Share

Bab 259

Author: Lilia
"Nggak, aku pernah bilang, kita adalah orang yang sejalan."

Anggi terdiam tidak bisa membalas. Dalam benaknya terlintas gambaran tentang Luis seperti yang tertulis dalam buku aslinya. Setelah wajahnya rusak, dia memang tidak bisa lagi dianggap sebagai orang baik.

Tentu saja, semua itu untuk menonjolkan betapa baiknya Satya dan Wulan.

"Apa yang barusan kamu pikirkan?" Luis bertanya sambil lalu. Anggi kerap bermimpi di malam hari dan kebanyakan adalah mimpi buruk. Saat Luis memeluk Anggi di malam hari untuk menenangkannya, dia bisa merasakan kesedihan dan keputusasaan yang begitu dalam dari tubuhnya.

Tadi ... dia pasti memikirkan sesuatu lagi. Apakah itu mimpi-mimpi yang sering datang itu? Apa yang sebenarnya dia mimpikan?

Tangan Anggi yang sedang memberi makan ikan tiba-tiba berhenti. Dia menoleh dan menatap Luis. "Aku sedang membayangkan, apakah dia akan merasa takut dan putus asa saat tahu hidupnya tak lama lagi. Atau mungkin dia akan menyesal."

Luis mengangkat tangannya, lalu menyent
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 282

    "Pulang," jawab Ayunda."Apa Putra Mahkota sudah setuju?" tanya Wulan lagi.Ayunda menyahut sambil menatap Wulan, "Dia sudah setuju. Ada apa dengan wajahmu?" Mengapa wajah putrinya digaruk sampai merah seperti itu?Wulan mengadu sambil menangis, "Ini ulah Anggi! Dia meracuniku, kulitku jadi gatal setengah mati.""Kamu ...." Ayunda mengentakkan kakinya dan mengutuk, "Anak durhaka, benar-benar anak durhaka!"Ayunda sudah mendengar masalah ini dari Wulan sebelumnya. Pikirnya, hal itu sudah ditangani. Ternyata dugaannya salah. Lihatlah sekarang, kulit Wulan menghitam dengan bekas garuk yang jelas di wajahnya, membuatnya terlihat seperti orang bopengan. Kaki Bayu saja belum sembuh, sekarang wajah Wulan juga menjadi seperti ini."Segeralah panggil tabib istana," ujar Ayunda dengan air mata berjatuhan. Bagaimanapun, Wulan adalah istri Pangeran Pradipta, dia tentu bisa memanggil tabib istana.Bayu malah mencibir, "Rasakan! Siapa pun yang mencelakai orang lain akan mendapat celaka sendiri!""Ka

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 281

    "Bantu aku mengoleskan obat," perintah Wulan pada Fani. Obat yang diberikan Tabib Nendra tidak terlalu berkhasiat, tetapi setidaknya rasa gatalnya bisa sedikit reda. Tidak ada pilihan lain, dia hanya bisa menggunakan obat itu untuk saat ini.Fani mengangguk patuh. Dia pun membantu tuannya melepas pakaian dan mengoleskan obat di kamar.Fani memandangi kulit Wulan. Kulit yang tadinya mulus dan tanpa cacat sekarang dipenuhi bekas garuk. Yang lebih parah, bulu samar-samar tampak di bagian yang digaruk itu, seakan-akan hendak tumbuh menembus kulit.Wulan merasakan dengan jelas bahwa Fani sedikit gemetar. Dia juga tengah memandangi tubuhnya sendiri, terutama area betis dan lengannya. Banyak bintik-bintik hitam kecil muncul di sana.Begitu diusap, bulu hitam muncul dari kaki dan lengan Wulan. Memang tidak separah yang dibayangkan. Namun, meridian hitam di pergelangan tangannya sangatlah mencolok. Jika racun ini tidak segera dihilangkan, entah bagaimana nasib Wulan ke depannya.Mengenai Sunary

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 280

    Wulan baru saja mengangkat kepalanya ketika dia dan Parlin saling memandang. Dia tertawa getir. "Kamu juga harus mati!"Namun, dia tidak akan membunuh Parlin dengan tangannya sendiri. Dia menarik napas dalam-dalam.Dengan tergesa-gesa, dia masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah keluar lagi, Wulan memerintahkan agar Fani dibawa menemuinya.Kekacauan di paviliun utama sudah dibereskan oleh kepala pelayan atas perintah Wulan. Namun, bau amis darah yang menguar di udara tak bisa disembunyikan.Fani datang dengan wajah penuh kebingungan, sampai akhirnya Wulan menyuruh semua orang pergi. Tiba-tiba, dia memeluk Fani dan menangis terisak-isak."Ah ... ah ... ah ...." Fani menepuk-nepuk punggung Wulan dengan lembut. Dia tak bisa mengucapkan kata-kata, hanya mampu mengeluarkan suara aneh. Namun, dia bisa merasakan ketakutan dan keputusasaan Wulan.Wulan menangis lama, baru kemudian menarik tangan Fani dan menceritakan semua kejadian hari ini. Termasuk kekecewaan ibu dan kakaknya ter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 279

    Setelah berkeliling beberapa putaran, Anggi kembali memeriksa kaki Luis. "Selama kaki Putra Mahkota nggak terlalu dipaksa, seharusnya nggak akan ada masalah besar lagi."Luis terdiam sejenak, lalu bertanya, "Kakiku ini bisa pulih seperti semula?"Sepasang mata hitamnya menatap lurus ke arah Anggi, seakan-akan takut menemukan sedikit saja keraguan dalam sorot matanya."Tentu saja. Aku sudah bilang sebelumnya, 'kan?""Yang kumaksud adalah bisa pulih total dan kembali berlatih bela diri."Anggi mengangguk pelan. "Bisa. Tapi soal latihan bela diri, lebih baik kita tunggu sampai setelah tahun baru."Setelah tahun baru .... Masih ada sekitar setengah tahun lagi.Bulan sudah menggantung tinggi, bintang-bintang pun berkelip di langit malam. Mina sudah datang membawa lentera untuk menerangi jalan.Anggi khawatir Luis akan merasa tidak nyaman karena terlalu lama berjalan. Jadi, mereka kembali ke paviliun utama. Hari istirahat Luis pun berlalu begitu saja.Keesokan harinya saat Anggi bangun, Luis

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 278

    Luis menatap Anggi dalam-dalam. Setelah waktu yang lama, dia menyahut dengan suara serak, "Nggak terlalu baik.""Ada apa?" Anggi duduk, lalu memijat pelan tangan besar Luis. "Apa aku boleh tahu?""Aku belum tahu harus mulai dari mana.""Kalau begitu, nggak usah diceritakan dulu," kata Anggi dengan lembut, lalu menatap Luis dengan serius. "Sebenarnya aku juga punya beberapa hal yang belum tahu bagaimana harus kukatakan kepadamu."Luis tersenyum, menyibakkan rambut Anggi yang berantakan. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita berjanji, nanti kalau kita sudah tahu bagaimana mengatakannya, kita cerita sama-sama?""Baik." Anggi langsung mengangguk."Hm." Luis mengiakan, lalu melepaskan pakaian luarnya. Dia naik ke ranjang dan memeluk gadis itu erat-erat dalam pelukannya.Sebenarnya, dia sudah lama curiga bahwa Anggi menyimpan sebuah rahasia. Namun, karena gadis ini tidak pernah mengatakan apa-apa, dia pun memilih untuk tidak bertanya.Sementara itu, sampai hari ini pun, Luis belum benar-benar

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 277

    Saat melihat Luis, Mina hendak memberi salam. Namun, Luis langsung memberi isyarat tangan untuk menyuruhnya diam.Dengan suara rendah, Luis bertanya, "Putri Mahkota belum bangun?"Mina mengangguk pelan."Kenapa masih belum bangun di jam segini?" tanya Luis lagi.Biasanya Anggi memang suka tidur agak lama, tetapi tidak pernah sampai sesiang ini.Mina lalu menceritakan bagaimana semalam Anggi tiba-tiba terbangun.Luis terdiam sesaat, lalu menyerahkan kotak makanan di tangannya kepada Mina. "Bawa ke dapur dan hangatkan.""Baik."Luis mendorong pintu dan masuk. Langkah kakinya ringan, sebisa mungkin tidak mengganggu gadis yang sedang tidur di atas ranjang.Semalam, ayahandanya menahannya di istana dan memintanya berjanji bahwa jika suatu hari dia menjadi kaisar, dia tidak boleh mengangkat ibundanya menjadi ibu suri.Luis tidak bisa memahaminya. Semua orang tahu bahwa Dariani adalah selir yang paling disayangi Kaisar, tetapi mengapa gelar permaisuri tidak pernah diberikan kepadanya secara s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status