"Kamu menyalahkanku karena waktu itu aku nggak mau memaksakan diri?""Aku ...."Luis tiba-tiba menekan kedua tangan Anggi ke atas kepala, lalu menarik sabuknya dan langsung mengikatnya, "Malam ini biar kamu lihat sendiri, apakah aku bisa lebih kuat atau nggak.""Kamu gila ....""Luis, kamu mau apa, jangan ... mmh ... ah ... ampun, tuanku ...."Sampai akhirnya, suara permohonan maafnya berubah semakin ambigu. Di satu sisi dia berkata jangan seolah-olah jadi korban, tapi pada akhirnya malah dialah yang paling menikmati.Dalam kenikmatan itu, Anggi serasa melayang di udara. Perasaan itu benar-benar membuat orang tak ingin berhenti."Sayang, besok malam kamu masih datang nggak?" tanya Anggi dengan manja.Luis menatapnya. Setelah bertahun-tahun berlalu, Anggi masih tampak seperti gadis muda. Terutama sepasang matanya yang kini bahkan tampak lebih jernih dan polos dibanding saat pertama kali mereka menikah."Ya, besok aku datang." Dia lalu bertanya, "Gigi, selama ini kamu pernah menyesal ata
Anggi menutup bukunya, lalu mengajak Mina keluar dari kamar.Ando yang sedang memegang kemoceng segera menghampiri, "Permaisuri, Anda hendak ke mana?"Mina menjawab, "Permaisuri ingin berjalan-jalan sebentar."Bekas kediaman Putra Mahkota ini menyimpan terlalu banyak kenangan. Saat melewati paviliun, Anggi seakan melihat bayangan mereka berdua dulu ketika duduk di sana sambil mengobrol dan tertawa.Satu jam kemudian.Anggi benar-benar merasa lelah. Namun ketika sudah berbaring di ranjang, rasa kantuknya hilang begitu saja. Yang dipikirkannya hanya, apakah Zahra juga sedang merindukannya? Atau apa yang sedang dilakukan Luis? Apakah dia sedang menelaah dokumen kenegaraan atau ada selir istana tak dikenal yang sedang mencoba merayunya?"Permaisuri ...."Mina yang sudah berganti pakaian, masuk ke kamar utama. "Ada apa dengan Permaisuri?""Mina, aku nggak pernah menyangka, ternyata aku sendirian malah jadi susah tidur." Ucapannya penuh rasa tak percaya."Kalau begitu, biar hamba temani Perm
Luis juga berpendapat sama.Anggi berkata, "Renovasi saja bekas kediaman Putra Mahkota dulu, pasti aman, bukan? Lagi pula, selama bertahun-tahun ini, para pengawal rahasia yang dilatih Luis juga bukan orang sembarangan.""Kaisar, aku juga sudah terlalu lama terkurung di istana, rasanya sangat menyesakkan."Luis merasa tak berdaya hingga akhirnya menghela napas lagi. Dia sudah tahu sedari dulu, Anggi memang merasa tertekan bila terlalu lama berada di dalam istana. Karena itu dia pernah berkata, begitu urusan Negara Darmo selesai, dia akan mengajak Anggi keluar jalan-jalan."Aku nggak akan keluar dari ibu kota, jadi pasti nggak akan ada bahaya." Anggi kembali menegaskan dengan serius. "Atau ... aku sering-sering kembali ke istana untuk memberi salam kepada Kaisar saja?"Wajah Luis menjadi agak canggung.Daud jadi merasa, apa dirinya yang salah paham? Katanya mau sering pulang untuk "memberi salam", padahal sebenarnya cuma mau melepas rindu dengan bermesraan sama Kaisar, bukan?Ya Tuhan.
Sura terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang dan berkata, "Sejak tahu Jelita masih hidup, aku sampai merasa semua orang di jalan terlihat mencurigakan."Mina berkata, "Jelita terlalu licik. Tapi, kalian juga nggak seharusnya sampai mencurigai Putri Negara Darmo. Wajahnya saja jelas sekali orang Negara Darmo.""Aku nggak mencurigai Putri," Sura menjelaskan, "Hanya saja, mereka bukan dari suku kita. Hati manusia nggak bisa ditebak, jadi lebih baik tetap mengamati."Mina tidak terlalu memedulikannya.Sura mengejarnya, "Sudahlah, jangan bahas ini lagi. Kalau begitu menurutmu, kalau Dika benar-benar menikahi Putri Negara Darmo, apakah dia harus waspada setiap hari? Itu terlalu melelahkan.""Sejak Dika memutuskan menikahi Putri Negara Darmo, tentu dia sudah mempertimbangkan semua hal itu. Jadi, nggak perlu terlalu khawatir."Saat keduanya berbincang, mereka melihat Daud datang."Jenderal Daud, ada urusan apa?" Sura dan Mina menghampirinya.Daud berkata, "Aku datang untuk memohon pernika
Wanita itu kembali berjalan dan berdiri di depan Junaryo, "Dia ada di Noriga, hanya saja aku pikir tempat itu kemungkinan sudah diawasi oleh Kaisar dan Permaisuri.""Nggak ... nggak mungkin.""Pasti," jawabnya tegas. Itu adalah firasatnya, karena dulu ketika dia dan Sunaryo berencana berpura-pura mati, rencana itu pun telah diduga oleh Anggi. Kalau bukan karena jantungnya berada di sebelah kanan dari bawaan lahir, Jelita tidak mungkin masih hidup sampai hari ini."Kamu ... kenapa kamu bisa tahu begitu banyak rahasia? Kenapa harus membantuku?" Junaryo tetap agak ragu.Jelita berkata, "Selain aku, apa ada orang lain yang tahu tentang kenyataan bahwa Sunaryo bukan anak kandung Pangeran Pradipta sampai hari ini?""Soal Putri Pradipta pernah berkhianat pada Pangeran Pradipta, apa pernah ada kabar itu yang tersebar keluar?""Jenderal Junaryo, sekalipun aku menipumu, mana mungkin aku bisa tahu begitu banyak rahasia tentang Putri Pradipta dan juga Sunaryo, lalu semuanya tepat sesuai dengan kec
Jelita kembali duduk di meja makan. Dia menuangkan kembali segelas arak untuk Junaryo, lalu membuat gerakan tangan mempersilakan. Keduanya pun duduk.Junaryo berkata, "Siapa kamu sebenarnya? Aku merasa kamu sepertinya sangat tahu jelas tentang urusan di kediaman Pangeran Pradipta."Apalagi, tadi Jelita mengatakan bahwa Sunaryo adalah anaknya. Junaryo memang pernah mengalami masa-masa mesra dengan Putri Pradipta. Hanya saja saat dia pergi, dia tidak tahu bahwa Putri Pradipta sudah mengandung.Hubungan mesra itu adalah rahasia. Kenapa wanita di hadapannya bisa tahu?Jelita berkata, "Kalau Jenderal mau menjawab satu pertanyaanku, aku akan memberitahukan semua hal pada Jenderal.""Apa pertanyaan itu?""Kalau Sunaryo masih memiliki darah keturunan di dunia ini, bagaimana reaksi Jenderal?" Jelita menatapnya tanpa melewatkan tanda-tanda sedikit pun.Junaryo tidak percaya, "Bagaimana ... bagaimana mungkin?""Apakah isi cerita yang dibacakan pendongeng tadi tentang Sunaryo ... Jenderal sama sek