Share

Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas
Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas
Author: Cucan_Apprilliaa

Bab 1

"Kamu yakin mau kembali ke sana lagi, Nduk?" Ibu bertanya dengan ragu.

Aku menutup mataku, mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. Kembali membuka mata dan menatap wajah Ibu. Kami berdua saat ini sedang duduk di gubuk pinggir sawah, menikmati makan siang yang sengaja aku bawa untuk Ibu.

"Yakinlah, Bu. Masa lalu itu terbayang-bayang terus. Rasanya belum lega dan ikhlas kalau belum bisa memberikan pembalasan pada mereka semua," jawabku penuh keyakinan.

Ibu mendesah panjang. "Ibu udah gak bisa lagi mencegah kamu. Ibu harap, kamu gak melakukan sesuatu yang ujungnya bisa membahayakan diri kamu sendiri, Nduk. Ibu takut, kamu malah yang nantinya bisa dalam bahaya kalau mereka sadar dengan niat buruk kamu."

"Ibu tenang saja, aku gak mungkin bertindak gegabah. Aku sudah siapkan banyak rencana. Semua sudah aku susun dengan rapi dan cantik. Jadi, Ibu gak perlu khawatir. Aku bisa jaga diri, Bu."

"Iya, Nduk. Ibu hanya bisa mendoakan kamu. Semoga, Allah melindungi setiap langkah kamu. Ambillah yang menjadi hakmu, Nduk. Doa Ibu selalu bersamamu."

"Iya, Bu, aamiin ... terima kasih juga, Bu, karena Ibu sudah memberikan segalanya untuk aku," ucapku, lalu memeluk tubuh Ibu.

"Kamu anak Ibu satu-satunya, itu sudah jadi kewajiban Ibu," ucap Ibu. Ibu membalas pelukanku. Bisa kurasakan, kasih sayang tulus dari Ibu.

*****

Pagi ini, aku memacu mobil yang aku kemudikan dengan kecepatan sedang menuju rumah yang baru aku beli Minggu lalu. Sebuah rumah yang cukup besar yang bertepatan di depan rumah mantan suamiku. Setelah sempat terpuruk satu tahun yang lalu karena perceraian, aku memutuskan untuk kembali bangkit. Menjadi orang baru dengan perubahan baru.

Aku mencoba bangun dari mimpi buruk yang selalu menghantuiku. Masih teringat jelas, bagaimana rasa sakit yang ditorehkan oleh mantan suamiku dan selingkuhannya. Juga mantan mertua dan juga kakak ipar yang ikut mendukung perselingkuhan mereka. Akan kubalas semua perbuatan mereka satu persatu, agar mereka juga merasakan, bagaimana sakitnya hati ini.

Aku bersyukur, masih memiliki seorang Ibu yang begitu menyayangiku. Ibu rela menjual sawahnya untuk memberikan modal padaku untuk melancarkan aksi balas dendam ku. Dari hasil penjualan sawah Ibu itulah, aku bisa membeli sebuah mobil dan juga rumah. Serta uang untuk dijadikan modal membangun sebuah usaha yang telah aku rencanakan.

Tepat pukul 16.00 sore, aku telah tiba di sebuah perkampungan padat penduduk di pinggir kota. Sebuah perkampungan yang menjadi tempat tinggalku dan menjadi saksi bagaimana perjalanan rumah tanggaku dulu. Tak lama, mobil yang aku kemudikan berhenti tepat di depan pagar sebuah rumah yang telah aku beli Minggu lalu. Netra ini memandang sebuah bangunan yang berada tepat di sebrang rumahku. Pas sekali, wajah-wajah orang yang menjadi incaranku ada di sana.

Seperti yang aku inginkan, mereka semua menatap mobilku dan saling berbisik. Ini adalah waktu yang tepat untuk turun dari mobil dan memperlihatkan pada mereka, bahwa aku telah datang kembali. Aku membuka pintu mobil dengan perlahan, lalu menurunkan kaki putih jenjangku yang terlihat jelas karena aku memakai dres dibawah lutut. Sepasang sepatu hak tinggi berwarna merah cerah aku pakai untuk memadukan dress putih yang aku pakai.

Setelah turun dari mobil, aku membuka kaca mata hitam yang menempel di hidung bangirku. Lalu menatap orang-orang yang sedang memandangku dengan wajah terkejut. Siapa lagi kalau bukan Mas Wijaya, juga Lastri selingkuhannya yang kini telah menjadi istrinya. Juga mantan Ibu mertua dan mantan kakak iparku Mbak Rosi.

"Alma ...." Terdengar suara Mas Wijaya yang menyebut namaku lirih. Begitu juga dengan ketiga wanita yang berada di sampingnya.

Aku tersenyum lebar menatap mereka semua. Mas Wijaya terlihat memandangku tanpa berkedip dengan mata berbinar. Menyadari itu, Lastri langsung memukul lengan Mas Wijaya yang membuat aku menahan tawa. Terlihat wajah kesal Lastri melihat suaminya memandang diriku.

Dan lucunya, Mas Wijaya tak memperdulikan Lastri dan malah berdiri dan berjalan menghampiriku.

"Alma ... kamu Alma kan?" tanya Mas Wijaya ketika ia telah berada di hadapanku.

"Iya, Mas, aku Alma," jawabku dengan senyum semanis mungkin.

"Ka-kamu cantik sekali sekarang, Al?" ucap Mas Wijaya dengan wajah penuh kekaguman.

"Iya, ternyata kamu beneran Alma? Ya ampun ... Ibu gak nyangka kamu sekarang secantik ini? Apa kamu jadi wanita sukses, Al?" serobot mantan Ibu mertua yang kini ikut menghampiriku.

"Alhamdulillah, Bu," jawabku setenang mungkin. Meskipun dalam hati, aku ingin sekali menertawakan mereka.

"Kalian apa-apaan sih, Mas, Bu. Ayo pulang!" ucap Lastri menarik tangan Mas Wijaya dengan kasar.

"Kamu itu yang apa-apaan sih, Las! Sibuk aja. Kamu gak lihat, kami lagi bicara sama Alma?" ujar Ibu sewot. Bertambah kesal saja wajah Lastri mendengar ocehan Ibu.

"Kok Ibu malah marahin aku?" Raut wajah Lastri semakin merah padam.

"Eh, Alma! Ngapain kamu datang kemari lagi? Kamu mau ganggu rumah tangga aku dan Mas Wijaya, hah!" bentak Lastri padaku.

"Kamu ini kenapa sih, Las! Tiba-tiba aja marah-marah gak jelas!" oceh Mas Wijaya pada Lastri. Terlihat Mas Wijaya menarik lengannya dari tangan Lastri. Wajah Lastri tampak terlihat terkejut dengan mulut ternganga melihat Mas Wijaya suaminya justru terlihat membelaku.

Aku sangat suka melihat drama ini. Drama pertengkaran antara Lastri dan Mas Wijaya. Baru beberapa menit aku tiba di sini saja, sudah terjadi pertengkaran diantara mereka. Apalagi melihat wajah kesal Lastri, membuat aku merasa sangat senang. Kita lihat saja, bagaimana reaksi Lastri jika tahu bahwa aku akan tinggal di depan rumah mereka. Rumah mereka? Bukan! Lebih tepatnya, rumahku yang mereka rebut dengan cara licik.

******

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status