Home / Romansa / Pelukan Terlarang / Bab 54 : Tekanan Maksimal

Share

Bab 54 : Tekanan Maksimal

Author: Nara Cahya
last update Last Updated: 2025-10-07 08:58:51

Kantor terasa seperti medan perang.

Bukan dengan senjata, tapi dengan tatapan tajam, berbisik, dan penuh prasangka.

Sejak rapat dengan Dimas kemarin, nama Hana menjadi pusat perhatian. Ia berjalan di antara lorong-lorong kantor dengan langkah yang berat, seolah setiap mata yang menatapnya membawa tuduhan.

“Dia pasti salah.”

“Katanya sih pintar, tapi kelihatan cuma karena dekat sama Adrian.”

“Cocok, si bos ganteng sama anak baru yang manis.”

Bisikan itu terdengar samar, tapi cukup untuk menusuk.

Hana mencoba menenangkan diri di meja kerjanya. Di layar laptop, deretan data proyek baru menunggu untuk diverifikasi. Jam menunjukkan pukul 21.37. Hampir semua orang sudah pulang, tapi ia masih di sana, menatap angka-angka yang mulai menari di matanya karena lelah.

Ia memijat pelipis. “Aku nggak bisa terus kayak gini…”

Pintu ruangannya terbuka perlahan. Suara langkah berat mendekat. “Kamu belum pulang juga?”

Adrian berdiri di sana, mengenakan kemeja abu tua dengan lengan digulung. Wajahnya lel
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelukan Terlarang    Bab 55 : Malam Lembur Bersama

    Langit Jakarta malam itu tampak kelabu, seolah ikut menanggung beban yang menumpuk di dada Hana.Setelah insiden pesan misterius dan kegagalan sistem pagi tadi, suasana di kantor berubah kaku. Semua orang bicara pelan, seakan takut terseret ke dalam badai masalah yang menimpa tim Hana.Sore menjelang malam, sebagian besar karyawan sudah pulang. Lampu-lampu kantor redup, hanya menyisakan cahaya lembut dari lantai empat ruang divisi proyek tempat Hana dan Adrian bekerja.Adrian berdiri di dekat jendela, memandangi kota yang mulai ditelan hujan. “Kamu yakin mau lanjut lembur malam ini?” tanyanya tanpa menoleh.Hana yang sedang memeriksa data menatap layar kosong di depannya. “Aku nggak punya pilihan, Adrian. Kalau nggak beres malam ini, Dimas bakal gunting proyekku besok pagi.”Adrian menghela napas pelan, lalu menatapnya. “Kamu butuh istirahat, Han. Kamu udah kerja dua belas jam tanpa berhenti.”Hana tersenyum samar. “Kamu juga belum pulang.”“Itu beda,” jawab Adrian. “Aku yang milih te

  • Pelukan Terlarang    Bab 54 : Tekanan Maksimal

    Kantor terasa seperti medan perang.Bukan dengan senjata, tapi dengan tatapan tajam, berbisik, dan penuh prasangka.Sejak rapat dengan Dimas kemarin, nama Hana menjadi pusat perhatian. Ia berjalan di antara lorong-lorong kantor dengan langkah yang berat, seolah setiap mata yang menatapnya membawa tuduhan.“Dia pasti salah.”“Katanya sih pintar, tapi kelihatan cuma karena dekat sama Adrian.”“Cocok, si bos ganteng sama anak baru yang manis.”Bisikan itu terdengar samar, tapi cukup untuk menusuk.Hana mencoba menenangkan diri di meja kerjanya. Di layar laptop, deretan data proyek baru menunggu untuk diverifikasi. Jam menunjukkan pukul 21.37. Hampir semua orang sudah pulang, tapi ia masih di sana, menatap angka-angka yang mulai menari di matanya karena lelah.Ia memijat pelipis. “Aku nggak bisa terus kayak gini…”Pintu ruangannya terbuka perlahan. Suara langkah berat mendekat. “Kamu belum pulang juga?”Adrian berdiri di sana, mengenakan kemeja abu tua dengan lengan digulung. Wajahnya lel

  • Pelukan Terlarang    Bab 53 : Salah Satu Proyek Gagal

    Hujan turun deras sejak pagi. Langit abu-abu menambah suasana kantor yang suram. Hana duduk di meja kerjanya sambil menatap layar laptop yang menampilkan laporan sistem proyek yang gagal diunggah semalam.Angkanya kacau. Data yang seharusnya sinkron malah saling bertabrakan. Beberapa file hilang tanpa jejak.Ia menekan pelipis. “Tidak mungkin…” gumamnya.Adrian datang tergesa dari ruang rapat. “Han, kamu sudah lihat data terakhir dari sistem?”Hana mengangguk lemah. “Sudah. Tapi aku nggak ngerti kenapa bisa rusak. Semua sudah aku backup kemarin.”Adrian berdiri di sampingnya, melihat layar laptop dengan alis berkerut. “Ini bukan cuma error biasa. File utamanya diubah formatnya. Ada kemungkinan sistemnya disabotase.”Kata “sabotase” membuat darah Hana berdesir dingin. Ia langsung teringat catatan misterius di lacinya minggu lalu: “Kamu sudah terlalu dekat.”“Jadi… ada orang yang sengaja?” suaranya gemetar.“Sepertinya begitu,” jawab Adrian lirih. “Tapi jangan panik. Kita periksa satu-s

  • Pelukan Terlarang    Bab 52 : Ujian Kepercayaan

    Pagi itu, Hana berjalan ke kantor dengan langkah ragu. Kepalanya masih dipenuhi dengan catatan misterius di laci semalam: “Kamu sudah terlalu dekat.” Kata-kata itu berulang-ulang terngiang, membuat perutnya mual.Sesampainya di lobi, ia bisa merasakan tatapan orang-orang. Entah benar atau hanya perasaannya, tapi ia yakin beberapa pasang mata menelusuri gerak-geriknya. Ia menggenggam erat tas di bahu, berusaha menahan diri agar wajahnya tetap netral.Ketika ia masuk ke ruang kerja, Adrian sudah ada di sana. Lelaki itu tampak sibuk memeriksa dokumen, seolah tidak terpengaruh apa pun. Hana menghela napas pelan—ada rasa lega melihatnya, tapi juga muncul rasa lain: bisakah aku benar-benar percaya sepenuhnya pada dia, sementara gosip di luar makin menguat?---Siang itu, gosip mencapai puncaknya. Dua orang rekan kantor duduk tak jauh dari Hana. Suara mereka memang dikecilkan, tapi cukup jelas untuk terdengar.“Aku dengar laporan kemarin yang dikirim Hana sebenarnya hasil kerja Adrian. Dia c

  • Pelukan Terlarang    Bab 51 : Ancaman Kembali

    Hari itu kantor terasa lebih ramai dari biasanya. Bisik-bisik terdengar di setiap sudut ruangan. Hana yang baru saja meletakkan tas di kursinya bisa merasakan atmosfer berbeda. Ada tatapan-tatapan aneh yang diarahkan kepadanya.Ia menegakkan punggung, berusaha terlihat biasa, meski perasaan tidak nyaman menjalari seluruh tubuh.Salah satu rekan kerja, Livia, sempat menghampirinya. “Han, kamu nggak apa-apa? Aku cuma… denger kabar-kabar nggak enak.”Hana mengernyit. “Kabar apa?”Livia ragu sebentar, lalu berbisik. “Katanya… ada yang bilang kamu dapet perlakuan khusus di proyek karena dekat sama Adrian. Aku tahu mungkin nggak bener, tapi gosipnya udah nyebar ke tim lain.”Darah Hana langsung terasa dingin. “Apa?” suaranya nyaris tak keluar.Livia buru-buru mengangkat tangan. “Hei, aku percaya sama kamu kok. Cuma aku pikir kamu harus tahu. Jangan kaget kalau ada yang nanyain.”Begitu Livia pergi, Hana duduk dengan tangan gemetar. Jadi ini maksud email semalam? Ancaman itu nyata—ada yang s

  • Pelukan Terlarang    Bab 50 : Rekonsiliasi Sementara

    Telepon dari kantor semalam masih membekas di benak Hana. Malam itu ia tidak tidur nyenyak. Kata-kata orang di seberang telepon mengingatkannya bahwa waktu sudah hampir habis, dan laporan proyek harus selesai.Pagi ini, Hana datang lebih awal ke kantor. Matanya sedikit sembab, tapi ia berusaha menata diri. Rambutnya dikuncir rapi, kemeja putih dipadu blazer biru tua yang memberi kesan profesional meski hatinya masih gentar.Begitu memasuki ruang tim, ia terkejut melihat Adrian sudah duduk di meja kerja. Lelaki itu biasanya datang tepat waktu, tidak lebih cepat. Kali ini ia tampak serius menatap layar laptop, tangannya mengetik cepat.Hana sempat ragu untuk mendekat. Namun, mengingat mereka satu tim dan laporan ini juga tanggung jawab Adrian, ia memberanikan diri.“Pagi,” sapanya pelan.Adrian mendongak. Ada kelelahan di wajahnya, tapi juga ketenangan. “Pagi. Kamu datang cepat.”“Ya… aku nggak bisa tidur,” jawab Hana jujur.Adrian hanya mengangguk, lalu menggeser kursi sedikit agar Han

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status