Início / Romansa / Pelukan Hangat Musuh Keluarga / BAB 2. Lelaki Berwajah Sangar

Compartilhar

BAB 2. Lelaki Berwajah Sangar

Autor: depdep
last update Última atualização: 2025-10-02 07:01:18

Alisia terlahir dari rahim Margaret, yang dulu merupakan salah satu pelayan di rumah keluarga Patel. Kecantikan dan keindahan tubuhnya membuat Ethan begitu tertarik.

Ethan memang meniduri Margaret secara paksa untuk pertama kalinya. Lelaki itu begitu menginginkan Margaret sehingga nekat menodai wanita itu.

Tapi malam kedua dan malam-malam berikutnya dilakukan atas kemauan kedua belah pihak. Margaret yang sudah terlanjur basah, tidak menolak untuk menceburkan dirinya sekalian.

Sehingga dari hubungan keduanya, Alisia bisa terlahir ke dunia ini dengan membawa sebutan sebagai putri tidak sah atau anak haram.

Alisia mengingat kembali perbincangannya dengan sang ibu di suatu sore.

"Ibu tau kalau Ibu salah, Sia. Tapi karena sudah terlanjur dinodai, Ibu coba saja untuk nikmati apa yang ditawarkan Papa sebagai ganti rugi atas apa yang sudah dia lakukan."

Semua orang boleh memandangnya buruk karena menjadi simpanan. Tapi Margaret tidak ingin Alisia membenci dirinya.

"Dan apa Ibu pikir itu adalah keputusan yang tepat dan membuat Ibu bahagia?"

Margaret tersenyum sendu. "Ibu bahagia karena memiliki kamu."

"Padahal Ibu punya pilihan untuk pergi dari sini dan mencari kehidupan yang lebih baik. Kenapa tidak melakukannya?"

Margaret balik bertanya. "Apa kamu pikir akan ada kehidupan yang lebih baik menanti Ibu diluar sana? Padahal bagi Ibu, bisa bekerja di rumah ini saja sudah terasa luar biasa?"

Margaret tidak mengetahui dari mana asal usulnya dan siapa keluarganya karena sejak kecil sudah berada di panti asuhan. Wanita itu dibuang didepan panti asuhan saat masih bayi.

Setelah keluar dari sana karena usianya sudah dewasa, Margaret bekerja di banyak tempat sebelum berakhir di rumah ini sebagai seorang pelayan.

"Ibu benar. Aku ingat Ibu pernah bercerita kalau saat diluar sana, kehidupan Ibu begitu keras. Ibu baru bisa makan dengan baik dan tidur nyenyak setelah bekerja di rumah ini."

Cerita hidup ibunya sudah berulang kali Alisia dengar. Bahkan sejak dirinya masih kecil hingga sudah menjadi seorang remaja.

"Apa kamu malu dengan status Ibu sebagai wanita simpanan Papa?"

Alisia menggeleng. "Dibandingkan malu, aku merasa iba pada Ibu. Andai aku punya kesempatan dan kemampuan, aku akan bawa Ibu pergi dari sini. Ibu tau kan, kalau Papa tidak mencintai Ibu?"

Dengan terang-terangan Alisia mempertanyakan hal yang berhubungan dengan perasaan. Seakan tidak peduli ibunya akan sakit hati atau tidak saat mendengar itu.

"Tentu saja Ibu tau kalau Papa hanya menyukai tubuh Ibu. Karena sejak awal dia mengaku kalau tidur dengan Ibu lebih memuaskan baginya dibandingkan bersama istrinya. Nyonya Barbara tau itu sehingga tidak bisa mengusir Ibu keluar dari rumah ini."

"Lalu bagaimana dengan perasaan Ibu sendiri? Apa Ibu mencintai Papa?" Penasaran dengan itu, Alisia pun bertanya tanpa ragu.

"Baik dulu hingga sekarang, Ibu tidak pernah menaruh hati pada Ethan."

"Itu hal melegakan. Karena Ibu akan semakin terluka kalau mencintainya. Dan Nyonya Barbara lebih tidak senang lagi karena berpikir Ibu ingin merebut posisinya."

"Ibu sama sekali—uhuk...uhuk..."

"Batuk Ibu semakin parah, bahkan sekarang mengeluarkan darah. Apa obat yang diberikan dokter tidak ampuh?"

Alisia bertanya panik. Kondisi kesehatan ibunya akhir-akhir ini semakin memburuk.

"Jangan cemas, Sia. Ibu baik-baik saja."

"Apanya yang baik-baik saja? Bukan batuk biasa tapi sudah berdarah. Ibu harus kembali menemui dokter."

Margaret mengusap tangan putrinya lembut. "Besok Ibu akan memanggil dokter untuk datang. Jadi jangan cemas. Mungkin karena tadi udara terasa begitu dingin saat Ibu duduk di taman."

"Apa Nyonya Barbara kembali mengajak Ibu minum teh bersama?" tanya Alisia tidak senang.

"Tolong jangan berpikiran buruk lagi, Sia. Dengan sikap Nyonya yang sedikit melunak, bukankah itu hal bagus untuk Ibu?"

"Tapi Ibu lupa kalau Ibu menjadi seperti ini setelah menemani Nyonya minum teh untuk pertama kalinya. Dan semakin memburuk setiap kali menemaninya di taman. Wajar bukan kalau sikapnya yang berbeda dari biasanya membuatku curiga?"

Tak lama setelah pembicaraan mereka sore itu, Margaret pun meninggal dunia. Kebencian Barbara kemudian berpindah pada Alisia sehingga kehidupan gadis muda itu berubah drastis.

Mulai dari kamarnya dipindahkan ke dekat kamar pelayan. Alisia dilarang untuk bergabung dengan anggota keluarga saat makan bersama, kecuali saat dirinya diputuskan untuk menikah dengan Reed Kensington.

Wajar saat itu Alisia begitu heran karena pelayan mengingatkannya untuk ikut makan malam bersama atas perintah Barbara. Karena wanita itu tidak akan membiarkan putrinya yang menjadi tawanan untuk keluarga Kensington.

"Aku sangat berharap kalau kamu tidak pernah punya kesempatan untuk kembali ke rumah ini. Aku harap kamu mati dengan menyandang nama dari keluarga menjijikkan itu."

Itu lah yang dikatakan Barbara setelah makan malam selesai dilaksanakan.

"Berikan satu hal saja untuk saya saat hari pernikahan nanti."

Barbara menatap Alisia sinis. "Dasar tidak tau diri. Hadiah apa lagi yang kamu harapkan setelah saya ijinkan kamu berada di dalam keluarga ini?"

"Saya harap anda tidak lupa kalau saya ada di rumah ini atas dasar tanggung jawab Papa."

"Kalau bukan atas ijinku, kamu bahkan sudah lenyap tanpa sempat dilahirkan." Barbara melangkah, meninggalkan Alisia yang mengepalkan tangannya.

"Saya hanya meminta satu jawaban dari anda saat hari pernikahan saya nanti. Apa itu terlalu sulit?"

Langkah Barbara yang terhenti dianggap Alisia sebagai tanda kalau wanita itu mau mendengarkannya.

"Kematian ibu saya ada kaitannya dengan anda bukan?"

"Tuduhan itu lagi. Apa—"

"Saat saya menikah nanti, tolong jawab pertanyaan itu dengan kejujuran. Hanya itu yang saya minta."

Namun sayangnya penolakan Alisia terhadap pernikahan lebih besar dibandingkan rasa ingin tau atas jawaban Barbara. Sehingga Alisia pun melarikan diri dari kediaman Patel.

Alisia ingat terakhir kali ada cahaya menyoroti dirinya. Tapi kenapa sekarang punggungnya seperti menekan sesuatu yang empuk?

Rasanya seperti sedang berbaring diatas kasur ibunya.

Karena menjadi wanita yang paling sering dikunjungi Ethan, tentunya kasur yang digunakan Margaret bukan sekedar kasur tipis seperti di kamar pelayan.

Alisia mengerang sebelum membuka matanya perlahan. Lukisan cantik yang ada pada langit-langit kamar langsung memanjakan matanya.

"Aku ada dimana?" gumam Alisia dengan raut terpana.

"Kamu ada di kamarku."

Alisia terperanjat karena mendengar suara berat seorang lelaki. Menoleh ke samping, Alisia berteriak keras. "Aaaaaa..."

Matanya langsung melebar saat lelaki berbadan besar dan berwajah sangar itu menindih tubuhnya.

Rambut panjang lelaki itu terasa menggelitik sebagian wajah hingga leher Alisia sehingga membuatnya gemetar.

Teriakan Alisia pun tak lagi terdengar karena mulutnya dibekap oleh telapak tangan yang besar dan juga terasa kasar.

"Aku tidak akan menarik tanganku kalau kamu masih berpikir untuk berteriak."

***

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Pelukan Hangat Musuh Keluarga   BAB 10. Ayo Lakukan Lagi

    Perutnya terasa bergejolak padahal hanya mencicipi segelas alkohol saja. Kepalanya pun juga terasa sedikit pusing. Walau keduanya tidak begitu menyebalkan karena Alisia masih bisa menahan serangan pada tubuhnya ini. Meski begitu, Alisia tidak menyangka kalau pertama kali mencoba, dia akan berakhir seperti sekarang. Padahal semua kakaknya tampak begitu menikmati setiap kali minum-minum dan tidak tumbang seperti dirinya. Tapi yang lebih membuat Alisia merutuki diri dan menyesal, dia terbangun dalam kondisi yang tidak pantas. Di bawah selimut, Alisia mendapati dirinya dalam kondisi telanjang bersama dengan Ken di sebelahnya. Badan Alisia dipenuhi dengan jejek kemerahan. Mulai dari dada, perut hingga sampai ke pahanya. Melihat semua itu membuatnya merinding. Meski baru pertama kali mengalami ini, bukan berarti Alisia tidak mengetahui apa yang sudah terjadi. Dia tidak sepolos itu karena pendidikan seks juga dia dapatkan dari gurunya yang menyebalkan. Bahkan Alisi

  • Pelukan Hangat Musuh Keluarga   BAB 9. Pengalaman Pertama

    Lenguhan dan desahan Alisia terus terdengar tanpa henti dan memenuhi ruang makan, ketika Reed terus memberikan rangsangan pada bagian bawah tubuhnya. Perempuan itu masih sulit untuk tenang, tapi tak terlihat ingin menjauh. Seakan belum ingin menyudahi hal ini, Reed masih memainkan bibir dan lidahnya diantara kedua paha Alisia. Hingga cairan perempuan itu seakan tidak bisa berhenti keluar. "Reed... euhm... aku..." Remasan Alisia pada rambutnya sama sekali tidak mengganggu Reed. Karena ada satu hal yang diinginkan lelaki itu sekarang. Membuat Alisia semakin basah dan siap untuk dia masuki pertama kalinya. Reed tidak boleh meninggalkan trauma karena rasa sakit disaat memberikan pengalaman pertama pada Alisia. Karena hal itu sebagai penentu apakah malam berikutnya akan dia dapatkan dengan mudah atau tidak. "Tunggu... pipis... aku... aahh..." Pinggang Alisia sedikit terangkat hingga menghentak-hentak ketika orgasme pertama sepanjang hidupnya baru saja

  • Pelukan Hangat Musuh Keluarga   BAB 8. Perempuan Milik Reed

    Reed Kensington adalah putra pertama dari Liam Kensington bersama mendiang istrinya, Nathalia Kensington. Lelaki itu merupakan yang tertua dari para Kensington dalam generasi yang sama. Tiga bersaudara dimana dua adiknya adalah sepasang anak kembar yang berusia jauh di bawahnya. Sejak berumur lima tahun, Reed sudah melihat dunia seperti apa yang digeluti oleh keluarga besarnya. Lelaki itu pun juga sudah mulai mempelajari usaha keluarganya. Reed tumbuh sesuai dengan ajaran yang dia terima dari sang ayah dan para pamannya. "Dari luar kita memang terlihat seperti keluarga kaya dengan perusahaan yang sudah berdiri kokoh puluhan tahun lamanya. Tapi nyatanya di dalam, kita tidak sebersih yang dipikirkan orang." Reed berbincang dengan sang ayah di suatu siang saat dirinya mengunjungi salah satu arena tempat orang-orang mereka berada. Saat itu, Reed baru beranjak remaja. Dia rajin datang kesana untuk latihan bela diri dan menembak. Kalau tidak diingatkan untuk pulang, di

  • Pelukan Hangat Musuh Keluarga   BAB 7. Rasa Ciuman Pertama

    Suasana di ruang makan jelas sudah berubah menegangkan bagi semua yang ada disana kecuali Ken dan Alisia. Para pelayan mulai gemetar bahkan hampir semuanya berusaha untuk mengalihkan pandangan dari betapa gelapnya raut wajah sang majikan sekarang. Ken memang lelaki menakutkan dan mengerikan, siapa yang tidak mengetahui itu? Tapi selain orang yang hampir mati di tangannya, siapa lagi yang berani mengatakan itu tepat didepan matanya selain perempuan yang sudah mabuk itu? Tapi setelahnya mereka terkesiap saat melihat bagaimana nona muda yang semalam dibawa sang majikan ke dalam rumah ini sudah meninggalkan kursi. Kurang dari lima detik kemudian, Alisia beralih duduk diatas pangkuan sang majikan. "Aku mohon jangan katakan padanya kalau calon istrinya— tidak, maksudku calon tawanannya ada disini." Alisia mengusap dada Ken, mencoba memberi bujukan yang nyatanya membuat sang lelaki malah menatapnya tertarik. "Kamu benar-benar sudah mabuk sekarang." Dengan

  • Pelukan Hangat Musuh Keluarga   BAB 6. Bayar Dengan Ciuman

    "Oke, Alisia. Salam kenal."Sudah pasti Alisia tidak mengharapkan tanggapan yang seperti ini.Dia membutuhkan nama. Akan lebih baik lagi nama keluarga dari lelaki ini agar Alisia tau dimana keberadaannya sekarang.Alisia masih ingat nama-nama keluarga besar yang pernah disebutkan selama pendidikannya berlangsung. Baik itu keluarga yang menjadi musuh, maupun yang pernah dan sedang menjalin kerja sama dengan keluarga Patel.Dan dengan mengetahui nama keluarga lelaki ini, Alisia bisa tau dirinya sedang berada di tangan musuh keluarganya atau bukan. Sehingga dia bisa berhati-hati selama masih berada disini."Lalu bagaimana dengan namamu? Kamu belum mengatakannya padaku."Lelaki itu mendekat, berdiri menjulang tinggi dan besar didepan Alisia yang jadi terlihat kecil. "Kamu yakin ingin mendengar namaku?"Alisia mengangguk. "Karena memang seharusnya aku tau namamu bukan?"Tapi Alisia pikir akan lebih baik lagi kalau dirinya tidak berada di dalam keluarga yan

  • Pelukan Hangat Musuh Keluarga   BAB 5. Nama

    Rasanya begitu aneh saat makan malam di meja makan sepanjang ini tapi hanya berdua saja. Apalagi dengan jejeran makanan yang jelas terlalu berlebihan untuk dihidangkan kepada dua orang.Beberapa pelayan berdiri tegap tak jauh dari meja makan. Mereka selalu bersiap untuk menunggu dan bergerak cepat mengikuti perintah dari sang majikan.Sebelum makan, Alisia sempat bertanya-tanya. Apa lelaki ini tidak memiliki keluarga sehingga hanya mereka berdua saja yang makan? Apa mungkin karena sekarang sudah lewat makan siang dan belum masuk jam makan malam sehingga hanya mereka berdua yang makan?Tapi pertanyaan itu pun dikalahkan rasa lapar sehingga Alisia lebih fokus pada makanannya dibandingkan dengan hal lain. Termasuk lelaki menakutkan yang baik hati ini."Aku sudah selesai." Alisia mengusap bibirnya dengan tisu sebelum membalas tatapan lelaki itu. "Terima kasih atas makanannya. Aku kenyang sekali."Berkat lelaki itu memberinya makan, Alisia tidak perlu repot-repot mencari tempat untuk makan

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status