"Kenapa? Kalau kalian ingin tahu alasannya, tanyakan saja pada ibu kalian yang terhormat itu, apa saja kejahatan yang sudah dia lakukan selama hidupnya," timpal Jelita dengan nada datar.Bayu dan Dimas serentak menoleh ke arah Ayunda.Ayunda menggenggam erat jarinya yang terpotong, wajahnya pucat. "Nggak ... aku nggak tahu, aku nggak melakukannya ...."Arah tatapannya tak menentu, jelas dia tidak berani menatap Jelita. Karena tiba-tiba dia sadar, Jelita sangat mirip dengan adiknya yang dulu dia tinggalkan di depan gerbang Kembang Indah. Dia pernah mendengar kabar bahwa Jelita memang berasal dari rumah bordil.Namun, jika benar adiknya dibawa masuk ke rumah bordil waktu itu, kenapa ayah dan ibunya yang sudah mencari ke seluruh penjuru ibu kota, tak bisa menemukan jejaknya?Jika adiknya memang diambil oleh orang-orang rumah bordil, mana mungkin sekarang bisa punya keturunan? Ini tidak mungkin! Tidak mungkin!"Aku nggak melakukannya! Kamu cuma mengarang cerita!""Mengarang?" Jelita memand
"Apa maksudnya? Hari ini, bukankah Anggi sempat bertanya padaku, sebenarnya ada dendam sebesar apa antara aku dan Keluarga Suharjo?""Bukan kamu yang ...." Bayu tertegun.Ayunda dan Dimas pun menoleh, baru sekarang mereka melihat jelas raut dendam dan kebencian yang tak lagi bisa ditutupi di wajah Jelita.Tubuh Bayu seketika gemetar. Jangan-jangan apa yang dikatakan Anggi benar? Bahwa Jelita menyimpan kebencian terhadap mereka? Bahwa di antara mereka ada dendam yang dalam? Namun, kenapa dia sama sekali tak tahu?Jelita tertawa getir, menyeka air mata yang mengalir dari sudut matanya. "Ayunda, kamu benar-benar nggak merasa aku ini familier? Kamu nggak sadar kalau wajah Anggi itu sebenarnya sangat mirip dengan garis keturunan keluargamu?"Ayunda tertegun, pikirannya berputar cepat, tetapi tetap merasa semuanya tidak masuk akal. "Si ... siapa kamu sebenarnya? Apa maksudmu?""Siapa aku?" Jelita mendengus dingin.Saat itu juga, Sunaryo telah menyuap para petugas dengan uang. Para petugas it
Bagaimana mungkin dia tidak tahu?Semua yang dilakukan Jelita sejak awal adalah demi Sunaryo. Setelah itu, dia jatuh bangun di sisi para pejabat dan bangsawan, semua hanya demi mendapatkan kekuasaan!Dia ingin memperoleh kekuasaan, lalu perlahan-lahan meruntuhkan kekuatan Keluarga Suharjo, mengirim Ayunda bersama suami serta anak-anak mereka ke hadapan ibunya untuk meminta ampun.Harus diakui, Jelita memang hebat. Setidaknya, dia sudah berhasil mencapai setengah dari tujuannya."Sekarang apa yang tersisa dari kita? Kamu pernah berjanji padaku, kalaupun harus mengorbankan nyawa, kamu akan membantuku. Bukan begitu?"Jelita bertanya sambil tertawa sinis. Semua pria sama saja. Mereka menginginkan kecantikan wanita, membujuk dengan kata-kata manis, tetapi saat diminta benar-benar berbuat sesuatu, tetap sangat sulit. Kecuali ... ada semangkuk sup kambing yang bisa membuat mereka patuh!Tidak. Hati pria itu sekeras batu, bahkan obat pun tak sanggup mengendalikannya! Pria tua itu adalah contoh
Mina berkata, "Putri sudah berbuat sejauh ini, tapi kalian tetap nggak mengerti. Kalian malah mengira wanita itu adalah penyelamat kalian."Jelita terdiam.Bayu tidak terima dan menyahut dengan suara keras, "Nona Jelita jauh lebih baik daripada kamu! Dia lebih berhati lembut! Kamu cuma beruntung saja, bisa membalikkan keadaan!"Terserah mereka mau berkata apa. Lagi pula, suaminya sudah bilang dia tidak akan membiarkan Jelita dan Sunaryo lolos begitu saja.Mereka bukan Satya ataupun Wulan, bukan orang-orang penting bagi Anggi. Mau mereka hidup atau mati, Anggi tidak terlalu peduli. Dia datang ke sini hanya untuk menambah pahala demi anak yang sedang dikandungnya.Namun ....Tatapan Anggi menyapu sekeliling.Ayunda, Bayu, dan Dimas akan diasingkan ke Liram. Setidaknya, mereka masih punya peluang hidup.Akan tetapi, Jelita ...."Mau kalian hidup atau mati, aku nggak pernah peduli," ujarnya datar, sambil melirik sekilas ke arah Dimas.Dimas menunduk dalam-dalam. Sampai pada titik ini, Kelu
"Tampar dia!" Anggi benar-benar tidak bisa menahan amarah. Biasanya dia selalu tenang, tetapi hari ini, Ayunda benar-benar membuatnya meledak.Melihat Anggi seperti itu, Jelita diam-diam merasa puas. Orang hamil memang sulit tidur, suasana hati pun gampang berubah menjadi semakin mudah gelisah dan marah. Semakin Anggi marah, Jelita semakin puas. Akan lebih baik lagi jika bayi dalam kandungannya ikut keguguran karena emosi itu.Jelita berkata, "Bibi ... bukannya nggak pantas mengutuk anak kandung sendiri?""Dia bukan anakku! Aku lebih rela menganggap kamu yang lembut dan penurut sebagai putriku, daripada wanita berhati iblis seperti dia!""Aku menyesal karena dulu nggak mencekiknya saat masih bayi!" Ayunda tertawa keras seperti kehilangan akal.Bayu menimpali, "Kalau tahu begini, seharusnya waktu di Kuil Awan dulu aku nggak ragu untuk membunuhmu. Kalau kamu mati waktu itu, semua masalah hari ini takkan pernah ada!""Bagus, bagus sekali." Anggi benar-benar tidak tahu harus bagaimana bere
Semua orang tampak kebingungan. Mina melanjutkan, "Anak dalam kandungan Jelita itu bukan darah bangsawan. Itu bukan anak Kaisar, melainkan anak dari Pangeran Pradipta.""Pa ... Pangeran Pradipta ...?"Keluarga Suharjo terkejut bukan main.Dulu, demi menjalin hubungan dengan Keluarga Pangeran Pradipta, mereka semua percaya bahwa anak dalam kandungan Jelita adalah milik Satya.Anggi memperhatikan ekspresi Jelita dan Ayunda dengan saksama. Dari seluruh Keluarga Suharjo, hanya Ayunda yang usianya paling tua. Mungkin, hanya dialah yang tahu sesuatu. Namun nyatanya, saat berhadapan dengan Jelita, Ayunda tampak sama sekali tidak curiga.Bahkan, dia menganggap Jelita adalah sosok yang sangat baik dan tulus."Aku datang hari ini semata karena rasa penasaran," kata Anggi sambil menatap Jelita. Dari awal, nalurinya sudah mengatakan bahwa wanita ini bukan sosok biasa."Apa sebenarnya dendammu pada Keluarga Suharjo?"Jelita tidak menjawab. Dalam hatinya, dia tahu jelas bahwa rencananya membalaskan