Share

Bab 472

Author: Lilia
Oh, iya. Ajeng Dan Gita pernah mengatakan mau menikah dengan pria yang sama. Namun, jelas-jelas tadi mereka memilih pria yang berbeda. Hanya saja, Sura menolak.

Anggi menatap Gita, tetapi Gita menunduk sehingga ekspresinya tidak terlihat jelas. Anggi bertanya, "Apa kamu juga tetap mau begitu?"

Sebelum Gita sempat memberi tanggapan, Ajeng buru-buru menjawab, "Jawab, Putri. Hamba dan Gita sudah membahas ini sebelumnya."

Setelah Ajeng melontarkan perkataannya, Gita juga mengangguk.

Sementara itu, Dika yang berdiri di samping tampak kebingungan. Dia menatap Gita sekilas, lalu melihat Anggi dan bertanya dengan bingung, "Putri Mahkota, apa maksudnya?"

Anggi menjelaskan, "Mereka berdua masih punya satu permintaan, yaitu mau menikah dengan pria yang sama dan dijadikan setara dengan istri sah."

Ini .... Dika menatap Gita lagi. Menurutnya, Gita adalah gadis yang anggun dan lembut. Gadis ini juga berdiri di sana dengan tenang dan santun. Benar-benar tipe gadis yang Dika suka. Ketika melihat Ajeng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fita Fitriana
aku malah suka cerita yang kek gini thor lebih seru.. daripada ngebahas si kaisar ma jelita bikin naik darah doang ini lebih Manarik wkwk
goodnovel comment avatar
Nina Cake
thor..mending ceritanya di tamatin aja..drpd berbelit2.. trus buat deh cerita baru yg lebih bagus.. itu usul aja thor.. semangat
goodnovel comment avatar
Lia Collection
cerita nya kurang menarik melebar kemana mana jd gak dapat intinya gk jls
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 725

    Di sepanjang sejarah dinasti, di mana lagi bisa ditemukan seorang pria yang sangat menghargai wanita seperti Luis?Tiba-tiba, Anggi teringat sesuatu. Bagaimanapun, ini adalah dunia fiksi, semuanya seharusnya palsu.Namun, bahkan dalam cerita asli buku ini, cinta Satya pada Wulan juga biasa saja. Sementara itu, cinta Luis padanya begitu tulus hingga membuat Anggi menangis haru berulang kali. Cinta pria itu terlalu indah."Ini nggak palsu. Cintaku padamu nyata. Suka duka kita, apa yang kita makan dan minum, semua itu nyata," ujar Luis.Anggi mengangguk. Ya, semua itu nyata. Perasaan mereka, semua pahit manis, kebahagiaan dan perasaan bersalah, keluarga, persahabatan, dan keadaan negara ... semuanya nyata.Anggi menghambur ke pelukan Luis dan berkata, "Biarpun firasatku kuat, kemungkinan besar Jelita nggak akan pernah kembali ke ibu kota.""Itu urusannya. Sekalipun nggak ada ancaman bahaya seperti Jelita ini, kamu sudah seharusnya bebas meninggalkan istana," hibur Luis.Selama tiga hingga

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 724

    Anggi berdiri untuk menyambutnya.Luis menatap Anggi yang bergegas datang menghampirinya. Senyum langsung merekah di wajahnya yang tadi terlihat muram. Dia segera meraih tangan istrinya dan berucap, "Kenapa perlakuanmu istimewa sekali hari ini? Sepertinya Gigi sudah lama nggak menyambutku segembira ini."Anggi menggodanya, "Kamu ingin aku menyambutmu? Bukannya kamu pernah bilang aku nggak perlu menyambutmu? Kamu bilang, aku bisa santai saja dan rileks."Luis tertegun, lalu menyahut dengan nada sedikit jengkel, "Aku memang pernah bilang begitu."Hanya saja, setiap kali Luis kembali dan melihat Gigi menyambutnya sambil tersenyum, dia akan merasa hidupnya luar biasa bahagia."Kalau begitu, apa mulai sekarang aku harus menyambutmu setiap hari?" tanya Anggi."Nggak perlu. Tapi, kalau kamu sangat merindukanku dan nggak sabar ingin bertemu, kamu bisa merepotkan diri untuk berjalan beberapa langkah lebih jauh," jawab Luis.Keduanya saling menggoda sambil tersenyum. Anggi memukul lengan suaminy

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 723

    Melihat itu, Anggi tersadar. Dirinya, Aska, Zahra, dan Ishaq adalah orang-orang yang ada karena hasil bertindak melawan kehendak langit. Mereka seharusnya bisa pergi ke Biro Falak."Kita bahas lagi setelah pamanmu ada waktu luang ya," ujar Anggi.Zahra bertanya, "Apa Paman punya waktu sekarang?"Gadis kecil itu masih menatap Aska lekat-lekat. Wajahnya penuh harap, seolah-olah dia akan menangis kencang jika ditolak.Aska melihat Anggi telah mengalah. Maka dia pun bertanya, "Mungkin Putri punya waktu sekarang?""Ada!" Zahra melompat kegirangan. Dia berucap penuh semangat sambil menarik lengan baju Aska, "Aku mau pergi sekarang. Paman, ayo bawa aku sekarang. Kita pergi sekarang, Paman."Namun, hanya mendekati Aska saja sudah membuat Zahra merasa kepanasan. Dia buru-buru melepaskan pegangannya dan berkata, "Paman panas sekali."Aska mengangkat bahu dan berkata, "Ya, sekarang aku masih kurang sehat. Kalau sudah sembuh, aku akan membawa Putri berkeliling Biro Falak, bagaimana?"Zahra sangat

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 722

    Anggi juga ikut berdiri untuk mengantar Aska.Aska tentu tidak berani menerima perlakuan itu. Namun, dia tidak bisa melawan keteguhan Anggi. Ketika mereka tiba di depan pintu, terlihat sosok mungil yang berlari kemari."Zahra!" teriak Anggi buru-buru untuk menghentikan putrinya.Namun, Zahra tetap berlari dan langsung menerjang ke dalam pelukan Aska."Aduh. Siapa yang menabrakku?" gerutu Zahra sambil memegang kepalanya. Begitu menengadah untuk melihat, dia bertanya, "Eh? Siapa paman tampan ini?"Rambutnya putih, wajahnya juga merah. Meskipun terlihat lelah, Aska tetap tampan."Ibunda, siapa dia?" tanya Zahra. Dia mengamati Aska. Alisnya sedikit mengernyit, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Ilham mengajari Zahra bahwa yang berambut putih adalah orang tua. Kulitnya akan berkeriput. Namun, orang di hadapan Zahra hanya berambut putih, sedangkan wajahnya masih sangat tampan seperti seorang pria yang gagah.Benar. Pria berambut putih ini setampan dan segagah Luis. Perbedaannya, dia tida

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 721

    Aska tersenyum seraya menenangkan, "Permaisuri nggak perlu cemas. Aku tahu akibatnya. Aku juga yakin bisa melindungi mereka dengan baik. Nggak akan mati semudah itu."Anggi mengatupkan bibirnya. Aska justru terlihat jauh lebih tenang.Anggi benar-benar mencemaskan Aska. Setelah mengangguk, Anggi berjalan ke arah Aska. Dia mengulurkan tangan dan meminta toples racun kutukan itu.Aska mengingatkan, "Permaisuri, toples ini sebagian sangat panas dan sebagian sangat dingin. Kulitmu begitu lembut. Takutnya nggak sanggup menahannya."Anggi berhenti sejenak. Dia memperhatikan toples itu cukup lama."Permaisuri penasaran?" tanya Aska. Dia membuka toplesnya dan membiarkan Anggi melihatnya.Anggi mengernyit sambil menegur, "Nyawamu bergantung pada ini. Kenapa kamu bisa sembarangan memperlihatkannya?""Kalau orang lain, mungkin aku nggak berani. Tapi kalau orang itu Permaisuri, aku nggak takut," balas Aska.Anggi hanya akan mengkhawatirkan Aska. Bagaimana mungkin Anggi mencelakai racun kutukan itu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 720

    Gilang lanjut berkata, "Dukun Miftah bilang, vitalitas racun kutukan ini sangat kuat. Kalau nggak diberi makan selama 10 sampai 15 hari, mereka akan berada dalam keadaan tertidur, nggak lagi memproduksi energi untuk menekan panas dan dingin Tuan Aska."Gilang meneruskan, "Dukun Miftah juga bilang, biarpun berada dalam keadaan tertidur selama 20 tahun, racun kutukan itu juga nggak akan mati, kecuali sengaja dipencet, diinjak, atau dibakar."Gilang berujar, "Kalau Tuan Aska menyesal dan nggak bersedia menjalin ikatan dengan racun kutukan, melepaskan mereka dalam waktu 30 hari nggak akan membahayakan nyawa Tuan Aska.""Ini ...," ucap Anggi menggigit bibirnya. Keuntungan memang selalu beriringan dengan kerugian.Jika ada orang yang mengendalikan racun kutukan, bukankah itu berarti juga bisa mengendalikan nyawa Aska?Semua orang mengerti. Hal ini memang sangat menguntungkan Aska. Namun, hidup saling bergantung dengan racun kutukan juga berisiko.Anggi menatap Aska sembari bertanya, "Tuan As

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status