Share

Bab 8.

     Bapak dosennya tak menjawab. Sedikit gerak di wajahnya, ia akan merasakan sakit yang amat luar biasa. Mulut bapak dosen sekarang sudah terlepas dari lakban. Tapi, mulutnya menjadi melebar seperti senyuman, jelas ulah Joey.

     "Hahaha... mulut bapak mirip sekali dengan Joker, musuhnya batman. Dalam bahagia atau sedih, bapak akan selalu tersenyum," kata Joey.

     Bisa bayangkan sendiri, pipi kanan kirinya bapak dosen disayat. Seperti kata Joey barusan, seperti Joker. Darah segar tak berhenti mengalir dari luka bekas sayatan di pipi sang dosen. Bahkan setiap tetes anyir itu berceceran di lantai, dan berakhir membuat pakaian sang dosen bersimbah darah.

     Bapak dosennya hanya diam, dalam pikiran ingin sekali membalas perbuatan Joey.

     Joey yang melihat tatapan benci dari bapak dosennya, ia tertawa, "Hahaha... marah ya, wajah tampanmu jadi lebih jelek dari joker."

     Joey berhenti tertawa, ia menghela nafasnya. Lalu ia berdiri dari jongkoknya, "Aku jadi bosan. Apa kuakhiri saja kali, ya?” Joey bertanya kepada dirinya sendiri, ia pergi meninggalkan bapak dosennya yang masih terdiam terikat dengan mulut jokernya.

     "Kenapa dia menjadi menyeramkan. Setelah ini kamu takkan lepas dariku. Aku akan melaporkanmu," batin bapak dosen.

     Lalu Joey datang kembali, ia berdiri di depan bapak dosennya, "Pak, saya pulang dulu ya, soalnya sudah malam. Gara-gara bapak saya gak jadi masuk kerja lagi."

     Ya, karena kemarin saat sebelum Joey berubah menjadi sekarang, ia dibawa jauh dan pukuli oleh Rifky dan gengnya. Karena itu ia tidak masuk kerja, dan sekarang hanya demi menyiksa bapak dosennya, ia tak berangkat kerja lagi.

     Joey mengaruk-garukan kepalanya, "Aku harus kasih alasan apa ya?"

     "Dia bodoh atau bagaimana?" batin bapak dosen yang melihat tingkah Joey yang berubah-ubah.

     "Ya sudahlah, saya pulang dulu. Selamat malam," ucap Joey pergi meninggalkan bapak dosennya begitu saja.

     Entah bodoh atau pintar. Meninggalkan korban siksaannya hidup-hidup? Jelas sama saja bunuh diri secara, kalau ada tetangga yang curiga, lalu masuk dan menyelamatkan. Pasti setelah diselamatkan, bapak dosennya melaporkan atas kejahatan Joey terhadapnya. Ingin balas dendam tapi tidak pandai meninggalkan jejak.

     Beberapa saat kemudian, indra penciuman bapak dosen menangkap aroma yang menyengat. Aroma itu tidak asing, mencium aroma itu, bapak dosen terbelalak, aroma tabung gas yang bocor. Jadi, sebelum berpamitan dan pergi, Joey membocorkan tabung gas yang ada di dapurnya.

     “DUAR!” Tiba-tiba salah satu jendela rumahnya pecah.

Lagi-lagi bapak dosen dibuat terbelalak lagi, ternyata kayu yang sudah terbakar masuk ke dalam rumahnya, yang membuat kaca jendelanya pecah.

    ---

     Di luar rumah bapak dosen.

     Terlihat Joey merentangkan kedua tangannya ke atasnya, "Hari yang melelahkan."

     Joey pergi melangkah kaki menjauhi rumah bapak dosennya sambil melepas kedua sarung tangannya. Beberapa langkah kemudian, terdengar suara ledakan dari belakang.

     “BOOM!” Rumah bapak dosennya meledak dan terbakar api besar.

      jaraknya yang sudah jauh, Joey hanya tersenyum tanpa dosa. Sudah hampir jauh, Joey mengambil tas yang ia sembunyikan di semak-semak. Lalu ia mengganti pakaiannya yang ia bawa di dalam tasnya.

     ---

     Keesokan Harinya.

     Sesuai dugaan, berita kematian sang bapak dosen yang terkenal dingin, tegas, dan selalu memberi perintah kepada mahasiswa. Terutama Joey, kini telah menyebar di kampus. Semuanya terkejut, kemarin masih biasa-biasa saja saat mengajar.

     Tapi hari ini, berita kematian sang bapak dosen mati terbakar di rumahnya dalam keadaan terikat. Dan menurut berita, semua polisi sudah melalukan pemeriksasn. Dan hasilnya nihil, yang jelas kasus kematian sang bapak dosen, tak menemukan bukti apa pun.

     Meski terbakar habis, seharusnya ada jejak peninggalan pembunuhan tersebut. Namun, semua bersih tak ada jejak untuk dijadikan bukti. Joey yang mendengar berita itu hanya diam polos tanpa dosa dengan penampilan culunnya. Ia terlalu pandai menyembunyikan ekspresinya, sungguh mengerikan.

    Kini Joey sedang berjalan menuju kelasnya. Tiba-tiba dari belakang, bajunya ditarik paksa. Mau tak mau, ia pasrah, apa maunya si penarik ini.

     ---

     Telah sampai di belakang gedung kampus. Joey di dorong paksa hingga jatuh dan tengkurap ke tanah. Ia sedikit mendongak wajahnya.

      yang menariknya adalah Hendrik dan Rangga di belakangnya. Joey tetap dalam posisi tengkurap di tanah.

     "Jadi, anak culun ini yang sudah membuat temanku terluka?" kata Hendrik.

     "Aku sudah tak sabar menghabisi wajahnya," kata Rangga, ia pun akan melayangkan tendangannya ke kepala Joey.

     Namun ditahan oleh Hendrik. "Tenang, yang sabar."

     Hendrik menahan Rangga, kini mereka berbicara. Dan Joey melihat melirik matanya untuk melihat sekelilingnya. Lalu ia melihat dua batu sebesar kepalan tangannya di dekatnya.

     “Gimana mau sabar, aku sudah dikerjain oleh dia dua kali," jawab Rangga geram.

     Tanpa disadari Rangga dan Hendrik, Joey mengambil butir-butiran tanah. Lalu ia bangun berdiri, saat Hendrik baru menoleh, tiba-tiba ada taburan tanah ke wajahnya. Tentu saja, butiran tanah itu mengenai kedua matanya.

      merasakan sakit dan perih akibat kedua matanya kemasukan tanah. Rangga yang melihat Hendrik seperti itu, tak diam saja.

     Saat akan maju, tiba-tiba wajahnya terkena sebuah benda. Ternyata Joey melempar tasnya ke wajahnya Rangga. Dan ia cepat-cepat mengambil batu besar dan langsung ia lempar ke kepala Rangga.

     “BUGH!” Kepalanya terkena hantaman tangan Joey, tentu saja itu sangat sakit.

      terjatuh ke belakang dan ambruk, ia tak bisa menahan rasa sakitnya di kepalanya. Sedangkan Hendrik, ia sibuk mengucek-ngucek matanya dan kakinya menendang sana sini. Joey berlari kencang dan menerjang kepala Hendrik dengan kakinya.

     “DUAK!” Hendrik terjatuh, tak sadarkan diri.

     Joey yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kalian berhasil membuatku bolos kuliah."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status