“Iya, Putra Bangsawan Aneksasi sangat menyayangimu.”“Terima kasih atas restu Kakak.”Anggi merasa agak terkejut. Mana mungkin orang semunafik Wulan mengaku bahwa dirinya yang merestui Wulan dengan begitu besar hati?Begitu melihat, Anggi menyadari bahwa Satya dan anggota Keluarga Suharjo sedang mengelilingi mak comblang, sedangkan pamannya Satya sedang mendiskusikan tanggal pernikahan dan beberapa masalah mahar.Di sisi lain, Anggi dan Wulan berdiri di depan pintu aula dan berjarak sangat jauh dari orang lainnya. Oleh karena itu, tidak ada yang dapat mendengar apa yang dibicarakan mereka berdua.Anggi tersenyum, lalu lanjut berujar, “Kamu juga tahu aku yang merestuimu?”“Wulan, cuma aku yang bisa buat Keluarga Suharjo berjaya. Kalau kamu serahkan resep dupa penenang, aku bisa jamin keselamatanmu di Kediaman Pangeran Selatan kelak. Kalau nggak ....”“Bagaimana kalau nggak?”“Kak, kamu benar-benar merasa dirimu lebih hebat dari orang lain karena dirimu itu istri Pangeran Selatan? Dia it
“A ... aku ....” Hati Wulan berdegup kencang. Dia melirik Pratama dan Satya. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus berbuat apa.Secara logika, yang bertunangan hari ini seharusnya adalah Anggi dan Satya, bukanlah Wulan karena Wulan sudah menikah dengan Pangeran Selatan. Apa sebenarnya maksud Luis dengan berkata seperti itu? Apa dia ingin memaksa mereka untuk mengaku mereka telah menukar pengantinnya? Namun, mereka tidak mungkin mengaku karena itu merupakan kejahatan menipu Kaisar!Tepat ketika orang-orang itu merasa gelisah, Luis meraih tangan Anggi. “Gigi, mereka masih ingin lanjut menipu Kaisar. Usahamu sia-sia saja.”Anggi pun terdiam. Usaha apa? Dia hanya ingin memisahkan Wulan dan Satya. Selama nasib pemeran utama pria dan wanita berubah, dia baru bisa tidur dengan tenang.Luis menggenggam tangan Anggi, lalu menatap ke arah kelompok Pratama dan lanjut berkata, “Pada malam pernikahan kami, Gigi sudah mengaku di bawah paksaan dan bujukanku. Dia itu Anggi Suharjo, putri sah Pangeran Mu
Kaki Wulan langsung terasa lemas dan dia segera berlutut. Dia tidak sengaja bertemu pandang dengan Luis yang sedang menatapnya sambil tersenyum tipis. Senyuman itu langsung membuatnya merinding. Wulan merasa sangat gelisah ketika mendengar Wawan membaca titah Kaisar yang menyebutkan bahwa dia adalah wanita patuh, baik hati, dan lembut. Apalagi, ketika mendengar bahwa dia dijodohkan dengan Parlin.“Apa?” Wulan langsung membelalak. “Mana mungkin? Mana bisa begitu!”Pratama dan yang lain juga terkejut.“Kepala Kasim, kenapa bisa begitu?” Pratama langsung merasa punggungnya sudah tidak bisa tegak lagi.Wulan dan Ayunda jatuh terduduk di lantai dengan saling berpegangan. Selanjutnya, terdengar suara kaget dari koridor yang tidak berhenti berseru, “Nyonya Ambar”.Ternyata, Ambar yang tadinya sedang bersembahyang di aula belakang mengira upacara pertunangan telah dimulai dan berjalan datang. Tak disangka, dia malah mendengar titah Kaisar yang menjodohkan Wulan dengan Pangeran Pradipta. Dia s
Anggi pun tertawa. “Sepertinya, kualitas tidur Nyonya Ambar belakangan ini lumayan bagus, makanya kamu punya tenaga untuk memaki orang.”“Kamu!” Ambar langsung membelalak. Setelah melihat ekspresi dingin Anggi, dia seolah-olah tidak mengenal Anggi lagi. “Kenapa kamu berubah jadi begini?”Kenapa dia berubah menjadi begini? Bukankah semua anggota Keluarga Suharjo yang membuatnya berubah menjadi begini? Di kehidupan sebelumnya, Anggi begitu berbakti dan memikirkan semua orang. Apa hasilnya? Apa ada yang peduli padanya? Semua orang yang Anggi sebut sebagai keluarga ini masih tidak sebanding dengan Luis. Setidaknya, di kehidupan sebelumnya, Luis masih mengubur mayatnya.Yohan menarik tangan Anggi dan berkata, “Gigi, kita itu sekeluarga. Kamu tega ....”“Kak Yohan! Apanya yang sekeluarga? Waktu itu, kenapa kalian tega mengirimku ke tempat yang begitu berbahaya?” tanya balik Anggi sambil mengempaskan tangan Yohan.“Anggi!”“Anggi!”Dimas dan Bayu merasa sangat marah. Ekspresi mereka terlihat
“Terima kasih, Pangeran. Saya pasti mengingatnya.” Seusai berbicara, Anggi berjalan keluar bersama Luis yang didorong oleh Dika. Sura, Mina dan orang lainnya juga mengikuti mereka.Angin musim dingin membuat salju beterbangan.Sampai sosok Anggi, Luis, dan yang lain hilang, Ambar baru pingsan lagi. Situasi di seluruh Kediaman Keluarga Suharjo sedang kacau. Pratama menyuruh Yohan mengantar para kerabat keluar, sedangkan dirinya membawa Satya ke ruang bacanya.“Tuan Satya, aku benar-benar nggak nyangka akan terjadi hal seperti ini hari ini, juga nggak nyangka Anggi akan mengaku tentangnya yang menggantikan Wulan untuk menikahi Pangeran Selatan.”Satya duduk di kursi dengan pikiran yang agak kacau. Seingatnya, Anggi selalu terlihat bagaikan wanita yang dilanda asmara. Anggi akan selalu tersenyum indah ketika melihatnya dan mata yang penuh perasaan itu hampir tidak pernah berpaling darinya. Cara berpakaian Anggi juga agak aneh.Namun, dalam beberapa pertemuan terakhir, Satya selalu meras
“Dasar wanita bodoh!” Pratama membentak Ayunda dan merasa kepalanya makin pusing.“Apa kamu buta? Keadaannya sekarang sudah berbeda! Meski Pangeran Selatan ....” Pratama mengecilkan suaranya dan melanjutkan, “Meski Pangeran Selatan nggak kompeten, dia tetap adalah satu-satunya putra Kaisar, juga dewa perang Negeri Cakrabirawa. Sekarang, Gigi itu istrinya. Mana bisa dia disuruh pulang sesuka hatimu!”Ayunda pun tidak dapat membantah. Setelah sesaat, dia baru menjawab, “Tapi, kenapa dia tiba-tiba berubah jadi begini? Dulu, dia begitu paruh dan pengertian. Kenapa setelah menikah, dia berubah jadi begini? Bagaimana dengan Lanlan? Dia itu orang yang terlahir bernasib baik. Kalau menikah sama Parlin, hidupnya akan hancur!”“Diam!” Pratama tentu saja tahu bahwa Wulan adalah kebanggaan Keluarga Suharjo. Namun, Kaisar sudah menurunkan titah. Memangnya mereka harus melawan titah Kaisar? Itu adalah tindakan yang sangat gila!Ayunda bertanya, “Suamiku, apa yang dikatakan Tuan Satya?”Ayunda sudah
Wulan segera bersembunyi di dalam pelukan Ayunda dan lanjut menangis sambil berkata, “Ayah, bagaimana denganku? Kalau aku nikah sama Parlin, keluarga kita nggak akan punya kekuasaan apa-apa lagi di ibu kota ....”“Benar, suamiku. Aku ....”“Diam kalian semua!” Pratama sudah sepenuhnya murka. Dia juga merasa sangat sedih karena terjadi hal seperti ini. Namun, dia tidak menyangka bahwa Wulan akan menyuruh Anggi yang sudah pernah menggantikannya menikah sekali untuk pulang dan menggantikannya menikah sekali lagi. Ini benar-benar keterlaluan!“Masalah ini berkaitan dengan seluruh Keluarga Suharjo. Kamu nggak boleh berhati lemah! Biar aku saja yang pergi diskusi sama Anggi,” ujar Ayunda dengan suara tercekat. Kemudian, dia bangkit dan menarik Wulan sambil berkata, “Bangun. Nggak ada gunanya kamu mohon sama ayahmu.”Sepasang mata Wulan sudah bengkak akibat menangis. Begitu mendengar Ayunda ingin pergi menyuruh Anggi kembali, dia bertanya, “Ibu cuma akan suruh Kakak pulang sendiri, ‘kan?”Ja
Luis menatap Anggi dengan tatapannya yang setajam elang. “Putri sangat ingin pergi?”Apa Anggi masih belum bisa melupakan Satya? Satya bahkan sudah hampir menikahi orang lain .... Atas dasar apa bajingan tidak tahu berterima kasih itu memenangkan hati Anggi?Anggi membuka mulutnya untuk menjawab. Namun, sebelum sempat mengatakan apa-apa, Luis sudah terlebih dahulu berkata, “Berhubung yang mengundang itu istrinya Pangeran Aneksasi, Putri pergi saja kalau ingin.”Sepasang mata Luis langsung membeku dengan sangat jelas ketika mengucapkan kata-kata itu.“Saya ... saya juga nggak begitu ingin pergi.” Anggi hanya ingin tahu apa yang dipersiapkan Satya. Namun, Luis yang merupakan aliansi terbaiknya itu sepertinya kurang senang. Dia tidak boleh membiarkan rasa tidak senang itu berkembang. Itu akan sangat merugikannya.Luis melirik Anggi lagi. Melihat Anggi yang terlihat tenang, lembut, dan lanjut meletakkan bidaknya di papan catur, hatinya tiba-tiba berdegup kencang. Apa sikapnya terhadap Ang
"Meong ... meong ...." Pir di pelukan Satya mengeong pelan dua kali. Satya segera menyodorkan kue kering di atas meja, tetapi kucing itu hanya mencium aromanya dan tidak menunjukkan minat untuk makan.Satya berkata, "Pir, kamu harus terus berusaha. Anggi sangat menyayangimu. Selama dia belum memberi keturunan untuk laki-laki itu, dia masih bisa menjadi majikanmu."Sambil berbicara, pandangan Satya terus tertuju ke arah Balai Pengobatan Afiat.Saat dia sedang mengawasi, terdengar suara langkah kaki. Pandi mendorong pintu dan masuk. "Tuan."Satya mengernyit. "Kenapa kamu di sini? Bukankah aku menyuruhmu memanggil dia?"Pandi menjawab, "Jangan panik, Tuan. Hamba sudah menyuruh seorang pengemis menyampaikan pesan. Kalau hamba yang pergi, sekalipun Nona Anggi ingin datang, dia pasti nggak berani, 'kan?"Kalau dipikir-pikir, itu memang masuk akal."Tuan, lihat." Pandi menunjuk ke arah pintu Balai Pengobatan Afiat. Seorang pengemis kecil benar-benar melangkah masuk.Tak lama kemudian, pengemi
"Kamu benar." Hal ini juga berlaku untuk wanita yang dia cintai. Tanpa kekuatan, bagaimana bisa dia melindungi wanita itu?Luis samar-samar merasa bahwa Anggi tidak merasa aman, jadi dia memeluk gadis itu lebih erat. "Kamu nggak perlu takut. Selama ada aku, aku nggak akan membiarkan apa pun terjadi padamu.""Ya."Melawan takdir! Jalan ini sejak awal bukan jalan yang biasa, jadi dia harus mengerahkan segala kemampuan untuk memperjuangkannya. Apa pun hasilnya nanti, setidaknya dia tidak hanya duduk menunggu kematian.Hanya dengan melihat Wulan dan Satya benar-benar tidak bisa bangkit kembali, Anggi baru bisa benar-benar merasa tenang.Dari ucapan Anggi, Luis bisa menangkap satu hal. Anggi masih sangat berwaspada terhadap Wulan dan Satya.Bukan hanya Anggi, bahkan Luis sendiri pun tidak bisa merasa tenang terhadap Keluarga Pangeran Aneksasi.Dia memeluk Anggi erat sepanjang malam, tanpa sepatah kata pun.Keesokan harinya, Anggi keluar dari kediaman. Dia tahu betul apa yang menjadi tujuan
Sudah sejauh itu ....Sudut bibir Luis melengkung sedikit. "Yang kamu katakan benar. Aku yang sudah membebanimu."Ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya, tetapi dia benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya. Dia ingin menguasai Anggi sepenuhnya. Dia takut jika dirinya berkedip sedikit saja, gadis itu sudah menghilang dari pandangannya. Keinginan untuk memiliki itu bisa membuatnya gila kapan saja.Mungkin karena selama empat tahun terakhir ini, dia sudah terbiasa melihat tatapan orang-orang yang penuh kepentingan. Para gadis bangsawan yang dulu memujanya, semua menghindarinya setelah dia jatuh.Hanya Anggi yang berbeda. Saat menikah dengannya, memang Anggi tidak rela. Namun, setelah itu, meskipun hanya pura-pura, Anggi melakukannya dengan cara yang membuat Luis merasa nyaman.Empat tahun lalu, Anggi menyelamatkan nyawanya. Empat tahun kemudian, dia menyembuhkan cederanya, memulihkan kakinya, seakan-akan dia adalah dewi yang dikirim dari langit untuk menyelamatkannya.Malam itu, yang t
Bahkan, Luis berkata, "Lihat saja, Satya itu pria berengsek yang gampang kasihan sama perempuan mana pun!""Beri tahu Pangeran, aku sudah tahu," kata Anggi sambil tersenyum pada Torus.Torus berdeham pelan, lalu membungkuk sopan, "Pangeran masih menitipkan satu kalimat lagi untuk disampaikan kepada Putri."Anggi menatap Torus, kira-kira pesan apa lagi?Torus tersenyum. "Pangeran bilang, Satya punya hati yang besar. Setiap gadis ingin dia lindungi. Tapi, Pangeran berbeda. Pangeran hanya peduli pada Putri seorang.""Ah ...." Bibir Anggi bergerak sedikit. Dia sungguh tak menyangka Luis bisa mengatakan hal semacam itu."Pangeran mengingatkan, dia berbeda dari Satya dan hanya peduli pada Putri seorang," ulang Torus, lalu pergi.Di samping, Mina menahan tawa sambil menutup mulutnya dengan tangan. Ketika Anggi menoleh, Mina pura-pura sibuk, mengambil kain dan mulai mengelap meja, sambil berkata, "Pangeran benar-benar baik pada Putri.""Memang baik, tapi sepertinya dia nggak terlalu percaya pa
"Kalau kamu nggak menemukan keluargamu, kamu mau tinggal di mana?""Hamba ... hamba ...." Wanita cantik itu menggigit bibirnya, terlihat seperti ingin berbicara tetapi ragu. Wajahnya tampak menyedihkan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia enggan menjawab lebih lanjut.Satya melirik ke arah Pandi. Pandi langsung berdeham dan maju, lalu berkata, "Nona, orang yang berada di hadapanmu ini adalah Putra Bangsawan Aneksasi. Kalau kamu bersedia, boleh ikut ke kediaman kami dulu. Apa pun masalahmu, beliau pasti akan membantu."Wanita cantik itu langsung berlutut, merasa sangat bersyukur. Pandi buru-buru menghentikannya, "Sudah, sudah, naik ke kereta dulu."Orang-orang yang menonton mulai berbisik. Banyak yang berpikir Satya mungkin akan menerima selir baru.Wajar juga, Satya tidak muda lagi. Kalau bukan karena urusan pernikahan yang tertunda, sekarang seharusnya dia sudah menikah.Membantu seorang gadis malang yang tidak punya tempat tinggal itu bukan hal buruk. Gadis itu tampaknya benar-benar ber
Luis tersenyum tanpa berkata apa-apa. Anggi memang sering memujinya seperti itu.Jika itu dulu, dia memang layak disebut sebagai putra mahkota yang baik untuk negara dan rakyat. Namun, setelah turun dari takhta, yang dilihatnya hanyalah orang-orang yang menginjaknya saat dia sudah jatuh!Sejak saat itu, siapa pun yang berani memusuhi Kediaman Pangeran Selatan, pasti akan dibunuh tanpa ampun!Baik itu Burhan ataupun Satya, mereka jelas tak bisa lepas dari keterlibatan dalam kejadian masa lalu!Selama bertahun-tahun ini, dia memang telah menjadi cacat. Bagi Keluarga Pangeran Aneksasi, dia hanyalah kucing penghalang jalan yang tidak menakutkan.Tidak peduli bagaimana dia memancing atau menantang, mereka tetap bisa menahan diri dengan sangat baik.Dengan perlindungan Kaisar, Keluarga Pangeran Aneksasi sangat berhati-hati sehingga tidak pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Hal ini pun membuat Luis tidak bisa menyingkirkan mereka!Namun, sekarang wajahnya dan kakinya mulai pulih. Dia tida
Anggi melihat wajah Luis yang masih tampak kebingungan. Dia kembali mendekat. Ciuman yang tadinya hanya singkat, perlahan semakin dalam. Dia memegang kepala pria itu, lalu berbisik lembut di telinganya."Pangeran, kamu harus percaya pada pesona dirimu sendiri. Aku nggak akan mengkhianatimu."Konon, surga kelembutan adalah makam bagi para pahlawan. Saat wanita yang dicintai merayunya seperti ini, tubuh Luis langsung bergetar, bahkan sampai kulit kepalanya terasa kebas.Melihat tatapan tulus dari Anggi, dia sudah tak ingin membedakan apakah ini nyata atau hanya pura-pura. Dalam kebingungan, Luis hanya bisa mengangguk pelan. "Aku percaya padamu, Gigi."Pipi Anggi memerah. "Pangeran memang baik."Luis terdiam. Tunggu dulu, barusan dia menyetujui apa? Hanya karena satu ciuman dari wanita ini, pikirannya langsung menjadi kacau. Dia menyetujui sesuatu yang begitu berisiko semudah itu."Gigi, aku ...." Luis ingin mengoreksi ucapannya. Namun, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, gadis itu s
"Saat itu aku hanya pura-pura setuju. Mohon Pangeran percaya, aku sama sekali nggak pernah berniat memutuskan garis keturunan Pangeran."Luis menatapnya. "Aku tahu." Dia memang tahu Satya bertemu Anggi pada malam tahun baru, tetapi soal obat pencegah kehamilan, dia belum mendengar apa pun.Anggi membuka mulut, ingin berbicara. Jika dipikir-pikir, orang-orang di sekitarnya semua adalah bawahan Luis. Ke mana pun dia pergi, siapa pun yang dia temui, mana mungkin tidak diketahui oleh Luis?"Gigi, kamu ingin mengambil kembali kucing tadi?" tanya Luis dengan nada datar.Anggi menjawab, "Nggak. Yang membuatku penasaran sekarang adalah bukankah dia mencintai Wulan? Wanita yang dicintainya telah menikah dengan pria lain, tapi dia nggak terlihat sedih sama sekali. Sebaliknya, dia merawat seekor kucing yang dulu sama sekali nggak dipedulikan. Kenapa begitu?""Karena kamu.""Karena aku?""Ya. Setiap kata yang dia ucapkan tadi, semuanya ditujukan kepadamu. Dia masih menunggumu, masih mencintaimu, d
Sejak kapan Satya menjadi begitu penyayang terhadap binatang? Selain itu, kalimat yang barusan dia ucapkan terdengar aneh. Apa seekor kucing bisa mengerti maksud ucapannya?Anggi menatap Satya yang sedang menggendong Pir. Dia ingat saat dia pertama kali menemukan kucing itu, kucing itu masih kecil.Satya bisa merawat kucing yang dia titipkan dengan begitu baik, hal ini benar-benar di luar dugaan Anggi."Tak disangka, ternyata kamu punya hati yang begitu lembut. Kamu begitu menyayangi hewan kecil," ujar Luis sambil tersenyum.Satya pun tersenyum, pandangannya sekilas menyapu Anggi sebelum kembali menatap Luis. "Sebenarnya dulu aku hampir melupakan betapa berharganya Pir. Untung saja aku akhirnya tersadar."Hah! Saat itu juga, Anggi sadar bahwa Satya memang memiliki maksud terselubung. Ternyata bukan hanya ilusinya.Namun, berapa persen dari kesadarannya itu yang benar-benar tulus? Pria ini egois dan haus akan kekuasaan, mana mungkin sungguh-sungguh peduli pada cinta atau kasih sayang? S