Share

Bab 7.

     Semua mahasiswa dan mahasiswi saling berbisik tentang perlakuan Joey yang langka, sungguh tak bisa dipercaya. Angelica yang dari tadi memperhatikan sikap Joey yang sangat berani, tidak seperti biasanya. Setahunya, meskipun culun, Joey selalu baik kepada siapa pun.

     Inilah yang Angelica suka. Tapi sekarang, sosok Joey yang sangat berbeda. Di mana Joey yang ia kenal sebagai laki-laki culun itu.

     "Semuanya harap diam!"

      suara lantang dari bapak dosen, semua mahasiswa dan mahasiswi di ruangan kembali diam. Setelah semuanya diam, bapak dosen kembali melalukan aktivitas mengajar.

     ---

     Malam Harinya.

     Terlihat seorang laki-laki tengah duduk sendirian di ruang tengah sambil menonton TV, ia tinggal sendiri di kontrakannya. Saat fokus menonton TV, tiba-tiba mulutnya dibekap sebuah kain. Tentu saja laki-laki itu panik, beberapa saat kemudian, kesadarannya memudar dan akhirnya pingsan.

     “SYUR!” Siraman air mengguyur dirinya.

     Tentu saja laki-laki berumur 27 tahun itu terbangun dari pingsannya. Beberapa saat kemudian ia tersadar kalau kedua tangan dan kakinya terikat, dan mulutnya di lakban. Ia melihat-lihat sekelilingnya, dan ia masih berada di dalam rumahnya. Seketika ia terbelalak melihat sosok yang ia sangat kenalinya.

     "Surprise, dosen bajingan!" sosok Joey yang berdiri dengan senyuman polosnya di hadapan sang bapak dosennya.

     Laki-laki yang diikat itu adalah bapak dosen yang menyuruh Joey keluar dari kelasnya. Sosok Joey yang berdiri dengan senyumannya sambil menatap keadaan bapak dosennya yang terikat.

     "Bapak dosen panik? Jelas panik, kan?”

     Bapak dosen ingin sekali berbicara kasar kepada Joey. Tapi apa daya, mulutnya ditutup rapat dengan lakban. Kedua tangan dan kedua kakinya terikat.

     Ia terduduk di sofanya. Bagaimana cara Joey bisa masuk ke dalam rumahnya bapak dosennya? Jawabannya lewat pintu depan.

     Kok bisa? Karena bapak dosen lupa mengunci pintu. Apakah itu keberuntungan Joey sehingga bisa masuk? Jawabannya, karena sesuai ingatan pemilik tubuhnya, bapak dosennya memiliki kebiasaan mengunci pintu setelah jam 9 malam.

     Karena saat ini masih jam 8 malam, Joey sudah tahu itu. Karena dulu Joey adalah salah satu mahasiswa yang sering disuruh-suruh oleh bapak dosennya. Bahkan dulu Joey sering ditelepon mendadak, untuk mengambil barang-barang bapak dosen yang ketinggalan di kampus.

     Jika Joey menolak, bapak dosen mengancam akan menganggap Joey tidak hadir di kelasnya. Berhubung Joey culun dan polos, jelas saat itu ia takut, dan mematuhi perintah sang bapak dosennya. Joey yang sekarang yang melihat ingatan pemilik tubuhnya, tentu saja tidak terima.

     Sudah sering di bully, dan sering disuruh-suruh oleh bapak dosennya. Kalau punya kaki dan tangan lengkap, digunakan. Punya mulut di gunakan bukan cuma untuk memberi perintah. Kecuali cacat, baru dibantu. Itulah yang membuat Joey tak terima saat melihat ingatan pemilik tubuhnya.

     "Selamat malam pak, waktunya kita memulai pelajarannya," ucap Joey yang berdiri di hadapan bapak dosennya.

     Bapak dosen yang keadaannya jelas-jelas tak bisa bergerak dan berbicara, hanya melotot ke arah Joey.

     Joey terkekeh, "Pak, saya memberi salam loh, kok bapak tidak menjawab."

     Mau jawab gimana, mulutnya bapak dosen dilakban. Joey menarik rambut bapak dosennya dengan kuat-kuat.

     “PLAK!” sebuah tamparan yang keras mendarat di pipi sang dosen.

     "Jawab!" bentak Joey setelah menampar pipi bapak dosen.

     “PLAK!”

     "Jawab bajingan!"

     Joey menampar dan membentak bapak dosennya lagi. Dan jambakannya semakin keras saat ia menariknya. Jelas bapak dosennya kesakitan di kepalanya karena rambutnya ditarik-tarik, ditambah kedua pipinya ditampar.

     “PLAK! PLAK! PLAK!”

     "Apa kamu tuli? Aku bilang jawab salamku!" Joey sambil membentak tepat di depan wajah bapak dosennya.

     Joey melepas rambut bapak dosen, terlihat jelas pipi bapak dosennya sedikit bengkak, bibirnya mengeluarkan darah segar dan rambutnya acak-acakan.

"Astaga, mulut bapak 'kan dilakban ya, bodohnya aku..." kata Joey merasa bersalah sambil menepuk jidatnya.

     Lalu mata Joey menatap ruangan dapur, ia berjalan meninggalkan bapak dosennya. Beberapa detik kemudian, Joey kembali. Mata bapak dosennya terbelalak melihat tangan Joey sudah menggenggam pisau dapurnya.

     Joey mendekat, lalu duduk di sebelah bapak dosen, "Pak saya mau tanya, bagaimana cara ekstrem untuk membuka mulut bapak saat ditutupi lakban?" tanya Joey dengan wajah polosnya, bagaikan anak SD bertanya kepada Gurunya.

     Tak ada jawaban. Jelas tak ada jawaban mulutnya ditutupi lakban, "Ahh..., aku tahu caranya pak," jawab Joey.

     Kemudian ia mendekatkan pisaunya ke arah wajahnya bapak dosen. Joey terkekeh geli melihat bapak dosennya gemetaran ketakutan.

     ---

     Di Lain tempat.

     Di rumah, dalam kamar.

     Angelica yang sedang tiduran di kasurnya, pikirannya tertuju kejadian tadi siang. Ia teringat sosok Joey yang sangat berbeda, yang ia kenal adalah Joey culun dan lucu.

     Melihat wajah Joey, ia jadi teringat seseorang di masa lalu. Sebenarnya Angelica tidak pernah berpandang jelek tentang Joey. Melainkan ia ingin menjadi sahabat Joey, karena memang yang selalu sendiri.

     Tapi, demi imagenya, ia menahan itu, ia tak mau jadi bahan omongan yang tidak-tidak oleh teman-teman kampusnya.

     "Kenapa dia berubah? Apa yang telah terjadi, dan membuatnya berubah? Kenapa aku khawatir dengan perubahannya?"

     Itulah isi pikirannya, Angelica masih bingung untuk menyimpulkan tentang apa yang ia rasakan. Sejak pertama kalinya bertemu dengan Joey di kampusnya.

     ---

     Kembali ke sisi Joey.

     Saat ini Joey sedang tertawa bahagia, karena salah satu manusia yang selalu membuat pemilik tubuhnya kerepotan.

     "Pak, saya sudah membuat bapak selalu tersenyum," ucap Joey sambil berjongkok di hadapan bapak dosennya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status