Pati menarik napas panjang.Perasaannya pada Mina baru saja tumbuh, tetapi sudah terasa semenyakitkan ini. Dia benar-benar tidak berani membayangkan, betapa sesaknya hati Aska yang telah mencintai seseorang selama bertahun-tahun.Terlebih lagi, orang yang dicintai Aska adalah seseorang yang tidak mungkin bisa dimilikinya sedari awal.....Kembali ke kamar tidurnya.Aska membungkus dirinya dengan selimut katun tebal. Ditambah dengan pemanas lantai dan bara perak, dia baru merasa sedikit hangat.Namun, kerinduan yang tersimpan di lubuk hatinya pada wanita itu, terasa jauh lebih menusuk dari hawa dingin musim salju.Entah karena rindu ... atau karena khawatir.Aska mulai menghitung dengan jari dan mengamati pergerakan langit. Setelah selesai, dia membuka mata dan memanggil, "Pati."Pati yang baru saja membawa air hangat hendak membantu Aska membasuh wajah, segera menjawab, "Ada perlu apa, Tuan?""Saat ini, yang mengurus kesehatan Permaisuri masih Tabib Damar, bukan?"Pati berpikir sejenak
Mina berkata, "Istana Abadi ini dulunya adalah kediaman Permaisuri. Karena mendiang Kaisar sebelumnya tidak pernah menetapkan Permaisuri, tempat ini selalu dibiarkan kosong. Kini Kaisar menempatkan Anda di sini, pasti Kaisar akan segera mengangkat Anda sebagai Permaisuri."Anggi tersenyum lembut. Tentu saja dia paham maksudnya.Dia duduk di kursi utama Istana Abadi sambil menatap langit biru di luar gerbang. Dibandingkan dengan pahitnya tahun lalu, musim dingin kali ini ... bahkan embusan anginnya pun terasa lebih menenangkan.Upacara kecil dan besar untuk mendiang Kaisar telah dilangsungkan dan ribuan orang telah berlatih prosesi mengangkat peti naga menuju pemakaman.Aska juga telah kembali ke Biro Falak dan berhasil menentukan waktu terbaik untuk pemakaman. Setengah bulan kemudian, mendiang Kaisar dimakamkan secara resmi di makam kekaisaran pada tanggal 22 Desember.....Pagi hari saat rapat istana.Aska mengenakan jubah berwarna kuning pucat sambil membawa sebuah kotak kayu kecil y
Pria itu membuka matanya. Selain kelelahan, ada juga rasa sakit yang masih tertinggal. Dia duduk diam beberapa saat, lalu bertanya, "Aku harus menyelesaikan urusan di dalam istana. Besok saat Anggi masuk istana untuk menjalankan bakti, semoga suasananya sudah cukup tenang."Torus mengangguk. "Benar. Putri Mahkota baru saja mengandung. Dengan prosesi duka yang begitu berat, Putri pasti tidak bisa terlalu lelah.""Nanti, pilih waktu yang lebih tenang. Biarkan Anggi datang memberi penghormatan terakhir pada Ayahanda."Seorang wanita hamil tidak dianjurkan terlalu berduka, tidak boleh berada di tempat yang terlalu ramai, dan sebaiknya tidak mencium bau asap dupa dan kertas sembahyang yang menyesakkan.Anak ini mereka dapatkan dengan susah payah. Luis percaya, ayahandanya pasti akan mengerti. Dia pun bangkit dan melangkah menuju pintu utama aula kekaisaran. Jenazah mendiang Kaisar disemayamkan di sana.Seluruh istana berlutut dalam duka. Beberapa selir dan putri mendiang Kaisar terdengar te
Setelah duduk, Anggi menatap bahu dan lengan Aska. "Masih sakit?""Hanya luka kecil. Kalau kamu datang sedikit lebih lambat, lukanya mungkin sudah sembuh," jawab Aska ringan.Anggi tak kuasa menahan tawa.Dia teringat pada situasi di dalam istana dan Aska pun berkata, "Sekarang Putra Mahkota pasti sedang sibuk mengurus upacara duka untuk mendiang Kaisar, juga menangani hukuman bagi para pemberontak. Intinya, dia sangat sibuk sekarang. Sebagai istri yang bijak dan mendukung, kamu harus bisa memakluminya."Anggi mengangguk, lalu melambaikan tangan, menyuruh Mina dan Pati mundur."Satya sudah mati, berarti kita benar-benar sudah menang, bukan?" tanyanya.Pantas saja dia menyuruh orang mundur. Rupanya ingin membicarakan soal ini. Memang, ini adalah rahasia yang tidak boleh terdengar oleh orang luar.Aska mengangguk, "Benar. Tinggal menunggu bayi kecil itu lahir, semuanya akan baik-baik saja."Anak itu belum lahir, jadi baik Anggi maupun Luis belum bisa benar-benar tenang."Wulan dan Satya,
"Aku bisa punya kabar bahagia apa sih," gumamnya sambil melangkah masuk ke Paviliun Pir.Mina buru-buru menyusul, "Tentu saja kabar bahagia, Putri Mahkota, Anda hamil! Anda akan jadi ibu!"Hamil? Menjadi ibu?Anggi merasa seolah-olah dia salah dengar. "Apa kamu bilang?" Dia menoleh ke arah Mina dengan tatapan tak percaya, lalu refleks meletakkan tangannya di perut bagian bawah. Gerakan itu sangat berhati-hati, tetapi juga menyiratkan harapan yang besar."Sudah dipastikan, ini hasil pemeriksaan Tabib Lukman sendiri," Mina menjelaskan dengan wajah penuh semangat. "Kemarin waktu Putri Mahkota pingsan, hamba sampai nyaris ketakutan setengah mati. Untung ada Tuan Aska yang sempat menangkap Putri. Putri dan bayi di dalam perut, semuanya selamat dan sehat."Kabar ini begitu menghangatkan hati, bagaikan cahaya matahari yang menembus langit kelabu di musim dingin.Dia masih tidak percaya, tetapi tangannya tak juga lepas dari perutnya. Kalau dipikir-pikir, memang sudah cukup lama dia tidak datan
Dia teringat pada ucapan Anggi dulu yang mengatakan bahwa seluruh Keluarga Suharjo berutang padanya. Dia bahkan berharap seluruh Keluarga Suharjo lenyap dari muka bumi."Yohan, Yohan ...." Dia mendengar suara Pratama yang panik dan cemas memanggilnya. Yohan berusaha memalingkan wajah, menatap Pratama dengan susah payah. "Ayah ... apakah ... kita telah salah?"Pratama meneteskan air mata bercampur darah. Barusan, ada kilasan aneh yang melintas di benaknya. Itu adalah akhir yang berbeda setelah Anggi menjadi pengantin pengganti.Dia membuka mulut, tetapi lidahnya terasa kelu. Sebuah semburan darah keluar dari mulutnya, lalu dia berkedip dan akhirnya menggumam, "Salah ... kita memang salah ...." Jika apa yang baru saja dia lihat benar adanya, berarti mereka memang pantas mati. Akhirnya, kedua orang itu pun mengembuskan napas terakhirnya.Wiranto datang membawa pasukan. Mereka masuk dengan teratur dan mulai membersihkan medan pertempuran, tetapi tidak ada satu pun yang menyentuh jasad Prat