Share

Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas
Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas
Author: Cucan_Apprilliaa

Bab 1

last update Last Updated: 2024-01-15 17:59:11

"Kamu yakin mau kembali ke sana lagi, Nduk?" Ibu bertanya dengan ragu.

Aku menutup mataku, mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. Kembali membuka mata dan menatap wajah Ibu. Kami berdua saat ini sedang duduk di gubuk pinggir sawah, menikmati makan siang yang sengaja aku bawa untuk Ibu.

"Yakinlah, Bu. Masa lalu itu terbayang-bayang terus. Rasanya belum lega dan ikhlas kalau belum bisa memberikan pembalasan pada mereka semua," jawabku penuh keyakinan.

Ibu mendesah panjang. "Ibu udah gak bisa lagi mencegah kamu. Ibu harap, kamu gak melakukan sesuatu yang ujungnya bisa membahayakan diri kamu sendiri, Nduk. Ibu takut, kamu malah yang nantinya bisa dalam bahaya kalau mereka sadar dengan niat buruk kamu."

"Ibu tenang saja, aku gak mungkin bertindak gegabah. Aku sudah siapkan banyak rencana. Semua sudah aku susun dengan rapi dan cantik. Jadi, Ibu gak perlu khawatir. Aku bisa jaga diri, Bu."

"Iya, Nduk. Ibu hanya bisa mendoakan kamu. Semoga, Allah melindungi setiap langkah kamu. Ambillah yang menjadi hakmu, Nduk. Doa Ibu selalu bersamamu."

"Iya, Bu, aamiin ... terima kasih juga, Bu, karena Ibu sudah memberikan segalanya untuk aku," ucapku, lalu memeluk tubuh Ibu.

"Kamu anak Ibu satu-satunya, itu sudah jadi kewajiban Ibu," ucap Ibu. Ibu membalas pelukanku. Bisa kurasakan, kasih sayang tulus dari Ibu.

*****

Pagi ini, aku memacu mobil yang aku kemudikan dengan kecepatan sedang menuju rumah yang baru aku beli Minggu lalu. Sebuah rumah yang cukup besar yang bertepatan di depan rumah mantan suamiku. Setelah sempat terpuruk satu tahun yang lalu karena perceraian, aku memutuskan untuk kembali bangkit. Menjadi orang baru dengan perubahan baru.

Aku mencoba bangun dari mimpi buruk yang selalu menghantuiku. Masih teringat jelas, bagaimana rasa sakit yang ditorehkan oleh mantan suamiku dan selingkuhannya. Juga mantan mertua dan juga kakak ipar yang ikut mendukung perselingkuhan mereka. Akan kubalas semua perbuatan mereka satu persatu, agar mereka juga merasakan, bagaimana sakitnya hati ini.

Aku bersyukur, masih memiliki seorang Ibu yang begitu menyayangiku. Ibu rela menjual sawahnya untuk memberikan modal padaku untuk melancarkan aksi balas dendam ku. Dari hasil penjualan sawah Ibu itulah, aku bisa membeli sebuah mobil dan juga rumah. Serta uang untuk dijadikan modal membangun sebuah usaha yang telah aku rencanakan.

Tepat pukul 16.00 sore, aku telah tiba di sebuah perkampungan padat penduduk di pinggir kota. Sebuah perkampungan yang menjadi tempat tinggalku dan menjadi saksi bagaimana perjalanan rumah tanggaku dulu. Tak lama, mobil yang aku kemudikan berhenti tepat di depan pagar sebuah rumah yang telah aku beli Minggu lalu. Netra ini memandang sebuah bangunan yang berada tepat di sebrang rumahku. Pas sekali, wajah-wajah orang yang menjadi incaranku ada di sana.

Seperti yang aku inginkan, mereka semua menatap mobilku dan saling berbisik. Ini adalah waktu yang tepat untuk turun dari mobil dan memperlihatkan pada mereka, bahwa aku telah datang kembali. Aku membuka pintu mobil dengan perlahan, lalu menurunkan kaki putih jenjangku yang terlihat jelas karena aku memakai dres dibawah lutut. Sepasang sepatu hak tinggi berwarna merah cerah aku pakai untuk memadukan dress putih yang aku pakai.

Setelah turun dari mobil, aku membuka kaca mata hitam yang menempel di hidung bangirku. Lalu menatap orang-orang yang sedang memandangku dengan wajah terkejut. Siapa lagi kalau bukan Mas Wijaya, juga Lastri selingkuhannya yang kini telah menjadi istrinya. Juga mantan Ibu mertua dan mantan kakak iparku Mbak Rosi.

"Alma ...." Terdengar suara Mas Wijaya yang menyebut namaku lirih. Begitu juga dengan ketiga wanita yang berada di sampingnya.

Aku tersenyum lebar menatap mereka semua. Mas Wijaya terlihat memandangku tanpa berkedip dengan mata berbinar. Menyadari itu, Lastri langsung memukul lengan Mas Wijaya yang membuat aku menahan tawa. Terlihat wajah kesal Lastri melihat suaminya memandang diriku.

Dan lucunya, Mas Wijaya tak memperdulikan Lastri dan malah berdiri dan berjalan menghampiriku.

"Alma ... kamu Alma kan?" tanya Mas Wijaya ketika ia telah berada di hadapanku.

"Iya, Mas, aku Alma," jawabku dengan senyum semanis mungkin.

"Ka-kamu cantik sekali sekarang, Al?" ucap Mas Wijaya dengan wajah penuh kekaguman.

"Iya, ternyata kamu beneran Alma? Ya ampun ... Ibu gak nyangka kamu sekarang secantik ini? Apa kamu jadi wanita sukses, Al?" serobot mantan Ibu mertua yang kini ikut menghampiriku.

"Alhamdulillah, Bu," jawabku setenang mungkin. Meskipun dalam hati, aku ingin sekali menertawakan mereka.

"Kalian apa-apaan sih, Mas, Bu. Ayo pulang!" ucap Lastri menarik tangan Mas Wijaya dengan kasar.

"Kamu itu yang apa-apaan sih, Las! Sibuk aja. Kamu gak lihat, kami lagi bicara sama Alma?" ujar Ibu sewot. Bertambah kesal saja wajah Lastri mendengar ocehan Ibu.

"Kok Ibu malah marahin aku?" Raut wajah Lastri semakin merah padam.

"Eh, Alma! Ngapain kamu datang kemari lagi? Kamu mau ganggu rumah tangga aku dan Mas Wijaya, hah!" bentak Lastri padaku.

"Kamu ini kenapa sih, Las! Tiba-tiba aja marah-marah gak jelas!" oceh Mas Wijaya pada Lastri. Terlihat Mas Wijaya menarik lengannya dari tangan Lastri. Wajah Lastri tampak terlihat terkejut dengan mulut ternganga melihat Mas Wijaya suaminya justru terlihat membelaku.

Aku sangat suka melihat drama ini. Drama pertengkaran antara Lastri dan Mas Wijaya. Baru beberapa menit aku tiba di sini saja, sudah terjadi pertengkaran diantara mereka. Apalagi melihat wajah kesal Lastri, membuat aku merasa sangat senang. Kita lihat saja, bagaimana reaksi Lastri jika tahu bahwa aku akan tinggal di depan rumah mereka. Rumah mereka? Bukan! Lebih tepatnya, rumahku yang mereka rebut dengan cara licik.

******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas   Bab 47

    "Permisi, Mas, maaf numpang tanya," kataku pada seorang pria yang baru turun dari motor yang ia kendarai. Pria itu memarkirkan motornya di depan kost-kostan ini."Iya, Mas, tanya apa ya?""Apa Mas tinggal di kostan ini?""Iya, Mas, saya tinggal di sini," jawabnya."Saya mau tanya, siapa yang menghuni kost-an lantai dua yang pintunya nomor empat itu?" tunjukku ke atas."Oh, nomor 4 ya? Kamar itu sih dihuni sama Ferdy, Mas. Kebetulan dia teman kuliah saya," jawabnya."Teman kuliah?""Iya, Mas, dia kuliah bareng saya. Tapi beda jurusan. Mas ada urusan apa sama Ferdy?" tanyanya seolah penasaran."Gak ada, Mas. Kebetulan dia mirip saudara saya. Namanya juga sama. Kalau boleh tahu, dia tinggal sama siapa ya, Mas?" jawabku beralasan dan bertanya."Dia tinggal sendiri kok. Tapi ... sekarang dia lagi sama pacarnya, Mas," jawabnya sambil menggaruk kepala yang sepertinya tak gatal."Pacar?""Iya, Mas. Jadi kalau nanti Mas ketemu Ferdy jangan kaget. Ya udah ya, Mas, saya mau masuk dulu. Masih ada

  • Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas   Bab 46

    Aku masih memperhatikan Lastri dan pria yang naik motor bersamanya. Terlihat mereka begitu akrab. Seperti orang yang sudah kenal sangat lama. Anak kami Zea juga sepertinya begitu mengenal pria itu. Terlihat saat ini Zea berganti posisi dari duduk lalu berdiri dan berpegangan pada pundak pria itu. Sedangkan Lastri memegangi tubuh Zea. Jika dipikir, tak mungkin juga pria itu saudara Lastri. Sebab, aku tak pernah melihat pria itu sebelumnya.Ketika lampu hijau mulai menyala, semua kendaraan mulai melaju ke arah lurus. Begitu juga motor yang dikendarai oleh Lastri dan pria asing itu. Aku sendiri langsung tancap gas untuk mengikuti mereka. Aku tak ingin kehilangan jejak mereka. Apa lagi, mereka pergi membawa anakku Zea. Aku ingin tahu, siapa pria itu sebenarnya. Berbagai pikiran buruk langsung melintas di kepalaku.Untung saja, pria itu mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang. Dengan begitu, aku bisa mengikuti mereka dengan mudah. Apa lagi, melihat arus lalu lintas yang cukup padat s

  • Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas   Bab 45

    Pagi ini, aku terbangun dengan kepala sedikit berat. Sebab, aku hampir tak bisa tidur semalaman. Mbak Rossi semalam kembali mengamuk. Hingga membuat aku dan Ibu tak bisa beristirahat dengan tenang. Setelah Mbak Rossi diberi obat penenang, ia akhirnya tertidur. Tetapi setelah Mbak Rossi tertidur, justru malah Ibu yang tak tidur karena menangis semalaman. Berulangkali aku mencoba menenangkan Ibu, tapi Ibu tetap saja menangis.Aku merasa keadaan Mbak Rossi benar-benar sudah parah. Jiwa Mbak Rossi benar-benar sudah terguncang. Semalam, Mbak Rossi berteriak-teriak menyebut nama Adit. Seolah Mbak Rossi ingin Adit ada di sini bersamanya. Jujur saja, aku sangat muak ketika mendengar Mbak Rossi menyebut Nama Adit. Entah apa lagi yang Mbak Rossi harapkan dari pria brengsek itu.Ketika aku telah selesai mandi dan berganti pakaian, aku mendapatkan sebuah pesan dari Alma. Pucuk dicinta, tanpa perlu aku mendekati Alma, ia malah lebih dulu mengirim pesan padaku. Tetapi, aku sedikit terkejut ketika m

  • Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas   Bab 44

    POV WijayaAku mencoba menghubungi nomor Lastri. Tapi sialnya, nomor ponsel Lastri tak aktif dan tak bisa dihubungi. Entah kemana perginya istri tak berguna itu. Aku benar-benar sangat kesal padanya. Lihat saja, jika sampai ia pulang nanti, aku akan memberinya pelajaran. Selama ini, aku terlalu memberikan kebebasan untuk Lastri. Hingga ia bisa bertingkah sesuka hatinya. Dan kini, aku tak akan membiarkan Lastri bersikap semaunya sendiri. Sudah cukup rasa sabarku padanya! Lihat saja, jika aku bertemu dengannya nanti, aku akan memarahinya habis-habisan. Bila perlu, aku akan menceraikannya secara langsung. Agar ia sadar, hidupnya tak akan ada artinya tanpa diriku. Jika dipikir, memiliki seorang istri seperti Lastri tak ada untungnya untukku. Yang ada, uangku semakin habis terkuras untuk memenuhi keinginannya yang entah untuk apa. Rasanya, aku benar-benar menyesal menikah dengannya."Bu, Aminah. Saya minta tolong sama Ibu. Saya titip keponakan saya —Vira di rumah Ibu dulu. Soalnya, di rum

  • Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas   Bab 43

    Aku segera berjalan menuju mobilku. Aku harus segera pulang. Aku harus mencari bukti lain tentang Nana dan Mas Adit. Aku yakin, Mas Adit dan Alma memiliki niat terselubung padaku. Apa lagi mengingat kejadian saat ia mencoba masuk ke dalam kamarku.Aku merasa diriku begitu bodoh karena terlalu percaya pada Nana. Bahkan pernah ada niat untuk menganggap Nana sebagai anakku sendiri. Tapi nyatanya, aku malah memasukkan orang yang salah ke dalam rumahku. Mungkin, aku harus meminta pertanggungjawaban pada Rumi, sebab ia lah yang awalnya membawa Nana masuk ke rumahku.Ting!Sebuah pesan masuk ketika aku baru mulai menghidupkan mesin mobil. Aku segera meraih tas kecil yang berada di dasbor mobil untuk mengambil ponsel. Ternyata, ada sebuah pesan masuk dari Mas Wijaya.["Al, uangnya sudah aku transfer barusan.] Isi pesan dari Mas Wijaya.Aku langsung membuka aplikasi m-banking milikku untuk mengecek saldo rekening. Ternyata benar, uang seratus juta rupiah yang aku minta pada Mas Wijaya telah me

  • Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas   Bab 42

    Setelah ibunya Nana cukup tenang, polisi menyuruh mereka semua untuk duduk. Sepertinya, polisi akan mengintrogasi mereka. Aku tak melihat ada tanda-tanda kehadiran keluarga Mas Adit. Mungkin, mereka sedang sibuk mengurus Mbak Rossi di rumah sakit. Setelah kami memberikan bukti yang cukup, aku bersama Bu RT dan Pak RT memutuskan untuk pulang ke rumah. Polisi bilang, kami akan dipanggil kembali untuk dijadikan saksi dalam kasus ini jika sudah tiba waktunya. Sebenarnya, aku ingin berbicara dengan orang tua Nana sebentar. Tetapi, melihat situasi dan kondisi sepertinya tak memungkinkan.Sebelumnya, polisi memberikan pilihan pada kami untuk melanjutkan kasus ini atau diselesaikan secara damai dan kekeluargaan. Tetapi, aku dan Pak RT tetap bersikukuh untuk melanjutkan kasus ini. Aku tak rela jika Mas Adit bisa berkeliaran dengan bebas. Setelah ini, aku juga akan mencari bukti-bukti lainnya untuk memberatkan hukuman Mas Adit. Setelah sampai di rumah nanti, aku akan masuk ke dalam kamar Nana.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status