dedalu tidak menyangka jika ibunya yang sudah pulang kini kembali lagi dan dilihat dari raut wajahnya nampaknya wanita itu sudah mendengar banyak pertengkaran antara dirinya dan Laiba."Jika ponselku tidak tertinggal aku masih akan menjadi orang yang bodoh karena tidak tahu apapun," ujar wanita itu pada putranya.Nada bicara wanita itu tidak enak di dengar namun segera berubah ketika bicara pada Laiba. Laiba merasa sedikit canggung melihat keberadaan calon mertuanya di depannya terlebih sekali wanita itu datang mendekatinya."Laiba," ucapnya pelan d

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    109. Laki-laki tidak bermoral

    Dedalu terbakar cemburu ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana tunangannya bercengkrama penuh tawa bersama dengan laki-laki lain di tempat umum meskipun jarak mereka jauh akan tetapi tetap saja Dedalu tidak bisa untuk tidak cemburu pada laki-laki itu, Laiba bukanlah seseorang yang pengangguran kerap bertemu seorang laki-laki di luar Dedalu masih bisa mentolerir itu karena dirinya juga seorang yang berkutat dengan para wanita di batas wajar namun sejak awal Dedalu paling tidak bisa jika itu menyangkut laki-laki itu.Terlebih Dedalu tahu bagaimana mereka dulu begitu dekat sampai Makky bisa keluar masuk dengan mudah ke apartemen ini. Dedalu berpikiran sempit juga dibakar cemburu ketika melihat wanitanya tersenyum begitu manis pada laki-laki lain. Karena rasa cemburu yang didiamkan begitu lama juga pengaruh dari cairan laknat itu Dedalu menjadi seorang penjahat untuk Laiba di malam ternodai itu. Pertahanan Laiba hancur, kepercayaan Laiba berantakan dan sekarang wanita itu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status