PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI
💓💓💓Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 Wib. Dimas telah sampai di kantornya. begitu juga dengan Celine sekretaris pribadi Dimas."Celine" Dimas menunjuk kearah Celine dan menyuruhnya untuk menghadap kepadanya."Ya mas Dimas?" Celine segera menghadap Dimas dengan langkah keayuan yang dibuat-buat."Tolong bikinkan saya kopi dan bawa kesini!", ternyata Dimas hanya meminta dibuatkan kopi tidak sesuai dengan yang Celine pikirkan."Kirain mau bilang apa", gerutu Celine yang sedikit masih bisa didengar oleh Dimas."Maksud kamu apa Cel?", Dimas ternyata tidak mendengarnya dengan begitu jelas."Oh, nggak ada apa-apa kok mas" Celine buru-buru pergi meninggalkan Dimas yang masih dipenuhi dengan tanda tanya.***Setelah selesai membuatkan kopi untuk bosnya itu, Celine buru-buru kembali keruangan Dimas dan segera menyuguhkan kopi itu Diatas meja."Ini kopi spesial pesanan Mas Dimas",Celine dengan sengaja memberikan kopi itu disebelah Dimas dengan sedikit menunduk dan memperlihatkan sedikit belahan dua bukit kembarnya kepada Dimas.Mata hitam Dimas sempat melotot tajam melihat pemandangan gratis didepannya, yang kemudian membuatnya menjadi salah tingkah oleh ulah Celine.Celine yang menyadari Dimas gugup semakin berani dengan duduk dipaha Dimas. Mata Dimas dan Celine saling bertemu dan Celine bersiap meluncurkan jurus berikutnya.Dimas yang mulai teransang oleh permainan Celine seolah mengikuti keinginan Celine. Dimas hendak mencium Celine dengan penuh nafsu. Celine yang menyadari Dimas masuk keperangkapnya semakin bergairah untuk memberi rangsangan kepada Dimas.****"Tok, tok, tok", terdengar seseorang mengetuk pintu ruangan Dimas.Dimas yang menyadari ada seseorang diluar segera menghentikan niat Celine dan buru-buru menghempaskan badan Celine sehingga Celine terperosok ke lantai."Awh, awh, sakit mas" terdengar erangan Celine yang tidak terima dirinya dijatuhkan begitu saja oleh Dimas."Cepat bukakan pintu sana" kata Dimas yang kembali ke stelan pabrik.Sepertinya misi Celine mendekati Dimas kali ini harus gagal lagi akibat tamu yang datang tak diundang.Celine buru-buru bangkit dari lantai dan segera membukakan pintu."Seina, kenapa datang lagi", ucap Celine yang mulai menunjukkan sifat tidak sukanya kepada Seina. karena lagi-lagi Dimas akan mencuri-curi perhatian kepada Seina."Iya Cel, pak Dimasnya ada?" sambil melirik kedalam."Ada tuh didalam", Celine mulai berkacak pinggang dihadapan Seina.Seina tidak menggubris Celine ia lansung saja masuk dan menyapa Dimas yang sudah ada dimeja kerjanya."Seina, apa kabar" sapa Dimas beramah tamah kepada Seina."Hmm baik kok pak""Kok masih panggil pak sih Sein, panggil mas aja biar lebih akrab"."Iya mas, lupa. Oh ya mas, jadi kita sekarang ke gudang kamu mau lihat pengiriman barang ke supermarket saya?""Oh tentu. Kalau gitu kita berangkat sekarang" Dimas seraya mengajak Seina segera pergi ke gudang."Oh ya, Celine kamu tunggu diruangan nanti kalau ada tamu saya yang datang kamu tolong layani dulu ya!" Dimas sama sekali tidak ingin Celine ikut dan mengganggu ia dan Seina nanti."Perasaan bapak nggak ada janji yang lain pak, nih nggak ada dicatatan saya" seolah Celine ingin ikut juga dan tidak ingin Seina menjadi semakin akrab dengan Dimas."Ada tadi Pak Sentosa dari Perkasa Group tadi nelvon saya katanya sudah mau sampai jadi nanti kalau dia sudah sampai kesini tolong kamu ladeni dulu ya!" Dimas sekali lagi membohongi Celine dengan berbohong tentang pak Sentosa yang akan datang kekantornya."Kalau gitu baik pak" Celine terpaksa mengiyakan saja perkataan bosnya itu daripada Dimas jadi marah nantinya.****Setelah selesai melihat-lihat produk yang akan dikirimkan ke supermarket Chunky Mart Seina tertarik pada suatu produk minuman dan ingin segera mengambilnya.seketika Seina mendekati rak minuman itu dan memegang kemasan minuman itu. Tanpa Seina sadari ia sudah menggoyang rak yang diatasnya ada setumpuk kardus berisi minuman dirak paling atas.Dimas yang mengetahui rak itu bergoyang dan melihat keatas ada sejumlah Kardus yang hendak menimpa Seina. Dimas segera memeluk Seina dan merebahkan diri kelantai demi menghindari kejatuhan kardus yang berat itu."Awas Sein" spontan Dimas memeluk Seina sehingga keduanya terjatuh kelantai.Namun nasib naas menimpa Dimas. Kaki kanan Dimas ditimpa oleh kardus berisi minuman itu sehingga membuat Dimas mengerang kesakitan. Dimas tak lagi bisa menghindar karena posisi badannya yang sudah berada diatas Seina."Arrrggghhh", Dimas memegangi kaki kanannya itu.Seina masih dengan telitinya memperhatikan setiap titik dan detail yang ada diwajah Dimas. Seina mulai merasakan sentruman-sentruman kecil dari dekapan Dimas kepadanya. Seina sama sekali belum menyadari hal apa yang dialami oleh Dimas. mendengar erangan Dimas barulah Seina tersadar dari lamunannya.Dimas buru-buru bangkit dari tubuh Seina. ia terlihat masih kesakitan." Kamu nggak apa-apa mas?" Seina mulai menyadari apa yang dialami oleh Dimas dan mencoba untuk membantu Dimas."Kaki aku Sein, sepertinya terkilir" kata Dimas menunjuk kearah kakinya." Ini semua gara-gara aku mas, kamu bisa sampai kayak gini, maafin aku mas" Seina merasa sangat bersalah kepada Dimas sehingga membuat dimas menjadi celaka."Udah nggak apa-apa kok, mas ikhlas bantuin kamu" Dimas mencoba memberi pengertian kepada Seina."Coba mas aku lihat siapa tahu aku bisa bantu!" Seina memegangi kaki Dimas yang terkilir mencoba untuk mengurutnya."Kamu mau ngapain Sein, udah nggaaak" Dimas berteriak tidak bisa melanjutkan ucapannya."Gimana rasanya mas?" Seina mencoba mengeluarkan sedikit bakat memijatnya yang diturunkan oleh sang ayah kepadanya."Sakiiit" Dimas masih saja menjerit karena tidak mampu menahan rasa sakit dari pijatan Seina."Sekarang udah agak mendingan kan?"Dimas mencoba menggerakkan kakinya sedikit demi sedikit."Masih terasa sakitnya Sein, tapi tidak seperti tadi sudah agak berkurang dari sebelumnya"" Tahan ya mas, ini yang terakhir, memang sedikit lebih sakit daripada yang tadi" Seina kembali memijat Dimas dengan kemampuan maksimalnya."Arrghhggghhh" Erangan Dimas sungguh terdengar sangat menyakitkan."Tahan dikit dong mas jangan manja kayak cewek gitu, nggak malu nih sama aku" Seina sengaja mengejek Dimas yang sedang berusaha untuk melawan rasa sakit dikakinya."Awas kamu ya Sein, beraninya ngeledek saya ketika sakit begini".Seina hanya tertawa kecil melihat kelakuan bos perusahaan besar itu yang ternyata sangat manja dan tidak tahan rasa sakit."Udah dong mas ngambeknya, saya minta maaf deh nanti saya beliin es krim deh sebagai permintaan maafnya karena udah ngetawain bos besar"."Nggak, saya nggak suka es krim" Dimas sedikit memperdayai Seina."Yah sayang banget sih mas, kok nggak suka sih kan rasanya manis, trus mas Dimas sukanya apa dong mas?""Saya sukanya sama kamu" jawaban lugas dari Dimas sontak membuat tatapan Seina nanar, matanya yang semula kecil kini membulat besar seolah tak percaya yang diucapkan oleh Dimas."Maksud mas Dimas?" Seina mulai gugup dengan Dimas dan masih tidak bisa mempercayai apa yang ia dengar barusan dari Dimas."M-maksud saya, saya maunya makan siang bareng gitu, maksudnya" Dimas juga menjadi mendadak gagap menjawab pertanyaan balik dari Seina."Ooh gitu, kirain maksudnya apa tadi mas""Kamu baper ya Sein" Dimas mencoba untuk menyudutkan Seina yang pipinya sekarang sudah seperti udang siap direbus."Aaah, en-nggak kok, siapa bilang saya baper" Seina kembali berdiri dari posisinya yang semula jongkok memijat Dimas." Tuh ngapain berdiri, bantuin saya dong. Kan saya kayak gini semua gara-gara kamu Sein" Dimas sengaja menyalahkan Seina berharap Seina akan memberikan simpatinya kepada Dimas."Iya mas, iya. Nih saya bantuin mas kok jangan nyerocos terus dong" Seina menarik tangan Dimas dan mencoba membantu Dimas agar segera berdiri.~~~~•|•~~~~bersambung"Tidak Seina. Tidak akan saya beritahu sebelum kamu...aku langsung menutup bibir mas William dengan satu telunjuk. Malu bercampur gelisah menyelinap dan berbaur diotak kanan dan kiriku saat ini. Jujur. aku sangat penasaran dengan kelanjutan kisah Zein dan Gery yang seakan dibuat menggantung oleh bosnya ini. "No mas. No sebelum kamu jawab semua kebingunganku dengan kisahnya Gery. Pokoknya aku nggak mau. titik.." ucapku sambil merajuk dan memanyunkan bibir depanku. Mas William malah tertawa kecil melihat tingkahku yang malah kekanakan. "Seina. Seina. Kamu lucu sekali kalau ngambek begini. Oke. saya akan kasih tahu." kali ini aku sedikit mengendurkan bibirku. Tak kusadari malahan mas William mencuri start duluan dengan melumat bibir atasku. Sehingga membuat jantungku berdebar. 'What. Mas Will kamu bener-bener keterlaluan' gumamku membatin. "Kamu rasain ini mas" aku meremas perut mas William sehingga ia meringis kesakitan. "Aampun sayang. Ampun." "Makanya mas. Kamu jangan bikin
"Jadi begitu rencananya. Begitu mobil iring-iringan mempelai prianya sampe pertigaan langsung kalian Pepet. Habisi langsung detik itu juga" Tugas Roki sang bandit jalanan. Dengan kumis sedikit terangkat dan senyum menyungging. "Oke bos. Siap kami laksanakan". Ucap ketiga teman sang mantan narapidana. Meski sering keluar masuk hotel Borneo sama sekali tidak membuat keempat orang yang bak saudara itu seakan tidak pernah jera dalam berbuat onar dan kejahatan. Dengan iming-iming yang dijanjikan Zein. Keempat manusia itu mulai menjalankan aksinya. Dengan mengendarai mobil Jeep berwarna hitam mereka menuju lokasi yang dimaksud oleh Roki. Mereka menggunakan dua mobil untuk melancarkan aksinya. ** "Mas Will. Kenapa Gery lama sekali ya. Aku deg-degan banget mas. Jujur aku juga takut banget jangan-jangan sesuatu yang buruk telah menimpanya saat ini." Aku kembali menghampiri mas William yang sedari tadi sibuk menemui tamu dari kolegaya. Sedangkan aku tadi sempat menemui Lusi yang masih bera
"Zain. Sayang. Maaf Ibu mengganggu waktumu sebentar nak. Ibu mau bicara sama kamu" Ibunya Zein memanggil putra satu-satunya itu dalam sambungan telepon. Setidaknya Ibunya juga sedikit berpanas sekarang seiring pembebasannya Zein."Ya Buk. Maaf Buk. Zein lagi sibuk. Lagi bicara sama klien tentang proposal bisnisnya Zein. Nanti saja ibuk televonnya"Tuuut.Tuuut. Tuuut. Lansung saja panggilan itu diputus paksa oleh anaknya sendiri.'Zein. Padahal Ibu pengen ngomong kalau Ibu butuh sedikit uang untuk makan sehari-hari dari hasil penjualan sawah kemaren' gumam Bu Siti dalam tangis direlungnya."Oke. Kalau gitu gue setuju. Ini sepuluh juta buat depenya. Tapi Lo harus ingat. Jangan pernah bawa-bawa gue jika kalian gagal dalam tugas ini." Amplop besar dilempar begitu saja oleh Zein. Seperti tidak ada harganya ketimbang misinya saat ini."Lakukan sesuai perintah gue. Buat Lusi menderita dengan kehilangan bayinya. Dan juga pastikan pernikahannya gagal dengan laki-laki brengsek itu. Buang dia se
"Aku bahagia mas karena ada kamu disamping aku. Kamu datang disaat aku butuh sandaran mas. Kamu seperti air di gurun oase yang begitu terik. Kamu memberiku kesejukan akan dahagaku yang terhempas oleh bayang masa laluku. Dan aku juga sangat terharu akhirnya Lusi akan segera melepas masa lajangnya. Dan itu semua juga berkat dirimu mas" aku menenggelamkan wajahku dalam pelukan laki-laki yang saat ini menjadi junjunganku.Tiada niat sedikitpun aku untuk berpaling darinya. Hati ini sepertinya juga sudah dipenjara dan diborgol erat oleh mas William."Seina. Sayang. Sudah. Kamu jangan mellow lagi. Hari ini adalah hari bahagia di keluarga kamu dan keluarga kita. Hari ini adalah pesta pernikahan adik kamu satu-satunya. Dan juga sekaligus perayaan tujih bulanan kamu bukan?. Hari ini tidak boleh air mata yang terbit dari sudut mata indah kamu ini. Jika pun masih terbit. Itu haruslah air mata kebahagiaan. Bukan duka sayang. Saya mencintai kamu. Mencintai ketulusan dan keikhlasan hatimu. Saya berj
"Nak Gery. Kenapa malam-malam datang ke sini? Apa Lusi yang menyuruhmu untuk buru-buru datang kesini?" Bu Ningsih tampak begitu khawatir mengetahui laki-laki yang sebentar lagi resmi mempersunting putrinya itu sedari tadi memencet bel tanpa ada seorang pun yang mendengar kecuali dirinya."I-Ibu. Maafkan saya Bu. Sudah datang selarut ini. I-Ini Bu." Gery menyodorkan kresek hitam ke hadapan Bu Ningsih yang membuat Bu Ningsih semakin bingung."Apa ini Gery?" Bu Ningsih mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak tahu apa sebenarnya yang ada didalam kantong kresek itu.Perlahan tanganny mulai membuka buhul itu. Betapa kagetnya Bu Ningsih dengan pemandangan yang ada di depannya saat ini. Emosinya pun memuncak seolah tidak tertahankan lagi."Mangga muda? Gery! Apa maksud semua ini? Kenapa kamu malam-malam mengantar mangga muda kesini? Apa ini untuk Lusi? Apa kamu juga sudah melakukan itu kepada Lusi. Kurang aj*r kamu!'Plaaaakk' Bu Ningsih menamoar punya Gery yang membuat laki-laki kekar itu
"Aku saja yang menyetir Mas. Aku takutnya dengan kondisi kamu yang seperti sekarang kita akan nabrak dan bisa berabe nantinya""Uuuweekk..uuweeekkk ." Mas William terus saja mual dan hendak muntah namun kembali sama kali tidak mengeluarkan apapun. Hanya beberapa air yang ia muntahkan." Iya Seina. Mas setuju kamu aja yang nyetir. Lagian mas sepertinya ingin muntah terus tidak tertahankan seperti ini. Mas takut tidak konsentrasi nanti kalau menyetir." Mau bagaimana lagi kalau melihat kondisi mas William saat ini memang sangat tidak memungkinkan kalau dia yang menyetir. Jadi terpaksa aku yang ambil alih kemudinya.**" Mas ingin sekali makan mangga muda, tolong belikan Mas sayang" " Yang benar saja kamu Mas, masa tengah malam kayak gini kamu minta mangga muda. Kemana aku harus carikan Mas?" lagi-lagi aku mengerutkan dahiku melihat tingkah aneh mas William saat ini.Masa jam 02.00 pagi kayak gini Mas William meminta aku untuk mencarikannya mangga muda. Bukannya mangga muda yang nanti ak