Share

Bab 412

Author: Lilia
Jelita kembali ke Istana Lotus. Amarah berkobar di dadanya, tetapi dia tidak bisa menunjukkannya.

Kaisar telah mengatur kasim pengurus untuk Jelita di istana. Belum lagi, ada beberapa pelayan serta kasim muda yang bertugas bersih-bersih dan melakukan pekerjaan remeh lainnya. Berbeda dengan di luar, ada terlalu banyak orang dan mata yang memantaunya di istana.

Meski begitu, Jelita masih menyimpan amarah. Dia telah berusaha keras untuk mencapai titik ini. Kemarin, dia sudah berhasil membawa Kaisar ke tempat tidur, bagaimana dia rela jerih payahnya sia-sia begitu saja hari ini? Tidak akan Jelita biarkan!

Fani tahu majikannya sedang murka, tetapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa untuk menghiburnya. Jadi, dia mengeluarkan buku kecilnya dan menulis.

[ Jangan marah, Nona. Hari-hari di depan masih panjang. ]

Jelita mengernyit melihat pesan dari Fani. Suatu firasat kuat tiba-tiba terlintas. Buku kecil itu mungkin akan membawa bencana untuknya di masa depan.

Fani menulis di buku kecilnya lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 506

    Setelah mereka merapikan penampilan, di momen itu juga Satya sudah langsung mendorong pintu dan masuk ke dalam.Jelita buru-buru menyambutnya, "Putra Bangsawan, kenapa Anda berani datang ke sini?" Dia bahkan sempat melirik ke arah luar karena takut ada orang dari pihak Kaisar yang melihat.Satya mengenakan pakaian seorang kasim lengkap dengan lencana istana resmi. Jadi, dia sama sekali tidak takut jika ada yang memeriksa dirinya."Yang lain, pergilah dari sini!" bentak Satya dengan suara keras. Menurutnya, orang kepercayaan Jelita juga bisa dianggap sebagai orang kepercayaannya sendiri. Jadi, tidak ada yang perlu disembunyikan dari Yasa.Namun, Jelita tetap melirik sekilas ke arah Yasa. Orang itu segera mundur dengan sikap hormat. Kemudian, dia bertanya dengan cemas, "Putra Bangsawan, Anda datang ke istana malam-malam begini, apa karena terjadi sesuatu?"Satya menjawab, "Bukan apa-apa. Hanya saja, ayahku sudah nggak sabar." Sambil berbicara, dia pun menyampaikan maksud ayahnya kepada J

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 505

    Luis sudah kembali ke Kediaman Putra Mahkota.Setelah mengetahui kejadian di pengadilan hari ini, Aska sama sekali tidak merasa terkejut. Luis bertanya, "Tuan Aska nggak merasa aku terlalu gegabah?"Aska menimpali, "Nggak. Justru ini sosok dewa perang yang dikenal dunia." Ini baru Luis yang sesungguhnya, memiliki wibawa dan ketegasan seperti seorang penguasa.Luis seketika tertawa melihat reaksi Aska.Anggi berucap, "Saling membalas itu hal yang wajar. Kali ini, begitu pulang ke rumah, Pangeran Aneksasi entah akan mengamuk sampai lempar barang-barang atau nggak."Mereka bertiga saling memandang dan tertawa.Di Kediaman Bangsawan Aneksasi, Burhan memang sangat marah. Dia memukuli pelayan yang tidak bersalah sampai babak belur.Melihat ayahnya marah besar, Satya enggan mendekat agar tidak memperkeruh suasana. Setelah amarah Burhan mereda, mereka berdua baru duduk untuk berbicara."Malam ini, kamu cepat masuk ke istana. Suruh wanita rendahan itu beraksi. Dengan wajahnya, Kaisar sialan itu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 504

    Ardi tersenyum sembari bertanya, "Apa Pangeran Aneksasi nggak enak badan? Kelihatannya kurang sehat."Burhan tersenyum paksa dan menimpali, "Nggak. Mana ada?"Entah apa yang sedang dilakukan oleh Jelita. Sudah selama ini, tetapi dia masih belum bisa mengendalikan Kaisar.Hari ini, Burhan bukan hanya kehilangan tambang tembaga. Dia juga harus melihat Luis mengurus pemerintahan lebih awal. Kini, butuh usaha yang lebih besar untuk menjatuhkan Luis."Baguslah kalau nggak. Caruas itu terletak di perbatasan wilayah kekuasaan Yang Mulia. Mustahil kalau Yang Mulia nggak tahu," kata Ardi."Aku benar-benar nggak tahu. Apa kamu tahu siapa dalang di balik tambang tembaga itu?" tanya Luis.Wajah Ardi menggelap. Dia membalas, "Suatu saat pasti akan ketahuan." Tak bisa dipungkiri, Burhan benar-benar licik sampai memotong lidah orang-orang itu dengan kejam.Hampir semua orang yang tertangkap sudah tewas. Hanya satu orang yang tersisa. Keadaannya sudah sekarat dan mengenaskan. Namun, ditanya dengan car

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 503

    Anggi berpikir bahwa suaminya tidak pernah menyembunyikan apa pun darinya. Jadi, dia menjawab, "Aku mimpi Satya berhasil naik takhta."Luis tersenyum sembari berkata, "Dia hanya seorang kasim. Nggak mungkin bisa naik takhta itu."Anggi menghela napas. Meskipun Satya tidak bisa, sekarang Jelita sedang mengandung. Nanti, dia tetap bisa menjadi menteri yang berkuasa.Anggi terlihat begitu waspada terhadap Satya. Luis memang tidak begitu percaya pada mimpi Anggi dan dunia dalam cerita yang dikatakannya. Namun, dia tetap mempertimbangkannya kembali.Meskipun strategi saat ini bisa dikatakan sangat sempurna, Luis tidak ingin melihat Anggi setiap hari hidup dalam ketidakpastian dan tanpa rasa aman. Dia berujar, "Gigi, karena mereka begitu nggak sabar, gimana kalau kita temani mereka main saja?""Main apa?" tanya Anggi.Luis membalas, "Mereka sangat suka permainan strategi dan menjebak orang lain. Kalau begitu, bukannya kita juga harus membuat mereka kesal?"Anggi berkata, "Tapi, Kak Aska bila

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 502

    "Ayo, tidur," ucap Anggi. Setelah berbicara, dia bersandar di pelukan Luis. Matanya sudah tidak sanggup menahan kantuk. Namun, dia malah mendapati Luis menyilangkan kedua tangan di belakang kepala. Sama sekali tidak memeluk pinggangnya.Jangan-jangan benar kata orang. Suami istri yang sudah lama bersama akan merasa jenuh? Memikirkan ini, hatinya sedikit gelisah. Kemudian, dia menenangkan diri. Setidaknya dia percaya pada Luis. Barusan Luis begitu mesra. Tidak mungkin langsung muak sekarang.Padahal Anggi sudah menggeliat di dada Luis, tetapi Luis sama sekali tidak merespons. Anggi menengadah melihat suaminya. Tatapan Luis tampak tajam dan fokus. Alisnya juga mengernyit. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Luis sampai begitu serius.Anggi mencubit dagu Luis. Dia bertanya, "Suamiku, waktunya tidur. Apa yang sedang kamu pikirkan?"Luis tersadar. Dia memeluk Anggi sambil bercerita, "Gigi, hari ini setelah persidangan, aku lihat kepala kasim di istana Selir Jelita pergi menemui Satya. Sos

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 501

    Setelah mengalami kelahiran kembali, Anggi menggenggam tangan Luis untuk membuat perjanjian, lalu berkata, "Kalau begitu, kita janji untuk sehidup semati dan nggak akan pernah saling mengecewakan."Napas yang menyentuh wajah satu sama lain terasa hangat dan geli. Suasana yang tadinya biasa saja seketika berubah menjadi intim.Luis berujar, "Cuaca makin dingin, tapi kamu justru makin hangat."Anggi tersenyum. Sebenarnya, dia tahu bahwa sifat tubuhnya bertolak belakang dengan Aska. Ini memang bukan termasuk penyakit, tetapi dia memang tidak terlalu takut dingin.Ada sebuah tangan yang menyelinap dari kerah pakaian. Anggi merasa geli di bagian tubuhnya yang sensitif. Dia menghentikan tangan Luis seraya bertutur, "Jangan. Geli sekali.""Mana yang geli?" tanya Luis."Suamiku, jangan begitu," keluh Anggi."Sebentar saja, ya. Beberapa hari lagi, kamu pasti nggak bisa melakukannya," ucap Luis. Dia sudah menghitung tanggal menstruasi Anggi.Wajah Anggi memerah saat melihat Luis tersenyum samar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status