Share

Bab 292

Penulis: Lilia
Wali Kota terhormat itu tidak pernah terlihat begitu panik sebelumnya.

Luis bertanya dengan alis berkerut, "Ada masalah apa, Lingga?"

Lingga membungkuk hormat dan menjelaskan, "Yang Mulia, Putri Wulan nggak bisa ditemukan di mana pun. Ketika Putra Bangsawan ditanya, dia berkata dirinya sedang dirundung duka dan nggak menyadari ke mana perginya Putri Wulan."

Angin panas bertiup. Bau uang arwah yang dibakar tercium di udara. Bukan hanya Lingga, para pejabat di sekitar juga menahan napas.

Reputasi Pangeran Pradipta tidak pernah baik. Seumur hidup, dia hanya memanfaatkan statusnya sebagai anggota keluarga kerajaan dan pangeran untuk melakukan kebejatan.

Setelah kematiannya, para korban Pangeran Pradipta diam-diam mengumpatnya di belakang, berkata bahwa dia sudah sepantasnya mati. Sementara orang-orang lain yang tidak memiliki kaitan dengannya bersikap acuh tak acuh. Jadi, mengapa Putra Mahkota bertekad ingin menegakkan keadilan bagi Pangeran Pradipta?

"Cari sampai dapat. Kerahkan segala ca
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 302

    Hari berikutnya, Mina dan Naira datang untuk melayani. Wajah mereka berseri-seri dengan ekspresi bahagia yang sudah lama tak terlihat.Anggi sangat mengenali ekspresi itu. Itulah ekspresi yang pernah dia lihat saat pertama kali memiliki momen intim dengan Luis.Meskipun mereka belum sepenuhnya menyatu, kedekatan fisik saat itu sudah cukup intim, bahkan mereka meminta air sesudahnya.Saat itu juga, Mina dan Naira tampak begitu senang, sama seperti sekarang.Sudahlah, kamar kedua pelayan ini berada sangat dekat. Wajar saja kalau mereka bisa mendengar sesuatu. Hanya saja, saat Anggi menatap mereka berdua, dia tetap merasa sangat malu. Sungguh memalukan.Karena Luis telah memerintahkan untuk tidak lagi mengejar Wulan, maka selama beberapa hari berturut-turut, tidak ada kabar apa pun mengenai Wulan.Sampai hari ini, seorang pengemis datang ke gerbang Kediaman Putra Mahkota dengan membawa sepucuk surat. Katanya, seseorang memintanya untuk menyerahkan surat itu kepada Putra Mahkota.Tentu saj

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 301

    Pelukan Luis di sekitar tubuh gadis itu sedikit mengendur. "Novel ....""Benar, Wulan dan Satya adalah karakter utama di dunia ini, tokoh utama dalam novel ini. Aku hanya batu loncatan bagi Wulan untuk mendekati Satya. Sementara itu, kamu adalah penghalang terbesar Satya untuk naik takhta menjadi kaisar!""Kamu adalah tokoh antagonis paling besar. Pada akhirnya, kamu akan mati dengan tragis di bawah pedang Satya. Aku nggak boleh membiarkan satu pun kejadian berada di luar kendaliku. Wulan harus mati!""Sayang, kamu dengar nggak?" Setelah berkata begitu banyak, Anggi merasa agak menyesal karena melihat Luis tidak bereaksi. Menceritakan tentang kehidupan lampau saja sudah aneh, apalagi mengklaim bahwa dunia ini hanyalah dunia fiksi dalam novel.Luis memang tidak percaya. Cahaya lilin temaram memenuhi ruangan. Luis memandang gadis yang ada di pelukannya, memeluknya dengan lembut, lalu mencium keningnya dan bibirnya yang merah."Aku dengar kok." Hatinya memercayai Anggi, tetapi akal sehatn

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 300

    Tangan lembut Anggi menepuk lengan pria itu. "Pokoknya sekarang aku nggak mau lagi."Luis sedikit menegakkan badan. "Benar-benar nggak mau lagi?"Kesadarannya sudah lumayan pulih dari efek arak. Anggi mengangguk. "Iya, nggak mau. Masih sakit."Saat mengatakan masih sakit, dia bahkan menoleh, menatap mata pria itu dengan serius."Aku bantu oleskan obat ya.""Aku ... umph!"Luis menutup bibirnya dengan kecupan yang agak memaksa. "Nggak boleh ditolak. Kalau nggak, itu berarti kamu bohong, berarti nggak sakit."Logika macam apa itu? Namun, tubuhnya berada dalam pelukan Luis. Anggi tidak berani melawan. Wajahnya memerah, dia tak lagi membalas sepatah kata pun.Melihatnya malu-malu begitu, Luis justru merasa bangga. Kemudian, dia memasang ekspresi sedih. "Gigi, sebenarnya ... aku juga sakit."Mungkin karena ini kali pertama. Yang jelas, dia juga merasa sakit dan senang bersamaan.Anggi menatap Luis seperti baru mendengar sesuatu yang aneh. Hah? Pria juga bisa merasa sakit untuk urusan sepert

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 299

    Seolah-olah suhu tubuh Luis adalah sumber air yang menghapus dahaga Anggi.Saat ini, Anggi merasa dirinya seperti ikan di atas talenan, seperti buah ceri yang malu-malu di ujung ranting. Dia tertiup angin, terhuyung, diguyur hujan.Semua dorongan dan tarikan yang dia berikan, sejatinya hanyalah rayuan. Ujung-ujungnya tetap saja membiarkan diri sendiri dipetik.Di luar kamar, Torus mendengar suara dari dalam. Sudut bibirnya tak kuasa menahan senyum. Dia berkata kepada Mina, "Cepat ke ruang air, suruh mereka siapkan air hangat."Mina mengangguk dengan pipi memerah, menarik tangan Naira untuk pergi bersama.Luis dan Anggi belum benar-benar berhubungan intim, tetapi belakangan ini mereka mulai sering meminta air mandi. Anehnya, belum ada hasil apa pun.Jadi, sampai sekarang Torus pun tidak yakin, apakah Luis dan Anggi benar-benar sudah melakukan ritual malam pertama atau belum.Kalau sudah, kenapa belum juga ada kabar bahagia soal keturunan? Sebenarnya selama mereka tetap mesra, anak hanya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 298

    Mana mungkin cuma agak panas ....Anggi merasa seperti ingin merobek bajunya sendiri. Apalagi saat berada dalam pelukan Luis, dia merasakan sensasi sejuk yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Perasaan itu benar-benar sulit dijelaskan.Tangannya seolah-olah bergerak sendiri, melingkari pinggang pria itu, bahkan mencubit lembut pinggang kuat milik Luis. Sensasi itu membuatnya merasa sangat bersemangat."Gigi, kamu sudah siap?" Suara Luis serak, jelas penuh gairah.Dalam pikirannya yang linglung, Anggi berkata, "Sebenarnya, aku minum malam ini karena ingin membicarakan hal itu denganmu ....""Anggi, kadang lebih baik langsung lakukan saja daripada menunggu. Kamu habis minum, mungkin nggak akan terasa begitu sakit."Kedua orang itu sedang membicarakan dua hal yang berbeda. Anggi ingin memberi tahu Luis tentang mimpi buruknya, tentang kenyataan bahwa dunia ini hanyalah sebuah kisah yang ditulis oleh seorang penulis. Namun, yang ada di benak Luis adalah keinginan untuk memiliki dirinya."A

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 297

    Ini ... arak macam apa?Anggi mencoba merasakannya dengan cermat. Ada rasa amis yang sulit dijelaskan."Menurutmu gimana rasanya?" Kalau memang kurang enak, biar Mina menggantinya dengan yang lain.Luis mengernyit sedikit. "Lumayan."Lumayan? Ya sudahlah, diterima saja.Setelah makan malam, langit sudah benar-benar gelap. Anggi merasa kepalanya mulai pusing. Akan tetapi, Luis tampak tidak terpengaruh sedikit pun, malah mengambil papan catur."Mau main satu putaran?" tanya Luis.Anggi menatapnya, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu. Sebelumnya saat di kereta, dia sudah berjanji akan jujur kepadanya tentang beberapa hal. Namun, kenapa Luis tidak bertanya?Keduanya membawa papan catur dan duduk di atas dipan untuk bermain. Luis menyerahkan bidak hitam kepada Anggi. "Kamu mulai dulu."Anggi menopang dagu dengan satu tangan. "Aku lebih suka bidak putih."Bidak putih kristal itu bening dan halus, terasa hangat saat disentuh, menyenangkan untuk dilihat maupun dipegang.Luis ters

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status