Share

bab 6 Misi Celine

PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI

πŸ’“πŸ’“πŸ’“

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 Wib. Dimas telah sampai di kantornya. begitu juga dengan Celine sekretaris pribadi Dimas.

"Celine" Dimas menunjuk kearah Celine dan menyuruhnya untuk menghadap kepadanya.

"Ya mas Dimas?" Celine segera menghadap Dimas dengan langkah keayuan yang dibuat-buat.

"Tolong bikinkan saya kopi dan bawa kesini!", ternyata Dimas hanya meminta dibuatkan kopi tidak sesuai dengan yang Celine pikirkan.

"Kirain mau bilang apa", gerutu Celine yang sedikit masih bisa didengar oleh Dimas.

"Maksud kamu apa Cel?", Dimas ternyata tidak mendengarnya dengan begitu jelas.

"Oh, nggak ada apa-apa kok mas" Celine buru-buru pergi meninggalkan Dimas yang masih dipenuhi dengan tanda tanya.

***

Setelah selesai membuatkan kopi untuk bosnya itu, Celine buru-buru kembali keruangan Dimas dan segera menyuguhkan kopi itu Diatas meja.

"Ini kopi spesial pesanan Mas Dimas",

Celine dengan sengaja memberikan kopi itu disebelah Dimas dengan sedikit menunduk dan memperlihatkan sedikit belahan dua bukit kembarnya kepada Dimas.

Mata hitam Dimas sempat melotot tajam melihat pemandangan gratis didepannya, yang kemudian membuatnya menjadi salah tingkah oleh ulah Celine.

Celine yang menyadari Dimas gugup semakin berani dengan duduk dipaha Dimas. Mata Dimas dan Celine saling bertemu dan Celine bersiap meluncurkan jurus berikutnya.

Dimas yang mulai teransang oleh permainan Celine seolah mengikuti keinginan Celine. Dimas hendak mencium Celine dengan penuh nafsu. Celine yang menyadari Dimas masuk keperangkapnya semakin bergairah untuk memberi rangsangan kepada Dimas.

****

"Tok, tok, tok", terdengar seseorang mengetuk pintu ruangan Dimas.

Dimas yang menyadari ada seseorang diluar segera menghentikan niat Celine dan buru-buru menghempaskan badan Celine sehingga Celine terperosok ke lantai.

"Awh, awh, sakit mas" terdengar erangan Celine yang tidak terima dirinya dijatuhkan begitu saja oleh Dimas.

"Cepat bukakan pintu sana" kata Dimas yang kembali ke stelan pabrik.

Sepertinya misi Celine mendekati Dimas kali ini harus gagal lagi akibat tamu yang datang tak diundang.

Celine buru-buru bangkit dari lantai dan segera membukakan pintu.

"Seina, kenapa datang lagi", ucap Celine yang mulai menunjukkan sifat tidak sukanya kepada Seina. karena lagi-lagi Dimas akan mencuri-curi perhatian kepada Seina.

"Iya Cel, pak Dimasnya ada?" sambil melirik kedalam.

"Ada tuh didalam", Celine mulai berkacak pinggang dihadapan Seina.

Seina tidak menggubris Celine ia lansung saja masuk dan menyapa Dimas yang sudah ada dimeja kerjanya.

"Seina, apa kabar" sapa Dimas beramah tamah kepada Seina.

"Hmm baik kok pak"

"Kok masih panggil pak sih Sein, panggil mas aja biar lebih akrab".

"Iya mas, lupa. Oh ya mas, jadi kita sekarang ke gudang kamu mau lihat pengiriman barang ke supermarket saya?"

"Oh tentu. Kalau gitu kita berangkat sekarang" Dimas seraya mengajak Seina segera pergi ke gudang.

"Oh ya, Celine kamu tunggu diruangan nanti kalau ada tamu saya yang datang kamu tolong layani dulu ya!" Dimas sama sekali tidak ingin Celine ikut dan mengganggu ia dan Seina nanti.

"Perasaan bapak nggak ada janji yang lain pak, nih nggak ada dicatatan saya" seolah Celine ingin ikut juga dan tidak ingin Seina menjadi semakin akrab dengan Dimas.

"Ada tadi Pak Sentosa dari Perkasa Group tadi nelvon saya katanya sudah mau sampai jadi nanti kalau dia sudah sampai kesini tolong kamu ladeni dulu ya!" Dimas sekali lagi membohongi Celine dengan berbohong tentang pak Sentosa yang akan datang kekantornya.

"Kalau gitu baik pak" Celine terpaksa mengiyakan saja perkataan bosnya itu daripada Dimas jadi marah nantinya.

****

Setelah selesai melihat-lihat produk yang akan dikirimkan ke supermarket Chunky Mart Seina tertarik pada suatu produk minuman dan ingin segera mengambilnya.

seketika Seina mendekati rak minuman itu dan memegang kemasan minuman itu. Tanpa Seina sadari ia sudah menggoyang rak yang diatasnya ada setumpuk kardus berisi minuman dirak paling atas.

Dimas yang mengetahui rak itu bergoyang dan melihat keatas ada sejumlah Kardus yang hendak menimpa Seina. Dimas segera memeluk Seina dan merebahkan diri kelantai demi menghindari kejatuhan kardus yang berat itu.

"Awas Sein" spontan Dimas memeluk Seina sehingga keduanya terjatuh kelantai.

Namun nasib naas menimpa Dimas. Kaki kanan Dimas ditimpa oleh kardus berisi minuman itu sehingga membuat Dimas mengerang kesakitan. Dimas tak lagi bisa menghindar karena posisi badannya yang sudah berada diatas Seina.

"Arrrggghhh", Dimas memegangi kaki kanannya itu.

Seina masih dengan telitinya memperhatikan setiap titik dan detail yang ada diwajah Dimas. Seina mulai merasakan sentruman-sentruman kecil dari dekapan Dimas kepadanya. Seina sama sekali belum menyadari hal apa yang dialami oleh Dimas. mendengar erangan Dimas barulah Seina tersadar dari lamunannya.

Dimas buru-buru bangkit dari tubuh Seina. ia terlihat masih kesakitan.

" Kamu nggak apa-apa mas?" Seina mulai menyadari apa yang dialami oleh Dimas dan mencoba untuk membantu Dimas.

"Kaki aku Sein, sepertinya terkilir" kata Dimas menunjuk kearah kakinya.

" Ini semua gara-gara aku mas, kamu bisa sampai kayak gini, maafin aku mas" Seina merasa sangat bersalah kepada Dimas sehingga membuat dimas menjadi celaka.

"Udah nggak apa-apa kok, mas ikhlas bantuin kamu" Dimas mencoba memberi pengertian kepada Seina.

"Coba mas aku lihat siapa tahu aku bisa bantu!" Seina memegangi kaki Dimas yang terkilir mencoba untuk mengurutnya.

"Kamu mau ngapain Sein, udah nggaaak" Dimas berteriak tidak bisa melanjutkan ucapannya.

"Gimana rasanya mas?" Seina mencoba mengeluarkan sedikit bakat memijatnya yang diturunkan oleh sang ayah kepadanya.

"Sakiiit" Dimas masih saja menjerit karena tidak mampu menahan rasa sakit dari pijatan Seina.

"Sekarang udah agak mendingan kan?"

Dimas mencoba menggerakkan kakinya sedikit demi sedikit.

"Masih terasa sakitnya Sein, tapi tidak seperti tadi sudah agak berkurang dari sebelumnya"

" Tahan ya mas, ini yang terakhir, memang sedikit lebih sakit daripada yang tadi" Seina kembali memijat Dimas dengan kemampuan maksimalnya.

"Arrghhggghhh" Erangan Dimas sungguh terdengar sangat menyakitkan.

"Tahan dikit dong mas jangan manja kayak cewek gitu, nggak malu nih sama aku" Seina sengaja mengejek Dimas yang sedang berusaha untuk melawan rasa sakit dikakinya.

"Awas kamu ya Sein, beraninya ngeledek saya ketika sakit begini".

Seina hanya tertawa kecil melihat kelakuan bos perusahaan besar itu yang ternyata sangat manja dan tidak tahan rasa sakit.

"Udah dong mas ngambeknya, saya minta maaf deh nanti saya beliin es krim deh sebagai permintaan maafnya karena udah ngetawain bos besar".

"Nggak, saya nggak suka es krim" Dimas sedikit memperdayai Seina.

"Yah sayang banget sih mas, kok nggak suka sih kan rasanya manis, trus mas Dimas sukanya apa dong mas?"

"Saya sukanya sama kamu" jawaban lugas dari Dimas sontak membuat tatapan Seina nanar, matanya yang semula kecil kini membulat besar seolah tak percaya yang diucapkan oleh Dimas.

"Maksud mas Dimas?" Seina mulai gugup dengan Dimas dan masih tidak bisa mempercayai apa yang ia dengar barusan dari Dimas.

"M-maksud saya, saya maunya makan siang bareng gitu, maksudnya" Dimas juga menjadi mendadak gagap menjawab pertanyaan balik dari Seina.

"Ooh gitu, kirain maksudnya apa tadi mas"

"Kamu baper ya Sein" Dimas mencoba untuk menyudutkan Seina yang pipinya sekarang sudah seperti udang siap direbus.

"Aaah, en-nggak kok, siapa bilang saya baper" Seina kembali berdiri dari posisinya yang semula jongkok memijat Dimas.

" Tuh ngapain berdiri, bantuin saya dong. Kan saya kayak gini semua gara-gara kamu Sein" Dimas sengaja menyalahkan Seina berharap Seina akan memberikan simpatinya kepada Dimas.

"Iya mas, iya. Nih saya bantuin mas kok jangan nyerocos terus dong" Seina menarik tangan Dimas dan mencoba membantu Dimas agar segera berdiri.

~~~~β€’|β€’~~~~

bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status