Share

Bab 2

Author: Mrs.Jeon
last update Last Updated: 2025-05-13 01:25:49

Zoe bersantai di sofa dengan satu kaki disilangkan, lalu ia memecah keheningan. “Scarlett, pria itu jelas-jelas naksir berat sama kamu. Jangan sia-siakan sikap romantisnya. Tidak ada gunanya menolak rezeki yang datang.”

Begitu Zoe selesai bicara, Tristan tersadar kembali, lalu tertawa dingin dan mengejek. “Haus perhatian, ya? Mungkin sudah waktunya kamu cari pria untuk mendapat sedikit rasa cinta.”

Mendengar itu, Scarlett berdiri dengan penuh pesona, lalu tertawa lepas dan berkata, “Sepertinya pasangan terbaikku sudah bicara. Aku pergi dulu, ya, aku akan menikmati mencari sedikit cinta. Kalian habiskan malam indah kalian.”

Ia menoleh ke pria muda di sampingnya dan menggoda, “Bagaimana, tampan? Ayo, kita ke kamar.”

“Siap!” jawab si pria, lalu ia membisikkan sesuatu ke telinganya.

“Oh ya? Kalau begitu nanti aku nilai sendiri kemampuanmu,” goda Scarlett sambil tersenyum.

Ruangan langsung hening.

Melihat kesempatan itu, Zoe pun ikut pergi bersama seorang pria muda lainnya.

Di dalam ruangan, sisi kalem dan intelektual Tristan runtuh. Ia menendang kursi hingga terlempar ke tembok hotel, lalu membalik meja sampai kartu-kartu di atasnya berserakan ke lantai.

Nicole berdiri di sampingnya, wajahnya pucat ketakutan. Ia memegang lengan Tristan sambil memanggil, “Tristan.”

Tristan tidak menggubris panggilannya, Nicole terkejut saat Nicholas mengatakan bahwa tempat itu bukan untuknya, lalu seseorang dikirim untuk mengantar Nicole pulang.

Di ambang pintu, Scarlett bahkan tidak menoleh ke belakang saat ia bertanya-tanya soal keahlian para pria, posisi favorit mereka, dan apakah pekerjaan itu dibayar dengan baik.

Zoe melirik ke belakang dengan senyum mengejek, merasa puas.

Tak lama kemudian, Scarlett mendekati pintu kamar suite mewah lainnya sambil memegang kartu kamar, tepat saat Tristan datang dengan wajah sedingin badai musim dingin.

Gagasan bahwa Scarlett akan tidur dengan pria lain benar-benar tidak bisa diterima. Tak seorang pun boleh menyentuh milik Tristan.

Saat melihat Tristan, Scarlett menyapanya hangat seolah bertemu teman lama. “Wah, kebetulan sekali, kamu juga check-in? Mana Nicole? Kenapa tidak ajak dia ke sini?”

Tanpa menunggu Tristan bicara, Scarlett menggoda, “Kita ini adalah suami istri. Meskipun aku tidak bisa memilikimu, setidaknya izinkan aku lihat sendiri kehebatanmu di ranjang. Jika nanti setelah cerai, dan orang bertanya bagaimana kemampuan mantan suamiku, aku bisa menjawab.”

Zoe, yang sedari tadi memperhatikan, tertawa sambil memeluk perutnya sendiri karena kelucuan Scarlett.

Tristan menyembur marah, “Scarlett, kamu menyedihkan.”

Scarlett tetap tersenyum santai. “Menyedihkan? Kalau iya, mana mungkin aku bisa menikah denganmu dan tidur satu tempat tidur?”

Pernikahan mereka – hanya sebatas selembar surat tanpa upacara – selalu jadi ganjalan bagi Scarlett. Karena itu, tak banyak orang yang tahu jika mereka pernah menikah.

Ketika Tristan mulai mendekat dan menyudutkan Scarlett, pria muda yang bersamanya maju dan mencoba mencegah, “Hei, mungkin kamu harus—”

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tendangan Tristan menghantam dadanya. Pria itu terhuyung, wajahnya pucat, lalu ambruk dengan suara keras.

Scarlett akhirnya melepaskan sikap ramahnya. “Cukup, Tristan!”

Tristan meraih wajah Scarlett hendak membawanya keluar kamar.

Scarlett menarik lengannya sambil membalas tajam, “Lepaskan aku! Kamu bersenang-senang dengan caramu, aku dengan caraku. Adil, kan?”

Cengkeramannya makin erat. Wajah Tristan mengeras saat tangannya merayap ke leher Scarlett.

Scarlett tercekik, wajahnya memerah.

Melihat itu, Zoe buru-buru turun tangan. “Tristan, kamu sudah keterlaluan.”

Ucapan Zoe langsung memanggil Nicholas dan Gary, yang segera menarik Tristan menjauh dari Scarlett. Mereka juga cepat-cepat menyuruh si pria muda dan temannya pergi sebelum situasinya semakin kacau.

Begitu bisa bernapas lagi, Scarlett tanpa sepatah kata pun langsung menendang perut Tristan dengan keras. Wajah Tristan langsung pucat, dan Nicholas serta yang lainnya hanya bisa terpaku kaget.

Scarlett menatap tajam ke arah Tristan, suaranya dingin. “Coba sentuh aku lagi kalau berani.”

Tatapan penuh benci dari Scarlett membuat dada Tristan terasa sesak. Menyadari tindakannya yang terlalu jauh, Tristan menunduk memandangi Scarlett, lalu membuang muka diam-diam, kedua tangan masuk ke saku celana.

Gary pun maju menyela. “Sudah cukup dramanya malam ini. Selesaikan ini di rumah.”

Gary memisahkan mereka, dan dengan enggan, Tristan menggiring Scarlett keluar dengan memegang tengkuknya seperti anak kucing.

Di parkiran bawah, Scarlett duduk di kursi penumpang dan memalingkan wajah menatap ke luar jendela. Suasana di dalam mobil hening, hanya terdengar suara korek api saat Tristan menyalakan rokok di jendela yang terbuka.

Ia menghembuskan asap dalam bentuk lingkaran sebelum berkata, “Kamu tidur dengan siapa saja. Tidak takut terkena penyakit?”

Scarlett menjawab santai, “Aku pakai pengaman.”

Wajah Tristan langsung berubah kelam. “Pengaman? Kamu pikir kamu itu laki-laki? Kamu punya ‘alat’ untuk dipakai?”

Saat mereka masih beradu argumen, ponsel Scarlett berdering. Ternyata Audrey yang menelepon. Scarlett menghela napas lelah sebelum mengangkatnya. “Halo.”

Suara panik Audrey langsung terdengar. “Scarlett, kamu sudah bertemu Tristan?”

Dengan satu tangan di kening dan satu lagi memegang ponsel, Scarlett menjawab lemas, “Sudah. Saat ini kami sedang di perjalanan pulang.” Ia sama sekali tidak menyebut soal pertengkaran di hotel.

Begitu tahu Tristan bersamanya, Audrey langsung mendorong, “Scarlett, manfaatkan malam ini. Sudah dua tahun loh. Kamu dan Tristan harus punya anak. Kalau dia minta cerai tahun depan, kamu tidak punya pegangan sama sekali.”

Omelan Audrey bikin kepala Scarlett makin sakit. Selama dua tahun, kata-katanya selalu sama – Audrey terus mendorongnya untuk punya anak, sementara Tristan selalu menolak. Scarlett merasa dirinya hampir kehilangan kewarasan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 91

    Sebelum Scarlett sempat membalas, Tristan memotongnya, “Scarlett, jangan pernah berpikir tentang perceraian.” Sejak ia menyetujui pernikahan itu, ia tidak pernah sekalipun mempertimbangkan untuk mengakhirinya.Melihat Tristan yang menolak untuk berpisah, Scarlett hanya menatapnya beberapa saat, lalu dengan santai meletakkan sarapannya ke samping. Setelah itu, ia hanya memalingkan wajah ke arah jendela dan terdiam.Lebih dari sepuluh menit kemudian, mobil berhenti di depan gedung firma hukum. Scarlett turun dan berjalan pergi tanpa menoleh.Setelah melihat Scarlett masuk ke dalam gedung, ponsel Tristan berdering—Helen menelepon.Suara Helen terdengar lembut dan halus, “Tristan, bisakah kita bertemu?”Dua puluh menit kemudian, mereka bertemu di kafe yang sama. Helen awalnya duduk di kursi roda, tetapi ketika melihat Tristan mendekat, ia bertumpu pada sandaran tangan dan berdiri, “Tristan, apa kabar?”“Nona, hati-hati,” pelayan yang menemaninya segera menghampiri untuk membantu Helen ber

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 90

    Scarlett mendengarkan pertanyaan Tristan. “Jika kamu khawatir, besok kita pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan.”Nada tenang Scarlett justru mengusik hati Tristan. “Kita perlu bicara,” katanya.“Baik, kita bicara di kantor catatan sipil,” jawab Scarlett tanpa ragu.Mendengar kata kantor catatan sipil, Tristan langsung menutup ponselnya tanpa sepatah kata pun. Ini adalah kali kedua ia datang mencarinya atas inisiatif sendiri. Terakhir kali ia datang, itu untuk meminta maaf atas sesuatu yang ia ucapkan dalam kondisi emosi. Namun, Scarlett tetap bersikap keras, dan Tristan berpikir, “Sudahlah, aku tidak mau berurusan dengan ini lagi.” Dengan kesal, ia melemparkan ponselnya ke dashboard, menyalakan mobil dengan wajah masam, berbelok tajam, dan pergi tanpa menoleh.Sudah cukup lama Scarlett tidak kembali ke Bougenville Residence, dan meski banyak hal yang terjadi, ia tetap menginginkan perceraian. Tristan hampir mencapai batas kesabarannya. Ia mengira Scarlett akan melunak seiring waktu,

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 89

    Tristan sebenarnya tidak berniat bertengkar dengan Scarlett malam itu, tapi ketika perempuan itu dengan santainya mengeluarkan berkas perceraian, seolah-olah ia menyalakan api pada amarah Tristan. Tidak pernah terlintas dipikirannya, bahwa ia ingin bercerai dari Scarlett.Di Celestial Manor, begitu Scarlett dan Zoe masuk, ponsel Scarlett berdering. Ketika ia melihat layar dan mendapati itu panggilan dari Tristan, ia langsung menolaknya dan mematikan ponselnya.Pertengkaran mereka sebelumnya masih punya celah untuk berdamai, tapi kali ini Tristan sudah kelewat batas dengan meminta ayahnya Scarlett mundur demi Helen, dan hati Scarlett sudah membeku. Ia tidak sanggup lagi mendengar suara Tristan, apalagi mengingat Helen ternyata masih hidup.Zoe memperhatikan wajah Scarlett yang langsung mengeras setelah mematikan telepon. “Tristan?” tanya Zoe, nada suaranya penuh kekhawatiran.“Ya,” jawab Scarlett datar.Zoe menatapnya lama sebelum berkata, “Kalau kamu ingin mengakhirinya, lakukan saja.

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 88

    Scarlett tak bisa menahan diri untuk tertawa sinis saat ia meletakkan bukunya dan menoleh pada Tristan, matanya memancarkan kilatan mengejek. “Tristan, sejak kapan kamu punya hak untuk meminta ayahku membatalkan sebuah proyek?”Sebelum Tristan sempat menjawab, Scarlett melanjutkan, suaranya terdengar acuh tak acuh, “Dan apa tepatnya hubungan pekerjaan terbaru Helen dengan keluarga Wilson?”Sikapnya yang begitu santai membuat Tristan tak mampu berkata-kata, mulutnya terbuka dan tertutup tanpa suara.Saat tatapan mereka bertemu, Scarlett dengan tenang menyingkirkan tangan Tristan dari lengannya, bangkit dari tempat tidur, dan berjalan menuju mejanya. Ia mengambil dua berkas kontrak lalu kembali menatap Tristan. “Karena ayahku sudah berjanji akan memberikan proyek itu padamu, maka meskipun terasa menyakitkan, aku akan menerimanya. Selesaikan administrasinya besok. Mulai sekarang, kita jalani jalan masing-masing dan jangan pernah saling berurusan lagi.”Scarlett merasa ia sudah mengerahka

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 87

    Beberapa hari yang lalu, Chris sudah mendengar bahwa proyek Silverdawn dipimpin langsung oleh Helen — proyek pertamanya sejak ia bergabung dengan perusahaan.Pikiran tentang hubungan masa lalu Tristan dengan Helen, ditambah dengan kembalinya Helen yang begitu tiba-tiba, secara alami membuat Chris merinding.Sebenarnya, ada hubungan apa antara Tristan dan Helen sekarang? Dan bagaimana status mereka? Chris berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal itu, tetapi ia tidak suka jika urusan pribadi tercampur dengan urusan profesional. Sama seperti beberapa tahun terakhir, meskipun Scarlett sudah menikah dengan Tristan, kedua keluarga tetap menjaga batas antara urusan pribadi dan bisnis.Namun, ketika Tristan datang menemuinya secara langsung, Chris berada dalam posisi yang sulit. Ia hanya menatap Tristan dan bertanya, “Jadi, apa yang sebenarnya kau inginkan, Tristan?”Mendengar pertanyaan itu, Tristan langsung menyampaikan maksudnya tanpa bertele-tele.“Aku berharap Ayah bisa menyerahkan pr

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 86

    Sebelum Scarlett sempat mengatakan apa pun, Bruce sudah lebih dulu berbicara, “Dengar, Scarlett. Dalam urusan hati, lebih baik kita segera mengambil keputusan tegas, seperti mencabut plester dengan cepat. Kalau kamu berpisah sekarang, mungkin kamu akan sedih—paling lama satu atau dua minggu. Tapi kalau tidak, rasa sakit itu akan terus ada. Untuk apa kamu menyiksa diri sendiri seperti itu? Lagi pula, kamu bukan tidak punya pilihan lain, bukan?”Saat Bruce terus bicara, ekspresi Melly berubah muram, nyaris seperti awan gelap menjelang badai. Ketika pelayan datang membawa teh dan kue, Melly langsung merebut nampan itu dengan wajah tegang.Tak lama kemudian, Melly masuk ke ruang tamu dengan langkah keras, menaruh nampan di depan Bruce dengan kasar, lalu berkata tajam, “Tuan Bruce, saya ingat Tuan Tristan itu sepupu Anda. Dia tidak pernah berbuat salah pada Anda, bukan?”“Bagaimana mungkin, sebagai sepupunya, Anda datang ke rumahnya dan malah mendorong istrinya untuk bercerai? Maaf kalau s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status