Share

BAB 7 Situasi Tidak Terduga

‘Semua sudah siap tinggal menunggu waktu untuk eksekusi.’ Isi pesan dari kontak bernama Si Eksekutor.

Bersamaan dengan Olivia selesai membaca pesan tersebut terdengar ketukan yang berasal dari kaca jendela mobilnya. Olivia langsung menurunkan kaca mobilnya dan terlihat Jimmy yang kini tengah berdiri menunggunya.  

“Masuklah,” perintah Olivia.

“Kamu memilih tempat yang sepi untuk bertemu, aku kira kita akan berbicara di sini.”

“Kalau ada karyawan William yang tidak sengaja lewat sini bagaimana? Semua tempat tidak ada yang aman."

Jimmy pun mengalah lalu dengan berat hati masuk ke dalam mobil Olivia seraya memberikan secangkir kopi macchiato hangat pada Olivia dan menaruh kopi cappuccino miliknya lalu membiarkan wanita itu membawa dirinya pergi entah kemana. 

20 menit perjalanan tidak ada pembicaraan. Jimmy yang terlihat kalut masih sibuk dengan pikirannya, menimbang-nimbang kalimat yang tepat untuk mengatakan unek-unek dalam hatinya. Sedangkan Olivia memilih untuk diam menunggu dan bersiap dengan segala pertanyaan atau apa pun yang akan dilontarkan Jimmy. 

“Apa kalung itu benar-benar milikmu?” tanya Jimmy pada akhirnya. 

Olivia sontak mendengus. “Kamu pikir aku mencurinya?” 

“William membeli kalung itu delapan tahun yang lalu dan kamu belum mengenalnya saat itu. Kamu tidak sedang menipu William kan?”

Seketika saja Olivia menepikan mobilnya, embusan napas berat lolos darinya. “Bukankah kamu sudah keterlaluan Jim? Menuduhku menipu suamiku sendiri?” rutuk Olivia dengan kekecewaan yang terpancar dari maniknya. 

“Lalu apa? Saat mencari informasi tentang kalung itu aku jelas melihat bagaimana bentuk gelang pasangannya dan sekalipun aku tidak pernah melihat William menggunakan gelang seperti itu. Aku juga belum pernah melihatmu memakai kalung itu. Hari saat William siuman itu adalah pertama kalinya aku melihatmu mengenakannya.”

Olivia menyandarkan tubuhnya lalu memijat keningnya yang sejak tadi bedenyut karena mendengar ocehan Jimmy. Dari dulu Jimmy memang tidak pernah berubah selalu skeptis dan curiga terhadap segala sesuatu. 

“Kamu memiliki hubungan yang cukup dekat dengan seseorang bukan berarti kamu mengetahui semua hal tentang orang itu,” cerca Olivia, “Jim, kamu tidak tahu apa pun tentang William terlebih lagi tentang masa lalunya di tahun 2015. Aku tanya padamu apa William pernah menceritakan tentang masa lalunya yang terjadi di tahun itu??”

Kali ini Jimmy terdiam pria itu jadi tampak serba salah. Olivia memang benar selama empat tahun Jimmy mengenal William, William memang tidak pernah menceritakan kenangan apa pun yang tejadi pada tahun 2015. Padahal William selalu dengan senang hati bercerita tentang masa lalunya yang terjadi pada tahun-tahun yang lain. 

“Kalau begitu….”

“Aku memang sudah mengenal William sejak dia masih berumur 20 tahun, tapi hanya untuk beberapa bulan saja, sebelum aku pindah kembali ke desa. Will memberi kalung itu satu hari sebelum kepindahanku. Sejak saat itu kita tidak bertemu lagi,” sela Olivia dengan cepat.

Setelah mendengar penjelasan Olivia, walaupun Jimmy terlihat masih ragu namun perlahan sikapnya mulai melunak. Dan tentunya itu adalah kabar baik untuk Olivia karena semua karangannya berarti bekerja cukup baik.

Untuk beberapa menit Jimmy hanya diam dan menyesap cappuccino miliknya seraya menatap kosong jalanan di depan yang cukup lengang. Sudah hampir satu jam mereka berputar-putar dan kini lokasinya sudah cukup dekat dengan rumah Olivia. 

“Kalau begitu apa kamu memutuskan hubungan kita karena mengetahui bahwa Will adalah anak dari pemilik hotel tempatmu bekerja?”

Olivia seketika mengerem mendadak, matanya kini terbelalak menatap Jimmy tidak percaya. 

“Kenapa kamu bisa berpikir begitu?” balas Olivia kesal, wajahnya memerah menahan luapan emosi yang mulai meletup-letup di hatinya. 

“Lalu apa alasan kamu memutuskan hubungan kita? Kamu mengenal Will lebih dulu dan tahu bahwa pria itu memiliki segalanya....” Jimmy tiba-tiba berhenti berbicara dan bergerak dengan gusar. 

Olivia mengusap wajahnya ia tidak menduga bahwa pembicaraan tentang kalung ini malah akan bermuara pada hubungannya dengan Jimmy di masa lalu. Tetapi Olivia tidak bisa meluapkan amarah dan alasan dibalik semua itu.

“Bagaimana aku mengatakannya kalau kamu selalu curiga terhadap banyak hal, sudahlah lupakan semuanya sudah berlalu,” gumam Olivia. 

Tetapi masih tidak ada respon dari Jimmy bahkan setelah 5 menit. Karena terlalu fokus memerhatikan jalanan Olivia tidak menyadari bahwa Jimmy kini bersikap aneh. 

Dahi Olivia langsung mengerut begitu ia menoleh ke arah Jimmy. Entah mengapa tubuh Jimmy malah berkeringat cukup banyak, wajahnya juga memerah seperti kepiting rebus, seolah pria itu kini terpanggang di dalam sauna.

“Jim apa kamu baik-baik saja?” tanya Olivia sedikit cemas. 

Jimmy tidak langsung menjawab, ia malah menatap Olivia cukup lama dengan pandangan yang tidak fokus.

“Jimmy, ada apa denganmu sepertinya kamu tidak sehat,” seru Olivia semakin panik.

“Aku tidak tau tubuhku terasa aneh,” balas Jimmy dengan lemah. 

Dengan cepat Olivia pun memutar kemudinya dan melesat menuju rumahnya yang hanya beberapa menit perjalanan lagi. “Baiklah kita ke rumahku sekarang, nanti aku akan panggilkan dokter untukmu.” 

Setelah tiba di rumahnya, Olivia segera membopong tubuh Jimmy dengan susah payah masuk ke dalam rumahnya seraya mengirim pesan kepada si eksekutor. 

‘Batalkan rencananya,’ perintah Olivia. 

Tak berselang lama terlihat seorang pria dengan pakaian serba hitam yang bersembunyi di balik semak bergegas pergi meninggalkan kediaman Olivia. 

“Tunggu sebentar aku akan menghubungi dokter,” ujar Olivia seraya menjatuhkan tubuh Jimmy ke atas sofa di ruang tengahnya.

 

Namun baru saja Olivia hendak melangkah pergi tiba-tiba Jimmy menarik tubuh Olivia hingga wanita itu jatuh dipangkuan Jimmy lalu dengan cepat Jimmy mengecup bibir merah Olivia. Olivia yang tidak menduganya sama sekali langsung mendorong tubuh Jimmy agar menjauh darinya. 

“Apa yang kamu lakukan Jimmy?! Kamu gila ya?!” pekik Olivia kaget.

Alih-alih berhenti bersikap aneh Jimmy malah merengkuh tubuh Olivia semakin erat dan berusaha menjamah leher Olivia.  

“Aku merindukanmu Liv,” sahut Jimmy setengah berbisik. 

“Apa yang terjadi padamu?!” Olivia berusaha melepaskan diri tetapi Jimmy terlalu kuat dengan susah payah Olivia meronta-ronta, tapi semuanya sia-sia.

Seolah tak sadar diri bukannya berhenti Jimmy malah mendorong tubuh Olivia ke sofa hingga wanita itu terlentang tak berdaya dan hendak kembali mengincar bibir Olivia. 

Olivia sontak menampar keras wajah Jimmy berharap pria itu berhenti dan menyadari perbuatannya, tetapi Jimmy hanya termangu untuk sesaat sebelum kembali bertindak lebih jauh lagi.

“Jimmy sadarlah!”

*** 

‘Nomor yang Anda hubungi tidak menjawab....’

Dengan kesal William melempar gawainya ke atas tempat tidur. Sudah belasan kali ia menghubungi Olivia tetepi lagi-lagi suara operator yang menyambutnya.

 

“Kenapa Olie lama sekali? Dia juga tidak menjawab telepon sejak tadi, apa sesuatu terjadi....” William segera menggelengkan kepalanya berusaha membuang jauh-jauh pikiran negatifnya. 

Tetapi hati tidak bisa berbohong, William sangat mencemaskan wanita itu. Ia takut sesuatu yang buruk mungkin saja menimpa Olivia. 

Karena tidak bisa lagi menahan kekhawatirannya tanpa banyak berpikir William langsung menyambar kunci mobil di atas nakas dan tak lama kemudian ia sudah melesat di jalanan. 

“Olie, aku harap kau baik-baik saja,” gumam William cemas sepanjang perjalanan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status