‘Semua sudah siap tinggal menunggu waktu untuk eksekusi.’ Isi pesan dari kontak bernama Si Eksekutor.
Bersamaan dengan Olivia selesai membaca pesan tersebut terdengar ketukan yang berasal dari kaca jendela mobilnya. Olivia langsung menurunkan kaca mobilnya dan terlihat Jimmy yang kini tengah berdiri menunggunya. “Masuklah,” perintah Olivia.“Kamu memilih tempat yang sepi untuk bertemu, aku kira kita akan berbicara di sini.”“Kalau ada karyawan William yang tidak sengaja lewat sini bagaimana? Semua tempat tidak ada yang aman."Jimmy pun mengalah lalu dengan berat hati masuk ke dalam mobil Olivia seraya memberikan secangkir kopi macchiato hangat pada Olivia dan menaruh kopi cappuccino miliknya lalu membiarkan wanita itu membawa dirinya pergi entah kemana. 20 menit perjalanan tidak ada pembicaraan. Jimmy yang terlihat kalut masih sibuk dengan pikirannya, menimbang-nimbang kalimat yang tepat untuk mengatakan unek-unek dalam hatinya. Sedangkan Olivia memilih untuk diam menunggu dan bersiap dengan segala pertanyaan atau apa pun yang akan dilontarkan Jimmy. “Apa kalung itu benar-benar milikmu?” tanya Jimmy pada akhirnya. Olivia sontak mendengus. “Kamu pikir aku mencurinya?” “William membeli kalung itu delapan tahun yang lalu dan kamu belum mengenalnya saat itu. Kamu tidak sedang menipu William kan?”Seketika saja Olivia menepikan mobilnya, embusan napas berat lolos darinya. “Bukankah kamu sudah keterlaluan Jim? Menuduhku menipu suamiku sendiri?” rutuk Olivia dengan kekecewaan yang terpancar dari maniknya. “Lalu apa? Saat mencari informasi tentang kalung itu aku jelas melihat bagaimana bentuk gelang pasangannya dan sekalipun aku tidak pernah melihat William menggunakan gelang seperti itu. Aku juga belum pernah melihatmu memakai kalung itu. Hari saat William siuman itu adalah pertama kalinya aku melihatmu mengenakannya.”Olivia menyandarkan tubuhnya lalu memijat keningnya yang sejak tadi bedenyut karena mendengar ocehan Jimmy. Dari dulu Jimmy memang tidak pernah berubah selalu skeptis dan curiga terhadap segala sesuatu.
“Kamu memiliki hubungan yang cukup dekat dengan seseorang bukan berarti kamu mengetahui semua hal tentang orang itu,” cerca Olivia, “Jim, kamu tidak tahu apa pun tentang William terlebih lagi tentang masa lalunya di tahun 2015. Aku tanya padamu apa William pernah menceritakan tentang masa lalunya yang terjadi di tahun itu??”Kali ini Jimmy terdiam pria itu jadi tampak serba salah. Olivia memang benar selama empat tahun Jimmy mengenal William, William memang tidak pernah menceritakan kenangan apa pun yang tejadi pada tahun 2015. Padahal William selalu dengan senang hati bercerita tentang masa lalunya yang terjadi pada tahun-tahun yang lain. “Kalau begitu….”“Aku memang sudah mengenal William sejak dia masih berumur 20 tahun, tapi hanya untuk beberapa bulan saja, sebelum aku pindah kembali ke desa. Will memberi kalung itu satu hari sebelum kepindahanku. Sejak saat itu kita tidak bertemu lagi,” sela Olivia dengan cepat.Setelah mendengar penjelasan Olivia, walaupun Jimmy terlihat masih ragu namun perlahan sikapnya mulai melunak. Dan tentunya itu adalah kabar baik untuk Olivia karena semua karangannya berarti bekerja cukup baik.Untuk beberapa menit Jimmy hanya diam dan menyesap cappuccino miliknya seraya menatap kosong jalanan di depan yang cukup lengang. Sudah hampir satu jam mereka berputar-putar dan kini lokasinya sudah cukup dekat dengan rumah Olivia. “Kalau begitu apa kamu memutuskan hubungan kita karena mengetahui bahwa Will adalah anak dari pemilik hotel tempatmu bekerja?”Olivia seketika mengerem mendadak, matanya kini terbelalak menatap Jimmy tidak percaya. “Kenapa kamu bisa berpikir begitu?” balas Olivia kesal, wajahnya memerah menahan luapan emosi yang mulai meletup-letup di hatinya. “Lalu apa alasan kamu memutuskan hubungan kita? Kamu mengenal Will lebih dulu dan tahu bahwa pria itu memiliki segalanya....” Jimmy tiba-tiba berhenti berbicara dan bergerak dengan gusar. Olivia mengusap wajahnya ia tidak menduga bahwa pembicaraan tentang kalung ini malah akan bermuara pada hubungannya dengan Jimmy di masa lalu. Tetapi Olivia tidak bisa meluapkan amarah dan alasan dibalik semua itu.“Bagaimana aku mengatakannya kalau kamu selalu curiga terhadap banyak hal, sudahlah lupakan semuanya sudah berlalu,” gumam Olivia. Tetapi masih tidak ada respon dari Jimmy bahkan setelah 5 menit. Karena terlalu fokus memerhatikan jalanan Olivia tidak menyadari bahwa Jimmy kini bersikap aneh. Dahi Olivia langsung mengerut begitu ia menoleh ke arah Jimmy. Entah mengapa tubuh Jimmy malah berkeringat cukup banyak, wajahnya juga memerah seperti kepiting rebus, seolah pria itu kini terpanggang di dalam sauna.“Jim apa kamu baik-baik saja?” tanya Olivia sedikit cemas. Jimmy tidak langsung menjawab, ia malah menatap Olivia cukup lama dengan pandangan yang tidak fokus.“Jimmy, ada apa denganmu sepertinya kamu tidak sehat,” seru Olivia semakin panik.“Aku tidak tau tubuhku terasa aneh,” balas Jimmy dengan lemah. Dengan cepat Olivia pun memutar kemudinya dan melesat menuju rumahnya yang hanya beberapa menit perjalanan lagi. “Baiklah kita ke rumahku sekarang, nanti aku akan panggilkan dokter untukmu.” Setelah tiba di rumahnya, Olivia segera membopong tubuh Jimmy dengan susah payah masuk ke dalam rumahnya seraya mengirim pesan kepada si eksekutor. ‘Batalkan rencananya,’ perintah Olivia. Tak berselang lama terlihat seorang pria dengan pakaian serba hitam yang bersembunyi di balik semak bergegas pergi meninggalkan kediaman Olivia. “Tunggu sebentar aku akan menghubungi dokter,” ujar Olivia seraya menjatuhkan tubuh Jimmy ke atas sofa di ruang tengahnya.Namun baru saja Olivia hendak melangkah pergi tiba-tiba Jimmy menarik tubuh Olivia hingga wanita itu jatuh dipangkuan Jimmy lalu dengan cepat Jimmy mengecup bibir merah Olivia. Olivia yang tidak menduganya sama sekali langsung mendorong tubuh Jimmy agar menjauh darinya. “Apa yang kamu lakukan Jimmy?! Kamu gila ya?!” pekik Olivia kaget.Alih-alih berhenti bersikap aneh Jimmy malah merengkuh tubuh Olivia semakin erat dan berusaha menjamah leher Olivia. “Aku merindukanmu Liv,” sahut Jimmy setengah berbisik. “Apa yang terjadi padamu?!” Olivia berusaha melepaskan diri tetapi Jimmy terlalu kuat dengan susah payah Olivia meronta-ronta, tapi semuanya sia-sia.Seolah tak sadar diri bukannya berhenti Jimmy malah mendorong tubuh Olivia ke sofa hingga wanita itu terlentang tak berdaya dan hendak kembali mengincar bibir Olivia. Olivia sontak menampar keras wajah Jimmy berharap pria itu berhenti dan menyadari perbuatannya, tetapi Jimmy hanya termangu untuk sesaat sebelum kembali bertindak lebih jauh lagi.“Jimmy sadarlah!”*** ‘Nomor yang Anda hubungi tidak menjawab....’Dengan kesal William melempar gawainya ke atas tempat tidur. Sudah belasan kali ia menghubungi Olivia tetepi lagi-lagi suara operator yang menyambutnya.
“Kenapa Olie lama sekali? Dia juga tidak menjawab telepon sejak tadi, apa sesuatu terjadi....” William segera menggelengkan kepalanya berusaha membuang jauh-jauh pikiran negatifnya. Tetapi hati tidak bisa berbohong, William sangat mencemaskan wanita itu. Ia takut sesuatu yang buruk mungkin saja menimpa Olivia. Karena tidak bisa lagi menahan kekhawatirannya tanpa banyak berpikir William langsung menyambar kunci mobil di atas nakas dan tak lama kemudian ia sudah melesat di jalanan. “Olie, aku harap kau baik-baik saja,” gumam William cemas sepanjang perjalanan.
“Aahh...,” Olivia meringis menahan sakit di pergelangan tangannya yang memerah akibat cekalan Jimmy. Olivia menoleh sekilas ke arah Jimmy, pria itu masih terkapar tak sadarkan diri sejak satu jam yang lalu. Lalu dengan lemah Olivia melangkah menuju meja makan di area dapur. Rambut Olivia masih berantakan bahkan pakaiannya cukup kacau. Binar dikedua bola mata Olivia sirna kemudian dengan perasaan dongkol Olivia meremas cangkir kopi yang terbuat dari plastik itu dan melemparnya ke tempat sampah. ‘Semua ini tidak ada dalam rencana dan pasti ada sesuatu di dalam kopi yang Jimmy minum.’Di saat yang bersamaan suara mobil tiba-tiba terdengar memasuki halaman rumah Olivia. Olivia mengerutkan keningnya lalu menyingkap gorden di area ruang depan dan terlihat mobil William di sana. Olivia mengalihkan padangannya kembali ke arah Jimmy. Sepertinya Olivia tahu bagaimana cara memanfaatkan kekacauan ini agar ia tidak dirugikan. Dengan tampilannya yang acak-acakan Olivia bergegas berjalan menuju
Olivia mengeratkan jemarinya dan menggigit bibir bawahnya. “Aku harus mencegah William menjawab kuis itu.”Olivia pun segera menghubungi William tetapi pria itu tidak mengangkatnya bahkan di layar yang menampilkan video William secara langsung tidak terlihat William menerima sebuah panggilan telepon darinya.“Daniel sialan dia meretas semuanya!”Tanpa membuang banyak waktu Olivia langsung berlari menuju mobilnya dan bergegas pergi menuju lokasi William. Sepanjang perjalanan Olivia terus berusaha menghubungi William tetapi nihil. Akhirnya Olivia beralih menghubungi Jimmy karena Olivia yakin ia bisa menghubunginya.“Ayo Jimmy angkatlah!”Alih-alih mendengar suara pria itu Olivia malah menerima suara dari operator. Berulang kali Olivia coba namun hasilnya tetap sama. Dengan kesal Olivia memukul kemudi mobilnya.“Ada apa ini? Kenapa aku tidak bisa menghubungi Jimmy juga?!” rutuk Olivia.Sesaat kemudian notifikasi kembali muncul, dengan cepat Olivia membukannya dan membagi pandangannya ant
Daniel menyeringai sambil memegangi pipinya yang terasa panas, “Untuk apa ini? Apa begini tanda terima kasihmu padaku?” cemooh Daniel.“Jangan pura-pura tidak tahu. Kamu menjebakku!”Pria licik itu malah terkekeh seraya melangkah mengelilingi ruangannya. “Sepertinya ada kesalahpahaman di antara kita.”Olivia mendengus tidak habis pikir, bisa-bisanya pria licik itu mengelak setelah semua yang dilakukannya.“Menaruh perangsan di dalam kopi yang dibeli Jimmy, dan diam-diam merekam apa yang terjadi malam itu di kediamanku padahal jelas-jelas aku sudah meminta si eksekutor untuk membatalakan rencana….”“Kamu terlalu bermain aman Olie. Apa kamu pikir dengan rencana membosankan yang kamu buat bisa berhasil meyakinkan William kalau si Jimmy itu sering menggodamu?” tukas Daniel gemas.Tentu saja Olivia ingin bermain aman dalam rencananya supaya semuanya berjalan dengan lancar. Olivia tidak mau terburu-buru dan gegabah tetapi pria itu malah merusak semuanya.Daniel kemudian mendekati Olivia dan
Pesta perayaan pembukaan hotel cabang baru digelar malam ini. Banyak sekali tamu-tamu penting yang terlihat. Tubuh mereka terbalut begitu elok di dalam tuxedo untuk para pria dan gaun untuk para wanita.Begitu pun dengan William dan Olivia. Mereka tampil begitu memesona. Olivia tampil cantik dengan gaun berwarna beige yang sederhana nan elegan dan William tampil dengan gagah dan tampan dengan tuxedo berwarna hitam.Ketika Olivia dan William tiba semua pandangan tamu undangan tertuju ke arah mereka. Sebagian dari mereka ada yang menatap dengan antusias ada pula yang malah berbisik-bisik dengan tamu lain membicarakan insiden yang menimpa William baru-baru ini atau menggunjing Olivia.Karena itu Olivia tidak pernah suka mendatangi pesta apa pun yang berkaitan dengan perusahaan William atau hotelnya, sebab ia tahu banyak orang-orang dalam pesta itu yang akan memandangnya drngan rendah.“Hai Will, Olivia kalian keren banget malam ini,” sapa seorang wanita menyebalkan bernama Alya.Olivia s
Olivia berlari menerobos kerumunan sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat, mencari-cari William. Tetapi sulit sekali. Terlalu banyak orang di dalam ruangan itu dan lagi gedung itu besar sekali, Olivia tidak tahu William ada di ruangan mana. “Ya tuhan kemana pria itu?” rutuk Olivia seraya menghubungi William melalui telepon selulernya. Tetapi William bahkan tidak mengangkat panggilan dari Olivia. “Apa Daniel masih meretas ponsel William?” gumam Olivia kemudian ia terpikirkan sesuatu. Mungkin ia bisa meminta bantuan Daniel untuk menemukan William. Dengan berat hati akhirnya Olivia pun menghubungi Daniel dan tak berselang lama terdengar suara berat pria itu di ujung sana. “Bagaimana? Aku sudah menyiapkan banyak orang dan banyak hal untuk rencana kali ini. Apa kau masih ingin ikut bermain denganku?” “Bisakah kamu mencari William? Ada sahabat kakaku di tempat ini dan aku yakin dia dan William pasti saling mengenal. Aku takut William bertemu dengannya karena dia pasti akan
‘Jangan Will, kumohon hentikan!’Jeritan Selena terus terngiang-ngiang di telinga Olivia, hingga membuatnya merasa mual karena luapan emosi yang begitu besar. Tidak salah lagi itu adalah suara Selena, sudah lama sekali ia tidak mendengar suara kakak kesayangannya itu. Ia sangat merindukannya, tetapi bukan ini suara Selena yang Olivia ingin Olivia dengar. Bukan suaranya yang penuh ketakutan dan penderitaan. Rahang Olivia mengeras giginya bergemeletuk menahan amarah dalam hatinya.‘Aku akan membalas perbuatanmu William,’ kutuk Olivia dalam batinnya. Hatinya kembali menggelap dipenuhi dendam dan kebencian.Tak berselang lama, William keluar dari kamar karena ia khawatir sebab Olivia tidak kunjung kembali. “Apa ada masalah Lie?” tanya William. Buru-buru Olivia mengukir senyum manisnya walaupun dalam hati ia mengutuk pria itu. “Oh tidak hanya pesan dari detektif Raka yang menangani kasus terkait insiden yang menimpa kemarin.” “Oh apa katanya....” “Will!” ucapan William terpotong ol
Bagian intim milik William terasa semakin aneh. Pandangan William semakin kabur. Kemudian tiba-tiba terlihat sepatu berwarna hitam tengah mendekat ke arahnya.Tubuh William yang tidak berdaya pun dibopong oleh pria itu menuju ke suatu tempat. Tetapi William tidak tahu ke mana pria itu akan membawanya pergi. William benar-benar tidak bisa memfokuskan pandangan dan pikirannya. Kesadarannya bahkan sudah mulai hilang timbul.William dibawa masuk ke sebuah kamar dan tubuh dilempar ke atas tempat tidur, setelah itu pria bermasker yang membawa tubuh William keluar dari ruangan. Di depan ruangan kini sudah ada seorang wanita berpakaian seksi.“Ini kuncinya dan di dalam ruangan sudah dipasang kamera tersembunyi. Kau tau apa yang harus kau lakukan kan?” ucap pria bermasker itu seraya memberikan kunci kamar kepada si wanita seksi.Wanita berbaju seksi itu mendelik lalu berdecak sambil merebut kunci kamar. “Tenang saja bukan satu dua kali aku melakukan pekerjaan ini kau tau.”“Bagus kalau begitu
William mengerang di atas tempat tidur, napasnya memburu kencang. Melihat kondisi William si wanita berbaju seksi itu pun semakin tertarik padanya. Ia mendekati William dengan antusias lalu mulai membelai wajah tampan pria di hadapannya itu. “Uhh dia tampan sekali,” ujarnya kemudian ia berbisik di telinga William, “Hai tampan kau harus bermain denganku malam ini,” bisiknya. William sontak menarik lengan wanita itu hingga membuat si wanita berbaju seksi terjatuh ke atas tubuhnya. Alih-alih terkejut wanita itu malah tertawa girang. “Wah, kau sangat bersemangat sekali rupanya,” ucap wanita itu seraya meraba tubuh William. “Apa kau sudah tidak tahan tuan tampan?” “Olie....” gumam William dengan suara serak dan lemah bahkan suaranya pun tidak begitu jelas saking lemahnya. Namun tak henti-hentinya William terus memanggil nama istrinya itu. ***Jimmy berlari ke sana kemari menyisir seluruh sudut ruangan di dalam gedung itu bahkan setiap pria yang memiliki postur tubuh mirip dengan Will