Home / Romansa / Pelukan Dingin Tuan Muda / 97. Sebagai udara

Share

97. Sebagai udara

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-07-30 21:08:50

Laiba sibuk dengan belanjaannya bersama Dedalu namun masih bisa merasakan tatapan dari Dahayu dibelakangnya meskipun wanita itu berjarak cukup jauh namun masih terus mengawasi interaksi antara keduanya, Laiba bersikap biasa-biasa saja di bawah pengawasan Dahayu menganggap wanita itu seperti udara.

"Sebenarnya kamu ada masalah apa dengan Dahayu?" tanya Dedalu yang masih melihat keberadaan Dahayu yang juga sedang belanja namun terus menerus melihat ke arah mereka.

"Tidak ada," jawab Laiba dengan cepat namun masih sibuk dengan barang-barangnya.

"Apakah aku tadi mengganggu kalian bicara?"

"Tidak."

"Tapi aku merasa Dahayu masih ingat bicara denganmu, kalian bisa bicara lagi aku akan membawa ini ke kasir."

Laiba tidak menyahut namun hanya membuang muka kemudian membawa sendiri belanjaan mereka ke kasir. Laiba tidak menganggap keberadaan Dahayu dan tatapan penuh tanya Dedalu, sejak awal Laiba sudah mengetahui hubungan gelap wanita itu dengan kekasihnya membuatnya tidak tertarik akan hal itu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    98. Dirundung kemalangan

    Laiba menggunakan pakaian serba hitam juga kacamata dengan warna senada, Laiba hanya diam ketika proses pemakaman itu memperhatikan satu persatu orang-orang yang tidak seberapa menghadiri acara pemakaman Alkatiri. Orang-orang kenalan Alkatiri perlahan pergi satu persatu meninggalkan orang-orang terdekat Fang.Lima sahabat sejak sekolah itu kini berkumpul kembali, di dalam situasi berduka cita. Laiba, Dahayu masih bertahan di tempatnya menunggu Anthony yang masih belum bisa menerima kenyataan ini. Sedangkan Dedalu sudah akan pergi karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan."Aku pergi dulu," ujar Dedalu setengah berbisik pada Laiba dan dibalas dengan anggukan kecil.Anthony masih berjongkok di bawah dan Poppy menemani disampingnya, di saat Anthony nampak lemah dan akan terpuruk lagi Poppy dengan cepat memeluknya, tidak ada kata penghibur keluar dari mulutnya namun Poppy berusaha untuk selalu ada di samping laki-laki itu.Lokasi pemakaman Alkatiri terletak dipinggiran kota tepatn

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    97. Sebagai udara

    Laiba sibuk dengan belanjaannya bersama Dedalu namun masih bisa merasakan tatapan dari Dahayu dibelakangnya meskipun wanita itu berjarak cukup jauh namun masih terus mengawasi interaksi antara keduanya, Laiba bersikap biasa-biasa saja di bawah pengawasan Dahayu menganggap wanita itu seperti udara."Sebenarnya kamu ada masalah apa dengan Dahayu?" tanya Dedalu yang masih melihat keberadaan Dahayu yang juga sedang belanja namun terus menerus melihat ke arah mereka."Tidak ada," jawab Laiba dengan cepat namun masih sibuk dengan barang-barangnya."Apakah aku tadi mengganggu kalian bicara?""Tidak.""Tapi aku merasa Dahayu masih ingat bicara denganmu, kalian bisa bicara lagi aku akan membawa ini ke kasir."Laiba tidak menyahut namun hanya membuang muka kemudian membawa sendiri belanjaan mereka ke kasir. Laiba tidak menganggap keberadaan Dahayu dan tatapan penuh tanya Dedalu, sejak awal Laiba sudah mengetahui hubungan gelap wanita itu dengan kekasihnya membuatnya tidak tertarik akan hal itu

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    96. Jangan buang waktuku.

    Laiba sengaja meluangkan waktunya datang ke toko perabotan untuk membeli sebuah kursi, kursi kerjanya kurang nyaman dan membuat punggungnya sakit, sebenarnya tidak perlu repot-repot datang langsung bisa saja Laiba membelinya secara online namun untuk kenyamanannya Laiba memilih datang langsung karena akan digunakan untuk jangka panjang dan lagipula sekalian ingin belanja beberapa bahan makanan."Aku rindu masakan rumahan itu," gumam Laiba membayangkan wajah orang tua Dedalu sedang tersenyum cerah ketika Laiba berkunjung.Laiba begitu sibuk hingga sangat jarang berkunjung namun kedua orang tua Dedalu masih sering menghubunginya walaupun hanya mengucapkan beberapa patah kata tidak penting akan tetapi itu sudah menghangatkan hati Laiba."Selamat datang, nona ingin membeli apa?" sambut seorang perempuan cantik pada Laiba ketika baru masuk toko furniture itu."Kursi," jawab Laiba singkat."Silahkan aku akan tunjukkan beberapa contoh dan ini katalognya.""Saya akan lihat katalognya terlebih

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    95. Aku pencemburu

    "Aku lapar," ujar Laiba pada Dedalu yang masih terus menggenggam tangannya dengan erat untuk keluar dari restoran itu.Dedalu tidak menghiraukan ucapan Laiba dan masih terus berjalan cepat untuk segera pergi sejauh mungkin dari tempat itu, Laiba sedikit menarik tangannya hingga langkah mereka sedikit lebih pelan daripada sebelumnya."Aku lapar," ucap Laiba lagi."Bukankah kamu baru saja dari restoran?" Dedalu berhenti kemudian menoleh ke belakang menatap Laiba yang juga sedang menatapnya."Makananku belum sampai," sahut Laiba dengan cepat. "Ayo makan dulu.""Aku sudah kenyang.""Makan cemburu?" Laiba tertawa kecil mengejek Dedalu."Suasana hatiku sedang buruk lebih baik kita pulang saja," jawab Dedalu."Lalu apa yang kamu pikirkan ketika aku melihatmu berinteraksi dengan begitu banyak model-model itu?" tanya Laiba dengan alis terangkat."Aku hanya bekerja.""Kamu pikir kami sedang berkencan? Kami hanya kebetulan bertemu di tempat itu.""Aku hanya mencoba profesional bahkan aku tidak t

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    94. Menahan diri

    Laiba duduk sambil menyilangkan kakinya mengawasi kekasihnya yang sedang bekerja, Laiba sangat tahu jika profesi ini selalu berkutat dengan wanita cantik nan seksi namun berbeda jika melihatnya langsung. Dedalu sedang melakukan pemotretan dengan puluhan wanita cantik yang seksi sedangkan Laiba hanya bisa melihatnya dari samping, tidak boleh punya rasa cemburu karena itu adalah pekerjaannya."Kamu tidak merasa bosan kan menemani aku bekerja?" tanya Dedalu sambil menghampiri Laiba.Laiba hanya menggeleng pelan sebagai tanggapan. Laiba bukan menemani Dedalu bekerja namun Dedalu sendiri yang ingin kekasihnya ikut bersamanya karena tahu jika Laiba sedang libur.Waktu istirahatnya hanya 10 menit dan digunakan Dedalu untuk menghampiri Laiba dan minum. Bicara beberapa hal kecil yang sama sekali tidak menarik untuk Laiba karena tidak cukup tahu arah membicarakannya namun jika Dedalu bicara soal kostum barulah Laiba dapat menjawab dan mengutarakan pendapatnya."Aku tidak tahu apa yang kurang d

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    93. Semangkok mie pedas

    Mungkin karena perhatian dan kasih sayang yang ditujukan Dedalu padanya membuat Laiba memiliki toleransi berlebih pada laki-laki ini. Pada akhirnya Laiba masih pergi jalan-jalan bersama dengan Dedalu atas bujukan laki-laki itu."Kamu ingin makan apa?" tanya Dedalu saat mereka baru saja masuk ke dalam pusat perbelanjaan yang cukup ramai pengunjung itu."Apapun.""Setiap wanita pasti akan bilang terserah namun ketika pihak laki-laki menyebutkan banyak jenis makanan tidak satupun yang sesuai.""Kamu sedang menyamakan aku dengan mantanmu lagi?" tanya Laiba santai."Ti-tidak.""Meskipun aku bukan tukang makan namun aku bukan pemilih," sahut Laiba tenang."Aku hanya membicarakan tentang kebiasaan banyak wanita bukan individual.""Terserah. Sekarang kamu sedang bersamaku jadi tidak perlu membandingkan aku dengan mantanmu ataupun wanitamu yang lain. Mereka adalah mereka dan aku adalah aku.""Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu marah." Dedalu mencoba merayu juga membujuk Laiba."Aku tidak mara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status